24. MADING SMA KALINGGA

10.3K 991 64
                                    

24. MADING SMA KALINGGA

“Tolong atur pertemuan dengan jajaran direksi. Akan ada pertemuan besar dengan klien-klien dari perusahaan lain nanti malam,” titah Zayn pada Dasya—sekretarisnya.

“Baik, Tuan Elvarets,” ucap Dasya, lalu atas izin Zayn pergi meninggalkan ruang kerja Zayn.

Zayn menatap layar laptopnya. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus Zayn selesaikan dalam waktu singkat. Secangkir kopi hitam di atas meja kerja Zayn juga sudah dingin karena terlalu lama Zayn diamkan. Untuk seorang laki-laki berusia 19 tahun seperti Zayn mengurus perusahaan besar memang sesuatu yang terlihat amatir. Namun, kemampuan Zayn dalam mengurus bisnis telah dibuktikan dengan berbagai kemajuan di perusahaannya.

“Maaf mengganggu Tuan Elvarets. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap perempuan yang menjabat sebagai supervisor di perusahaan Zayn.

“Biarkan dia masuk,” balas Zayn yang masih fokus pada layar laptopnya.

“Baik, Tuan Elvarets.”

Suara ketukan heels beradu dengan lantai marmer terdengar memasuki ruang kerja Zayn yang bersamaan dengan perpaduan aroma berry, rose, dan white musk mulai tercium oleh indra penciuman Zayn. Meski indra pendengaran dan penciuman Zayn sudah di terjang oleh sesuatu yang asing. Tatapan mata Zayn tetap tidak beralih dari layar laptopnya. Merasa tidak di perhatikan, gadis itu lantas menutup layar laptop Zayn.

What the hell?!—” ucapan Zayn terhenti saat mendapati perempuan yang mengenakan strapless dress berwarna hitam dan rambut panjang terurai berdiri di depan meja kerjanya.

“Kenapa, Zayn? Mau marah?” tanya perempuan itu sambil tersenyum.

“Apa yang lo lakuin disini?” tanya Zayn berusaha meredamkan kekesalannya.

“Apa gue nggak boleh ketemu sama temen sekolah gue dulu?” tanya gadis itu.

Namanya adalah Esther Cristhabell. Teman satu angkatan Zayn ketika Sekolah Menengah Pertama. Sebelum Zayn menjalani pendidikan dengan homeschooling di usia 15 tahun. Esther mendekati Zayn yang masih duduk di kursinya.

“Waktu gue denger kabar lo balik dari Spanyol. Gue langsung pesen tiket ke Indonesia kemarin malam. Lo harus kasih apresiasi ke gue karena dapet tiketnya nggak mudah,” kata Esther bercerita.

“Apa gue pernah nyuruh lo pulang ke Indonesia?” tanya Zayn, tanpa minat.

Dengan lancang tangan Esther mengusap bahu Zayn lembut. Mencoba untuk menggoda Zayn. Namun, Zayn langsung menjauhkan tangan Esther dari bahunya. Merasa risih dengan perbuatan Esther.

“Lebih baik lo keluar dari ruangan gue sekarang!” usir Zayn. Kehadiran Esther sangat menganggu aktivitas bekerjanya. Apalagi sekarang Zayn sangat sibuk.

“Apa lo enggak kangen sama gue, Zayn? Selama di Jerman gue selalu kangen sama lo.”

“Gue nggak pernah kangen ataupun suka sama lo dari dulu sampai sekarang!” tegas Zayn. Masih mengingat bagaimana dulu Esther selalu mengejarnya dan meminta Zayn menjadi pacar. Tapi selalu mendapatkan penolakan keras dari Zayn.

“Kenapa lo terus tolak gue sih, Zayn? Apa kurangnya gue di mata lo?!” tanya Esther menaikkan intonasi bicaranya.

“Atau karena cewek itu. Siapa namanya?” Esther berpikir, berusaha mengingat-ngingat nama gadis yang pernah Zayn katakan. “Oh iya gue inget! Namanya Prasasti, bener kan?”

“Kalau iya kenapa? What's your business?” tanya Zayn yang mulai sibuk lagi dengan laptopnya.

Sejak di masa sekolah sampai saat ini, Esther selalu berusaha mencari tahu semua hal tentang Zayn. Dari siapa perempuan yang tengah Zayn suka, keluarganya, ataupun hal-hal pribadinya. Tapi, Esther hanya mendapatkan sedikit informasi, karena sulit untuk dilacak oleh Esther tentang Zayn yang penuh misteri.

Aarav's (TAMAT)Where stories live. Discover now