○ 31 ○

337K 23.8K 3.1K
                                    

Seril menggigit jarinya ketika mendapat telpon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Kajen masuk rumah sakit mengalami tabrak lari. Astaga, air matanya sudah mengalir, dia langsung berlari menuju ruang guru dan izin sebagainya. Dia berbohong pada guru jika saudaranya masuk rumah sakit dan untungnya guru langsung percaya dan membiarkan Seril pulang.

Hanya satu tujuannya saat ini, dia ingin memberitahukan terlebih dahulu pada Albar baru dia kesana. Seril teringat saat pihak rumah sakit menelponnya dengan mengatakan bahwa mereka tidak bisa menghubungi nomor keluarga Kajen. Jelaslah, ayahnya saja seperti itu, bagaimana dia mau menolong Kajen?

Sesampainya di rumah Albar hasil dari tanya bertanyanya pada orang sekitar atau bahkan temannya, ia langsung segera memencet bel.

....

Albar POV

Aku menghabiskan waktuku dengan membaca. Sebenarnya materi yang akan di lombakan dalam olimpiade sudah ku kuasai semua. Hanya saja agar tidak mengecewakan, aku kembali mengingatnya. Sebenarnya belajar bersama juga, aku hanya membantu Dela, selebihnya hanya waktuku yang terbuang sia-sia karna terus bersamanya.

Sedang asik dalam pikiranku sendiri tiba-tiba saja bel berbunyi, dan sialnya Asya dan Jessie sedang ke pusat pembelajaan hari ini, seperti biasa Jessie yang meminta ibunya untuk menemani.

Dengan malas aku melangkahkan kakiku menuruni tangga, aku terus melangkahkan kakiku sampai tersedar suara bel yang di pencet beberapa kali seperti tergesa-gesa. Kalau sampai Rean, aku janji akan langsung menendangnya pergi karna sudah membuatku menjadi tergesa-gesa juga.

Sampai pada saatnya aku membuka pintu, bukannya mendapati Rean, aku malah menemukan teman Kazena sudah berada di depanku dengan raut gusar, dahinya berkeringat dan nafasnya tersengal. Sekarang masih jam pelajaran kan? Kenapa gadis ini bisa ada di sini?

"Kenapa-"

"Kak cepet kak!"

"Ada apa?" Tanyaku mulai sedikit khawatir, jika seril yang menghampirinya, pasti ada kaitannya dengan gadis itu. Sembari mengusap air matanya Seril tetap berusaha untuk bersuara.

"Ka-kajen...kajen...ketabrak mobil," jelasnya susah payah, seketika dadaku sempit mendapat tuturan tersebut. Lalu aku mengambil kunci mobilku dan segera keluar lagi.

"Ikut gue kasih tahu di mana alamat rumah sakitnya," tuturku, dia mengangguk lalu aku segera masuk ke dalam mobil diikuti Seril.

Aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan tinggi membelah keramaian ibu kota. Sial, kenapa harus kabar ini yang ku terima? Gadis malang itu tertabrak. Aku mengusap wajahku lalu menoleh pada Seril sejenak.

"Pegangan, gue nggak menjamin bakal pelan naik mobilnya," ungkapku, tampak ragu seril mengangguk dan langsung memegang bantuan di atas pintu mobil yang memang sudah tersedia.

Dan dengan gila-gilaan aku langsung menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata.

...

Author POV

"Anda saudara korban?" Tanya sang dokter, dengan cepat Albar mengangguk.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Albar mencoba untuk mengorek informasi agar perasaannya tidak berkecamuk seperti ini.

"Saudari Kazena sudah sadar dan tidak mengalami luka dalam hanya saja...apakah anda tahu tentang kehamilan adik anda?" Tanya sang dokter, Albar terdiam sejenak, entah mengapa ia merasa tidak enak mendengar tuturan sang dokter yang mengetahuinya sebagai kakak dan kajen adalah adiknya.

"Iya saya tahu," jawab Albar seadanya.

"kecelakaan ini menimbulkan reaksi atau benturan yang di alami saudari Kazena dan akhirnya mengalami keguguran, apalagi saudari Kazena masih mempunyai umur kandungan yang sangat muda," terangnya. Albar tersentak, bagaimana tidak? Keguguran? Astaga...albar tidak percaya dengan ini.

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang