Kajen menahan nafasnya berusaha untuk menstabilkan rasa yang menggebu di dirinya. Albar bangkit dari duduknya dan kini tatapan semua orang beralih padanya. Kajen masih menatap Albar yang juga sedang menatapnya sembari melangkahkan kakinya menuju depan kelas.
Sesampainya di depan Kajen, Albar melangkahkan kakinya menuju pintu, sedangkan Kajen menghela nafasnya saat Albar sudah tidak menatapnya. Entah mengapa saat tatapan kami bertemu, rasanya sarafnya seperti mati semua. Kajen menunduk pamit lalu mengejar Albar.
Kajen berjalan tepat dibelakang Albar, dia tidak ada niatan untuk berjalan sejajar atau bahkan mendahului lelaki di depannya. Albar memang tipikal cowok cuek dan menyebalkan, entah bagaimana nasib kekasihnya.
Kajen menepuk jidatnya,
Oh ya, kan gue yang bakal jadi pacarnya ya. Batin Kajen terlalu bermimpi.
Sedang asik membatin, Albar yang menghentikan langkahnya mendadak membuat Kajen yang tidak sigap langsung menabrak punggung Albar cukup keras.
"Aww," ringisnya sembari mengelus hidungnya.
"Lo ngapain ngikutin?" Tanya Albar sembari membalikkan badan menatap Kajen datar.
"Siapa juga yang ngikutin lo! Orang gue mau ke bu shinta," jelas Kajen sembari membuang muka. Albar menaikkan sebelah alisnya,
"Kenapa nggak belajar?" Tanyanya lagi.
"Ih, lo kok kepo sih!" Balas Kajen.
"Dihukum pak Dito?" Tebakan jitu Albar membuat kaki Kajen mati rasa. Ia bahkan tidak bisa menjawab. Hal tersebut membuat Albar tersenyum miring lalu membalikkan badannya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Kajen yang merasa di ledek hanya mampu mendengus pasrah.
...
Setelah mendapatkan tanda tangan Bu Shinta, Kajen tersenyum puas dan sekarang sudah pukul setengah sembilan, hampir satu setengah jam ia melaksanakan hukuman dari pak Dito. Emang sialan tuh guru, dengan bangga Kajen menghampiri tempat duduk pak Dito.
"Nih pak, kelar kan ya?" Ucap Kajen sembari tersenyum. Pak Dito manggut-manggut sembari menatap kertas yang sudah berisi tanda tangan guru-guru yang ia bantu.
"Kalo kamu terlambat lagi, bapak bakal kasih hukuman yang lebih berat dari ini, mengerti?"
"Iya pak, Siap!"
Kajen melangkahkan kakinya santai keluar ruang guru dan tiba-tiba ia dikejutkan dengan adanya Seril.
"Eh elo?" Ucap Kajen terkejut sedangkan Seril langsung menarik tubuh Kajen untuk menjauh dari ruang berbahaya tersebut.
"Wah gila lo jen, gue tungguin dari tadi malah ngasoy di ruang guru," ucap Seril setelah keduanya berhasil menjauh dari ruang guru. Mendengar tuduhan tersebut membuat tangan Kajen terangkat untuk memukul bahu Seril.
"Pala lo ngasoy! Jadi babu iya nih gue," ungkap Kajen sembari melangkahkan kakinya.
"Ahahah, telat lo ye?" Tanya Seril, Kajen hanya memutar bola matanya malas untuk menjawab. Sesampainya di toilet perempuan, Kajen menyenderkan bahunya di dinding sembari menghela nafasnya berat.
"Kok lo bisa keluar kelas, Ril?" Tanya Kajen tanpa menoleh kesumber suara.
"Ya biasa lah, izin toilet gue," jelasnya. Kajen mendelik pada Seril sedangkan yang ditatap sinis hanya menyengir kuda.
Saat sedang asik mengobrol, ada dua kakak kelas memasuki toilet sembari bergosip ria tanpa sadar ada orang juga yang akan mendengarnya.
"Si Diska beneran pindah sekolah atau berhenti sih?" Tanya gadis berambut sebahu pada teman sampingnya.
YOU ARE READING
24/7 (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 remaja 02/11/2019 (Series stories of Gibadesta Family) (Bisa di baca terpisah) Namanya Albar Gibades...
