•• 15 ••

320K 23.7K 665
                                    

Setel lagu di mulmed ya!
Bacanya pelan-pelan aja. Sekali kali menghayati:)
Happy reading, btw double up❤

....

Bel pulang berbunyi dan percayalah, Kajen saat ini masih di landa gelisah. Sedari tadi ia hanya diam memikirkan dirinya saat ini. Kenapa kehidupannya begitu sulit? Di masa muda seperti seharusnya ia menghabiskan waktu dengan bercanda ria bersama teman-temannya. Tetapi ia justru ditumpuki banyak pikiran serta masalah yang terus di terimanya.

Ayahnya bahkan tidak mencarinya. Ahaha, haruskah ia tertawa disaat saat seperti ini?

Perlahan Kajen melangkahkan kakinya sampai gerbang, dia ingin sendiri saat ini. Dia tidak ingin terlihat baik-baik saja terus di depan orang. Percayalah, hatinya sedang hancur memikirkan bagaimana nasibnya, dia tidak menginginkan kehidupannya saat ini, tapi mau bagaimana lagi? Dia itu apa sih. Manusia sebatang kara yang tidak di pedulikan nasibnya.

Albar melihat gadis itu berjalan sendiri. Dia bahkan tidak menunggunya terlebih dahulu, tidak ingin gadis itu melihatnya secara perlahan Albar mengikutinya dengan mobilnya.

Kajen menaiki angkutan umum, dan setelah lama mengikutinya, arahnya tidak menuju apartmentnya melainkan ke rumah sakit besar. Pelita Jaya adalah rumah sakit khusus orang-orang yang terganggu psikisnya.

Dan Kajen ingin menemui kakaknya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki dan masih hidup. Kajen terus melangkahkan kakinya sampai pada saatnya ia bertanya pada suster yang sudah stand by di meja bagian administrasi. Kajen dengan segera menghampirinya.

"Mbak," panggil Kajen pelan.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang Suster.

"Saya ingin jenguk pasien bernama Daniel Rosan, di mana ya kamarnya?" Tanya Kajen.

"Tunggu sebentar ya," jawab sang suster. Kajen menunggu sebentar. Setelah mengetik untuk mencari sesuatu, sang Suster mendongak.

"Di kamar 51, kalo boleh tahu anda siapanya ya?" Tanya sang Suster.

"Saya keluarganya," jawab Kajen mantap.

"Mari saya antar," ucap sang Suster. Kajen tersenyum lalu mengikuti langkah suster tersebut. Albar menghela nafasnya pelan lalu kembali mengikuti kemana gadis itu pergi.

Sesampainya di depan kamar tersebut, sang suster langsung pergi. Tidak dengan Kajen yang masih terdiam di depan pintu, lalu ia masuk ke dalam kamar di mana kakaknya di rawat.

Baru saja melangkah air mata Kajen menetes, sumpah demi apapun dia tidak sanggup melihat keadaan kakaknya saat ini. Lalu dengan cepat Kajen memeluk lelaki tersebut sontak Daniel bingung.

"Lo siapa?" Tanya Daniel membuat Kajen tambah kejer.

"A-aku..."

"Lo jalangnya-"

"Bukan kak, aku adik kak Daniel. Aku Kazena!" Potong Kajen membuat Daniel terdiam.

"Gue siapa?" Tanya Daniel aneh membuat Kajen tak kuasa menahan isaknya. Rasanya kenapa begitu menyakitkan, bahkan Daniel sudah benar benar kehilangan kewarasannya. Ya tuhan, kenapa ia harus menghadapi ini?

tiba-tiba Daniel memeluknya, sontak Kajen terkejut.

"Bunda..." gumam Daniel membuat hati Kajen berdenyut mendengarnya.

"Bunda kemana aja? Aku kangen..." sumpah demi apapun Kajen langsung keluar dari kamar melepaskan pelukannya begitu saja. Dia tidak bisa berlama-lama di sana. Bisa bisa ia langsung sakit jiwa juga bersamaan dengan kakaknya.

Kajen tidak tega melihat kakaknya, dia benar-benar tidak bisa melihat itu.

Lalu Kajen keluar rumah sakit dengan air mata yang masih mengalir. Sedangkan seseorang yang mengikutinya ikut terenyuh hatinya tersentuh dengan pemandangan yang tak lama ia lihat. Rasanya Albar ingin menjadi sandaran ketika gadis itu menangis, namun entah mengapa kakinya begitu berat untuk menghampiri.

