15 | Gladys atau Kinan?

100 37 111
                                    

Sampai sejauh ini cukup mengerti perkara yang pertama belum tentu menjadi yang berarti.

***

"Bilang sama Zea, batalin rencananya. Kamu gak bisa kaya gitu, Dys." Jemari Derryl menggenggam tangan Gladys, rasa hangat itu menjalar pada rongga dadanya.

"Kamu tau gak si sakitnya aku, Bintang udah ignore aku terus, Ryl. Aku capek digantungin terus!" Mata gadis itu memerah. Pelupuknya dihantam buliran kristal yang mendesak keluar dari tempatnya.

Tangannya mengusap kasar. Ia tak mau menangis sebelum berperang. "Seenggaknya aku pengen bikin Kinan mundur, aku pengen bilang ke dia Bintang masih punya aku," katanya penuh penekanan. Setiap suaranya yang samar-samar terdengar serak menafsirkan rasa sakit dari lubuk hatinya.

"Gua gak belain siapa-siapa di sini, Dys. Tapi gua gak pernah biarin lo nyakitin Kinan pake tangan lo sendiri, gua gak mau liat lo ngelakuin hal seburuk itu. Kinan gak salah apa-apa di sini." Derryl mencari celah dimana ia harus menemukan titik terang dalam pandangan Gladys. Anak itu harus tahu satu hal.

Tawa sumbang terdengar dari bibir Gladys. "Liat? Lo sama aja kaya Jean kaya Sasha, gak pernah ngedukung gua. Kalo lo sayang sama gua? Buktiin, Ryl." Raut wajahnya terlampau merah menahan gejolak emosi.

Telunjuknya menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinga. "Baru kali ini Bintang ngelewatin batas wajar deket sama cewek. Lo pikir gua bakal diem aja? Ryl, lo tau kan Bintang bukan player? Apa namanya ka-"

Tangan Derryl dengan sigap merengkuh tubuh Gladys yang terlihat ringkih. Gadis itu tak main-main tentang keteguhannya tidak ingin kehilangan satu jengkal pun dari bagian Bintang. Namun, seharusnya dia sadar, dia jauh lebih berdosa daripada yang Bintang lakukan hari-hari selama ini.

Derryl mengelus punggung Gladys, mengecup pucuk kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. Batinnya berkata, andai aja lo tau cowok di depan lo ini lebih sakit. Gua bela-belain kaya gini demi lo, tapi lo selalu anggep remeh, bahkan Bintang lebih penting daripada kesehatan lo sendiri.

Tetapi, tenggorokan Derryl mendadak tercekat. Tak sanggup menyuarakan batinnya yang bergemuruh hebat. Ia ingin menangis tapi tak ada sandaran, ingin rela tapi tak sanggup merelakan, ingin berlari tapi tak mampu pergi.

"Lo bahkan gak mikirin perasaan gua. Gua sayang sama lo jauh daripada Bintang," bisiknya lirih, nyaris hanya seperti udara kosong yang bersautan dari bibirnya.

Gladys menaikkan tangannya ringkih, membalas pelukan Derryl untuk sejenak menenangkan pikirannya.

"Lo harus tau satu hal, Dys," ungkapnya setelah melewati pemikiran yang matang dalam sari-sari otaknya.

Bagaimanapun, tidak ada yang salah di sini terkecuali dirinya yang tega mempermainkan semuanya. Gladys hanyalah terjerat kalimat salah paham perihal kedekatan Bintang dengan Kinan. Andaipun Gladys paham mengenai perjanjian yang sempat tercipta saat malam hari pesembahan sepak bola kala itu, Kinan akan serta ikut terluka karena telah masuk dalam kubangan ini.

Derryl sungguh pelik, benang permasalahannya menjadi berbelit. Namun, seperih apapun rasanya nanti, Derryl pasti membuka alasan dibalik ini semua.



# 15 - Gladys atau Kinan?



Slurrp

Slurrp

"Anjir enak banget woi seger."

Segelas sirup tandas dalam satu kali tegukan. Meski mungkin tuangan ini menjadi kali kelima Atras meminum sirup tersebut, tak membuatnya goyah ataupun mengeluh karena kembung. Justru mata cowok itu semakin berbinar dan memancarkan semangat.

BintanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang