14 | Ma, Aku Rindu

95 36 67
                                    

Apa kamu mengerti? Rasanya merindukan seseorang tanpa tahu
harus melakukan apa untuk itu.

***

Kinan meraih gagang pintu rumah. Begitu ia meneruskan tiap langkah, sepasang matanya menangkap laki-laki tengah kelaparan sembari bertukar nasib dengan kucing di pangkuan, Koko.

Matanya nyaris keluar mengingat satu hal penting yang sempat ia lupakan. "Raven! Belanjaan lo ketinggalan di rumah Bintang!" Tangan gadis itu memukul keningnya sendiri bertubi-tubi. Ia tidak sanggup jika harus melesat bertamu di kediaman Bintang.

"Lagian lo beli belanjaan mampir Bandung dulu?" Raven melempari kakaknya dengan tatapan orang sengsara menahan lapar, tolonglah perutnya sudah ricuh sejak kepulangannya di rumah.

Kinan menekan bibir bawahnya. "Ya... Gimana dong? Masa gua beli lagi? Buang-buang duit."

Raven menghembuskan nafasnya perlahan, ia menurunkan Koko dari tidur pulas di atas pangkuan. "Yaudah, gua mau tidur, nunggu makan malem aja sekalian," katanya singkat.

"Anggep aja puasa ya, Dek, dapet tiket SNMPTN ke surga kok nanti." Kinan meringis.

Secepat kilat ia berlari memasuki kamar. Yang ia temukan Anya sedang menikmati bunga tidur. Padahal jam dinding menunjukkan pukul setengah empat sore, tapi anak itu masih nyaman bergelung dalam selimutnya. Menenggelamkan diri pada bunga-bunga tidur.

"Hp lo bunyi terus tuh, cowok lo rewel," singkat Anya tanpa membuka kelopak mata.

Kinan melayangkan tatapannya pada ponsel yang lupa ia bawa, diambilnya untuk menengok apa saja yang ia terima hari ini. Kalau mengiranya Bintang jelas salah, anak itu sama sekali tak mengirimkan pesan untuk hari ini.

Namun, alisnya bertaut saat membaca notifikasi teratas.

Zea
Besok rapat jurnalistik bisa?

Zea
Ada bahas serah terima jabatan

Zea
Bentar lg bulan puasa males bgt kumpul

Zea
Lagian rame anak baru daftar

Zea
Siangan aja ya?

"Tumbenan lewat pribadi. Padahal grup gak rame tuh," gumam Kinan.

"Lo mending keluar deh, berisik," sahut Anya lengkap dengan penampilan tidurnya. Seperti biasa, Anya salah satu orang yang tak mau diganggu ketika dalam zona terlelap. Ia akan berubah menjadi macan liar jika waktu berfantasinya dicampuri tangan orang lain.

Kinan tahu itu, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodie. Kemudian, ia berlari kecil ke teras rumah. "Bentaran aja kan ya ambil belanjaan?" ucapnya menegaskan pada diri sendiri.

"Kasih tau Bintang dulu gak? Males deh ntar banyak intronya." Kalimat akhirnya menjadi pengantar setiap langkah menuju kompleks sebelah.

Baru ia tahu rupanya kompleks Bintang tak jauh dari rumahnya. Sebuah alasan mengapa Bintang tak kesusahan mencari alamat dirinya untuk pertama kali berkunjung pada malam itu.



#14 - Ma, Aku Rindu



Gladys meremas ujung halaman majalah yang tengah ia baca. Konsentrasinya terus memecah menjadi berkeping-keping selama ia membaca tiap kosakata dalam majalah itu, yang menjajah pikirannya sukses mengambil alih kefokusan Gladys.

Detik berikutnya, ia melayangkan majalah ke sembarang arah. Mengerjapkan matanya beberapa kali sampai akhirnya menjambak rambutnya sendiri.

Gladys tahu betul bagaimana kakak Bintang berbohong tadi. Jelas-jelas ia melihat Bintang dari pantulan cermin jendela, sedang melebarkan senyum demi gadis penikmat kopi.

BintanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang