Firly dan Busana Muslimah oleh Annisa

213 20 4
                                    

Firly dan Busana Muslimah
Penulis: annisaaly

Firly meletakkan helm tepat di atas motornya. Menata rambutnya dengan sisir tangan, sesekali ia mematut diri di kaca spion motor sebelum pergi dari tempat parkir. Ia pun melangkah dengan santai menyusuri lorong-lorong kelas yang sudah terlihat beberapa siswa di sana. Pandangan yang semula mengedar ke semua tempat kini terfokus pada papan tulis di kelasnya. Firly mengerutkan kening lalu menyela mereka agar bisa melihat papan pengumuman itu.

“Lomba peragaan busana muslim?” Firly memperdalam kerutan dahinya.

Naya, teman dekatnya, menyadari kehadiran Firly lalu menunjuk tulisan di papan. “Iya, Fir. Baru aja ketua kelas kasih pengumuman. Coba lihat ini.” Naya menunjuk lembaran di tangannya.

“Dalam menyambut bulan suci Ramadan, rohis akan mengadakan beberapa lomba. Tadi kita udah diskusi siapa aja yang mewakili lomba itu. Kamu, sih, baru datang, jadi ketinggalan, 'kan.”

Firly memerhatikan dengan saksama deretan nama yang mewakil lomba. Ada lomba kaligrafi, tilawah Al-Qur’an, pidato, baca puisi islami, peragaan busana muslim, dan ... ia melotot saat namanya tertulis tepat di bawah tulisan lomba peragaan busana muslim.

“Aku ikut?” tanyanya sengit.

Mendengar hal itu, perlahan teman-temannya menyingkir. Ada yang mundur menuju bangkunya, ada juga yang memilih pergi meninggalkan kelas demi menyelamatkan diri dari ledakan gadis itu.

Firly memandang kesal ke arah Fajar yang duduk di bangku paling depan. “Mana ketua kelas? Aku mau ngomong!”

“Baru keluar,” ucap Fajar sambil menunjuk ke arah pintu.

Firly segera keluar kelas dengan bersungut-sungut, diikuti Naya yang mengekor di belakang untuk mencegah hal-hal yang tak diharapkan.

“Firly, tenang, ini baru voting sementara, kok.” Naya mencoba menenangkan sebisa mungkin.

Firly tak menggubris perkataan Naya. Saking cepatnya berjalan, ia menubruk pemuda di hadapannya. Tangannya memegangi kepala yang sakit. Saat ia medongak, ternyata pemuda tersebut adalah ketua kelas mereka, Akbar.

“Aku keberatan sama lomba itu!” Tanpa basa-basi lagi Firly mengutarakan pendapatnya.

Melihat ekspresi Firly, Naya mundur teratur lalu meninggalkan mereka.

Akbar sudah paham dengan karakter gadis di hadapannya. Ia tersenyum tenang,  tanpa menoleh, ia menjawab, “Oh, masalah lomba. Tadi teman-teman banyak yang setuju kalau kamu ikut.”

Firly tidak suka cara bicara Akbar. Menurutnya, ia adalah laki-laki egois yang memaksakan kehendaknya sendiri tanpa meminta persetujuan dari yang bersangkutan.

“Kamu jangan mempermalukanku, Bar!” Teriak Firly dengan lantang.

“Mempermalukan?” Akbar tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, “bagaimana mungkin aku mendzolimi temanku sendiri, Fir? Aku lihat, kamu cukup proporsional untuk mengenakan baju apapun. Tapi ... kenapa kamu keberatan?”

Belum puas mendengar jawaban ketua kelasnya, tangan kanan Firly siap mendarat di kepala Akbar. Namun Akbar langsung menyadari hal itu dan menghindar, bisa-bisa bogem keras itu berhasil mengenai kepalanya.

“Apa kamu bilang?” tanyanya berapi-api.

Ini lomba peragaan busana muslim. Sangat jauh dengan dirinya dari gambaran religius meskipun ini baru sebatas pakaian. Apalagi harus berjalan di hadapan banyak orang dengan memakai pakaian serba tertutup itu, benar-benar membuatnya sakit kepala.

Jurusan Religi Islami The WWGWhere stories live. Discover now