•• 10 ••

341K 24K 2K
                                    

Ost : The memory of that day!
A/N : setel ya lagunya, happy reading❤

***

Langkah demi langkah Kajen berusaha untuk berjalan di tengah hujannya ibu kota. Derasnya hujan seperti mewakili dirinya saat ini. Betapa sedihnya ia dan betapa sakit hatinya ini, harus ke siapa ia mengadu? Kakinya yang tanpa alas serta  air matanya yang sudah mengalir sedari tadi tak membuat Kajen berhenti.

Sekarang pukul 9 malam, dan jalanan terpantau cukup sepi. Ia tidak percaya bahwa dirinya seperti jalang yang di buang, Kazena menampar dirinya beberapa kali untuk memastikan bahwa sekarang ia sedang mimpi. Mimpi buruk yang nyatanya bukan mimpi.

Dengan hati yang hancur Kajen menghentikan langkah di pinggir trotoar. Jantungnya berdetak begitu cepat, tangisannya melengking di tengah-tengah derasnya hujan.
Lalu Kajen menjenggut rambutnya frustasi, kakinya sudah sakit sedari tadi karna berjalan tanpa alas, dan berjalan dari rumah lelaki bajingan itu sampai hampir mendekati rumahnya.

Untungnya komplek tempat di mana ia tinggal cukup sepi, jadi tangisannya saat ini tidak terdengar oleh siapapun. Kajen menyenderkan bahunya pada tembok jalan, dan parahnya matanya sudah sangat bengkak karna menangis yang tidak berhenti sedari tadi.

Kenapa tuhan? Apa begini rasa sayangmu padaku?
Kau memberiku ujian seberat ini dan memberitahuku bahwa ujian ini adalah perwakilan dari rasa sayangmu padaku...

Aku kotor tuhan! Aku sudah tidak berguna lagi!
Kehormatanku sudah di rebut oleh lelaki bajingan itu...

Kenapa aku bisa seperti ini, kenapa aku bisa mudah percaya dengan orang itu, tapi kenapa dia mempermainkanku dan merusakku seperti sudah terencana dari sebelum-sebelumnya.

Cahaya mobil menyilaukan matanya, Kajen menyipitkan matanya berusaha untuk melihat siapa pemilik mobil tersebut. Apa ayahnya? Bisa-bisa ia dibunuh jika melihatnya sedang dalam keadaan kacau seperti ini.

Tapi sepertinya Tuhan tidak begitu jahat pada Kajen, seorang lelaki tampan menabrak derasnya hujan lalu menghampiri Kajen yang masih duduk di trotoar seperti orang gila.

"Kenapa bisa begini?" Tanya albar panik.

Kajen menatap Albar penuh harap, berharap bahwa sekarang ia tidak mimpi. Tangannya perlahan terangkat untuk memegang wajah Albar memastikan bahwa ia tidak bermimpi.

"Ka-kamu kak Albar?" Tanya Kajen dengan bibir gemetar. Percayalah ia sudah sangat kedinginan sebab terlalu lama berada di bawah derasnya hujan.

Albar mengangguk lalu mengelus rambut Kajen.

"Iya ini gue, ayo masuk!" Ajaknya lalu menarik Kajen, sayangnya kakinya terlalu lemas untuk kembali berjalan dan ia ambruk begitu saja dengan kesadaran menipis.

"Kak...dingin.." ucap Kajen saat Albar sudah mengangkat tubuh Kajen. Terdiam sejenak lalu ia membawa Kajen ke dalam mobil.

Kenapa lo bisa kayak gini sih? Batin Albar.

....

David mengusap wajahnya beberapa kali, rasanya ia benar-benar masih memikirkan nasib Kazena gadis yang baru saja terkena dalam permainannya. Sial! Baru kali ini merasa sangat bersalah.

Ia menghela nafasnya lalu menjenggut rambutnya frustasi. Apakah ia akan mengubah Kazena? Gadis ceria yang akan menjadi gadis pendiam?

Sial, dia menyesal telah ikut taruhan tersebut. Percayalah, waktu kelas 10 bisa di ceritakan David terkena jebakan Dewa dan kawan-kawan. Ia di ajak bertaruh, David di suruh nembak Dela, cewek cantik seangkatannya. Dengan bangga David berani mengungkapkan perasaannya untuk Dela.

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang