11 | Kado Kuno

106 43 95
                                    

Dari segenap kenyataan yang diterima. Ingat, jangan pernah berjanji ketika terlampau bahagia. Jangan pernah mengambil keputusan jika dirundung kemelut duka.

***

Zea
Kompleks Pelita Indah blok A no 112

Gladys menarik salah satu ujung bibirnya. Mencari koneksi ternyata tidak perlu bersusah payah seperti yang ia bayangkan. Sekarang hanya duduk manis melihat hasilnya setelah usaha yang pertama benar-benar diluncurkan.

"Kenapa senyum-senyum sendiri, Dys?" tanya laki-laki yang duduk di hadapannya. Mereka menikmati hidangan di Cafe High untuk beberapa menit ke depan.

"Gapapa."

Hening menyelimuti mereka berdua sejenak. Masing-masing dari mereka tak melontarkan bahan pembicaraan untuk mencairkan suasana. Gladys mencebikkan bibirnya, sesuatu hal yang mengendap di pikirannya harus dibicarakan saat ini juga.

"Ryl, soal kita waktu itu... Aku khawatir," tanya Gladys menatap prihatin Derryl.

Laki-laki itu menghentikan acara makannya. "Apa yang harus kamu khawatirin, Gladys? Trust me."

Meski telah mendengar jawaban Derryl, entah mengapa batin Gladys terus gelisah. Sejujurnya ia merasakan hal ini sejak hari itu, kekhawatirannya membludak ketika sebuah kabar menyertakan foto dirinya dan Derryl yang tengah mabuk di Bar.

Bukan hanya ketenarannya ataupun imagenya akan hancur. Namun, kepercayaan Bintang juga akan lebur.

"Bintang juga mendua kan?" ujar Derryl enteng.

Ya, memang Gladys merasa sesuatu yang berubah dari Bintang. Ia tak lagi sehangat dulu. Ia sering mengacuhkan dirinya. Ia kerap banyak alasan. Dan yang terakhir ia berkata secara terang-terangan.

Namun, terbersit kata-kata Jean sore itu, kalo pun Kinan ngaruh ke perubahan sikap Bintang sama lo, seharusnya gak bakal langsung sedrastis itu. Gua yakin Bintang berubah karena hal lain juga.

Kalau boleh berkata jujur, Gladys tidak ingin kehilangan Bintang, bahkan yang dia inginkan lebih dari sekadar komitmen. Namun apa daya, Derryl, cintanya yang dulu telah kembali. Gladys menginginkan keduanya.

"Coba mikir, Dys, sejauh ini yang stay sama kamu siapa? Aku harap kamu gak berubah pikiran buat ngelanjutin hubungan ini sama aku, sekalipun di belakang Bintang." Terang-terangan Derryl mengungkapkan perasaannya. Ia tak ingin melepas Gladys, lagi.

Gladys ingat betul sewaktu mereka masih hanya menjadi teman main, kira-kira Derryl dan Gladys berteman sejak mereka memasuki taman kanak-kanak. Menjadi teman paling akrab sekaligus tetangga yang baik selama 5 tahun.

Sampai akhirnya mereka terjerat cinta monyet sesama anak kecil. Tetapi hari itu sebelum Derryl memutuskan pindah kota, mereka saling mengikat janji untuk bertemu di tahun berikutnya, mereka akan terus menemukan dan menjalani semuanya bersama suatu hari nanti.

Doa-doa keduanya diwujudkan hanya saja waktu mereka salah. Gladys pindah sekolah, ternyata di sanalah ia bertemu kembali dengan Derryl. Sayangnya, untuk kali ini Gladys tersengat umpan, ia jatuh cinta dengan Bintang yang artinya mengingkari janjinya pada Derryl.

Pada awalnya Derryl mencoba merelakan Gladys, jika bahagianya bersama Bintang, dia bisa berbuat apa? Tetapi semua itu berubah ketika mereka duduk di bangku SMA.

Gladys banyak bercerita kepada Derryl tentang hubungannya dengan Bintang yang tak jelas. Mulai dari hanya sekedar komitmen, tak ada kepastian, tak ada status, perasaan yang sering berubah-ubah.

BintanWhere stories live. Discover now