Kenapa gue harus di pertemukan dengan orang yang kehidupannya jauh terbalik dengan kehidupan gue yang bisa dibilang harmonis hari-harinya. Ucap Albar dalam hati lalu melangkahkan kakinya keluar rumah sakit.

...

Saat masuk ke dalam apartment, Kajen menghela nafasnya pada saat ia melihat suasana apartment yang masih sepi. dengan cepat ia mengambil ponselnya dari kantong bajunya lalu menghubungi nomor Albar. Kajen takut Albar masih mencarinya.

"Hallo?"

"Ya," jawab Albar.

"Lo di mana? Gue udah di apartement. Maaf nggak bilang-bilang sama lo, tadi gue nggak enak badan dan langsung pulang gitu aja," jelas Kajen berbohong. Albar terdiam membuat Kajen bersuara lagi.

"Bar?"

"Iya," jawab Albar.

"Lo di mana?" Tanya Kajen.

"Menuju pulang," jawab Albar.

"Yaudah hati-hati!"

Belum sempat Albar menjawab, sambungan langsung diputuskan oleh Kajen. Gadis itu rasanya lelah sekali hari ini. Kepalanya pusing, badannya lemas dan perutnya sakit. Entahlah mengapa, intinya mood nya sekarang tengah rusak dan suasana hatinya sedang tidak baik.

Setelah lama menunggu akhirnya Albar datang membuat senyum kajen merekah.

"Gila ya lama banget! Gue tungguin tau nggak," ucap Kajen sembari terkekeh pelan. Albar tidak bereaksi dan langsung melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk. Melihat tingkah Albar membuat dahi Kajen menyerngit, lalu ia mengangkat bahunya cuek dan menghampiri Albar.

"Lo mau makan apa kak hari ini? Gue lagi pengin masak nih," ucap Kajen lalu duduk di samping Albar.

Albar masih terdiam tidak menjawab hanya menatap gadis itu datar.

"Hm lo nggak usah takut makanannya nggak enak kok, gue bakal berusaha buat bikin yang enak!" Ucap Kajen lagi kini senyumnya semakin melebar.

"Oh ya, gue udah mutusin."

"Mulai sekarang gue bakal jadi pembantu lo kak. Lo boleh nyuruh gue apa aja, secara kan gue di sini cuma numpang dan gue bahkan nggak bayar," ucap Kajen lagi kini cukup murung. Lalu senyumnya merekah.

"Lo mau kan kak? Terima gue ya please!" Pintanya. Bukannya albar menjawab, dia malah memeluknya cukup erat membuat Kajen terkejut.

"Ka-kak Albar-"

"Nangis aja," ucap Albar yang membuat kajen menampilkan raut tidak percaya.

Ada apa dengan albar? Kenapa cowok itu menyuruhnya untuk menangis, memangnya dia tau apa?

"Lo apa-apaan sih kak, lepasin-"

Kajen menghentikan ucapannya pada saat merasakan elusan di kepalanya. Entah mengapa air matanya jadi turun, seberusaha mungkin Kajen menahan air matanya sialnya air matanya turun begitu saja.

Mungkin memang saat ini ia memang tengah di landa sedih, dan Albar menyadarkannya bahwa berpura-pura baik-baik saja itu teramat sangat menyakitkan. Kajen menangis sesegukan, Albar mempererat pelukannya, gadis itu berusaha menahan suara tangisannya, hidungnya sudah merah.

Sakit tuhan...kenapa harus aku?
Hidup menjadi diriku mengapa sangat menyakitkan?
Jika memang aku di takdirkan untuk selalu di sakiti, haruskah aku tetap berada didiriku ini?

-Kazena Rosan-

Semua yang ditahan itu menyakitkan.
Bagaikan makanan yang seharusnya tertelan, namun
tersendat di tenggorokan yang sanggup membuat air mata turun dan nafas terhenti

Kisah hidup gadis malang yang harus hidup sendiri...
Entah mengapa ketika dia menangis, hati ini ikut menangis. Walaupun tidak terlihat air matanya, tetapi teramat sangat menyakitkan....

-Albar Gibadesta

■■■

Woy gua nangis tolongin:(

Vommentnya please ya! Kalo kalian suka sama ceritaku please share ya, berbagi itu indah😄

Lagunya judulnya apa njir, sedihnya minta ampun. Dah ah bye!

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang