°° 26 °°

342K 24.1K 3K
                                    

"Kak Dela nanya gitu?" Tanya Kajen saat mendengar penjelasan Albar mengapa ia menunjukkan bahwa Kajen lebih penting dari segalanya. Albar mengangguk mengiyakan. Seketika Kajen naik pitam.

"Enak aja! Nggak pantes banget dia nyuruh lo milih begitu kak, emang dia siapa?! Hilih," ucap Kajen tidak terima. Lalu Albar tersenyum tipis melihat respon gadis itu.

"Mau makan apa hari ini?" Tanya Albar mengganti topik, kajen menoleh dengan kalut yang masih di ubun-ubun.

"Gue maunya makan lo!" Jawab Kajen. Lalu Albar menyerngitkan dahinya bingung.

"Kok lo jadi marah juga sama gue?" Tanya Albar bingung, Kajen melipat kedua tangannya kesal.

"Gue tuh sebel banget kak sama kak Dela asli! Apalagi kalo dia lagi sama lo. Dia tuh ngeselin banget nget nget pokoknya," ungkap Kajen.

"Yaudah nggak usah sebel juga sama gue," jawab Albar menanggapi. Kajen menghela nafasnya mencoba menstabilkan emosinya yang memang ibu hamil selalu seperti itu. Moodnya gampang berubah kapan saja.

"Terus hari ini lo nggak jadi belajar bareng sama dia?" Tanya Kajen kembali ke topik awal.

"Enggak," jawab Albar santai.

"Ish! Besok tetep harus belajar bareng ya, jangan cuma gara-gara gue lo gagal dapet prestasi." Mendengar itu Albar tertawa kecil.

"Kata nya nggak suka gue deket sama Dela," sindir Albar membuat Kajen mendelik.

"Tahan nggak apa-apa. Cuma seminggu kan?" Tanya Kajen, dengan segera Albar mengangguk.

"Ini lo jadi makan gue nggak? Atau gue yang makan lo ni?" Tanya Albar membuat Kajen tertawa kecil lalu memeluk Albar dengan sangat erat, entah mengapa rasanya sangat menyenangkan ketika dekat dengan albar.

"Kamu yang makan aku aja nggak apa-apa," jawab Kajen sembari tersenyum manis ke arah Albar. Lalu dengan cepat Albar mencium bibir Kajen sekilas.

"Siap-siap, kita makan di luar aja, sekalian beli susu ibu hamil buat lo." Kajen mengangguk lalu berjinjit di depan Albar dan segera mengacak-acak rambut lelaki itu.

"Sayang kak Albar!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Albar yang merasakan berdebar tiada tara. Entah mengapa semenjak adanya gadis itu di kehidupannya, ia merasa lebih berwarna.

Albar mengetuk kepalanya sendiri dan kini menahan senyumnya.

Tuhan baik ya, mempertemukan gue dengan gadis ceria kayak lo. Cowok kaku kayak gue emang harus di latih manis biar bisa gombalin cewek kayak lo. Ahahah

...

Kajen dan Albar menghabiskan waktu untuk makan bersam, belanja, dan tak lupa Kajen mampir ke tempat yang biasa ia kunjungi jika ia sedang berada dalam pilu atau bahkan kesedihan yang amat dalam sendirian. Yaitu, Cafe kucing. Isinya adalah cafe tempat di mana orang minum di temani dengan hewan lucu yang sangat menggemaskan ini.

"Bulu kucing bahaya buat pernafasan, lo juga kan lagi hamil," ucap Albar saat memasuki cafe tersebut.

"Tenang aja, sayang. Tempat ini itu sudah terjamin kebersihannya. Dan kucingnya juga semuanya terawat, bukan kucing liar yang biasa kita temuin! Jadi keep silent ok biarin gue di sini," terang Kajen lalu mulai memesan minuman kesukaannya yaitu milk tea Creamy.

"Kak Albar," panggil Kajen. Albar sontak menoleh,

"Itu tuh kucing yang paling gue suka, dia namanya Bora. Lucu kan lucu kan?"

"Biasa aja," jawab Albar pelan.

"Lucu tau ih! Kalo yang sampingnya Bora itu namanya Dela, nah semenjak gue kenal dela temen lo itu, gue jadi nggak suka sama dia ehehe," ucap Kajen membuat Albar menoleh tidak percaya.

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang