30 | Tendangan Maut

68 10 0
                                    

Salahnya, kita terus menerus mengenang bagaimana cara kita jatuh cinta tanpa berpikir lebih jauh jika kita akan sama-sama terbius sayatan pada akhirnya.

***

Bukan rahasia umum lagi jika setiap sekolah mempunyai sekumpulan siswa yang gemar berbuat onar, rusuh, serta melanggar aturan. Sejatinya kehadiran mereka lah yang membuat masa putih abu-abu kalian lebih berwarna dengan segala tingkah konyol mereka. Berkat mereka, masa SMA tak hanya mengikuti arus. Namun, adakalanya pasang surut, meskipun mereka yang sering kali membuat para guru naik darah.

Gio dan teman-temannya dikenal sebagai tukang rusuh, kerap kali menimbulkan masalah yang bikin geger seantero sekolah. Kali ini jam istirahat ketiga sudah sepuluh menit berlalu diisi oleh riuhnya pertandingan sepak bola di tengah teriknya sang surya. Walaupun, cara bermain mereka tampak menakutkan tetapi justru mengundang atensi para siswa.

Kinan menyuap ciloknya yang tersisa satu butir ke dalam mulut. Netranya menelusuri arah lari Bintang. Ya, gerombolan Gio sedang bertanding dengan Bintang beserta para anteknya. Pertandingan pun tak kalah spektakuler dari stadion.

"Bintang, bangsat! Oper bola, woi!" teriak Kento—teman akrab Bintang—yang meminta lelaki itu untuk mengoper bola padanya.

"Siniin ke gua, bego!" pekik Atras tak kalah kesal ketika bola hanya dikuasai oleh Bintang dan Rendra.

Namun, untuk beberapa saat bola kembali di tangan Hito—tim Gio. "Oper ke gua, anjay! Jangan maen sendiri, cuk!" Jeki ikut meneriaki timnya dengan peluh yang membasahi hampir sebagian punggungnya.

Tetapi, sekarang Vito berhasil mengunci bola di bawah kuasanya. Lalu, ia menendang ke arah Bintang. Diterimanya bola itu membuat Bintang tersulut emosi menggiring hampir sampai gawang daerah lawan.

"Anjing, Tang! Oper, goblok, oper!" Derryl meneriaki Bintang memaksa supaya bola diberikan padanya.

Namun, ketika Bintang mengoper bola justru bola tersebut justru melewati atas kepala Derryl sedetik kemudian berakibat mengenai kepala seorang gadis yang berjalan di tepian lapangan sambil memegangi plastik cilok. Karena tendangan Bintang terbilang cukup maut gadis itu spontan jongkok sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut tak karuan.

Nasib banget, kemaren kaki terkilir sekarang giliran kejedot bola, batinnya.

Orang-orang yang melihat itu berlarian menghampiri si gadis. Bintang menatap Derryl yang sama-sama terkejut. Lalu, detik berikutnya Bintang melangkah menuju gadis itu tengah terduduk pasrah. "Sori, sori, gua enggak sengaja," ucap Bintang panik.

Tidak ada respon selain rambutnya yang diterbangkan oleh angin. Bintang memberanikan diri bersitatap dengan si gadis, wajahnya memerah sebab keterkejutannya. "Loh, Kinan? Maaf, Nan, enggak sengaja beneran!" ucapnya ikut berjongkok di samping Kinan. Mengusap-usap jejak dimana saat bola itu membentur tempurung kepala Kinan.

Tolehan kepalanya yang bergerak pelan malah menambah rasa nyut-nyutan. Kinan hanya mampu mengangguk sembari memegangi tempurung kepala di sela-sela matanya yang tak kuasa untuk tetap terjaga. Selanjutnya, suara-suara di sekitarnya mendadak berdengung. Pandangan menjadi kabur dan kini berubah gulita. Sesaat sebelum ia ambruk tak sadarkan diri.



#30 - Tendangan Maut



Aroma minyak kayu putih memenuhi rongga penciuman Kinan, agaknya gadis itu mulai membuka kelopak mata. Pandangan yang semula remang-remang mulai terlihat jelas. Ia dapat memandangi wajah Bintang yang mengguratkan perasaan khawatir, Vito yang sedang menatap dirinya lekat, Atras yang cengengesan, serta Elan dan Derryl yang bersandar pada tembok UKS.

BintanWhere stories live. Discover now