14. Suatu Kebenaran

575 25 9
                                    


Kebenaran selalu datang tanpa diminta dan kadang pada waktu yang tidak tepat.
-------------------------------------------------------

"Lo mau bawa gue kemana? Rumah gue ga lewat sini," tanya Carra bingung.

"Ke tempat gue," balas Mike sambil melirik Carra melalui spion.

"Pegangan, gue mau ngebut," lanjut Mike sambil meraih tangan Carra untuk melingkari perutnya.

"Apa..

"Apaan sih? Lo pasti mau bilang itu kan? Coba sekali aja jangan gengsi biar gue senang dan lo juga."

Untung saja Mike berhasil mengatasi Carra untuk tidak memberontak. Bukannya apa, Mike hanya takut mereka berdua akan jatuh mengingat betapa kuatnya Carra.

Dengan malu-malu kucing, Carra akhirnya menuruti Mike. Carra melingkarkan tangannya pada perut Mike. Mike dapat merasakan pelukan Carra kaku. Sampai tak lama kemudian, Mike merasakan sesuatu menghantam punggungnya. Senyum Mike merekah sangat lebar. Mike memperlambat laju motor supaya bisa menikmati hal ini lebih lama lagi.

Di belakang, Carra sedang senyum-senyum sendiri. Carra merasa dia lebih banyak senyum akhir-akhir ini. Kalau begini buku catatan Sella tentu akan cepat habis.

Setelah kurang lebih 45 menit memeluk Mike, mereka akhirnya sampai di apartemen sederhana Mike yang terletak agak di ujung kota.

"Yuk," ajak Mike sambil menggenggam tangan Carra setelah melepaskan helm masing-masing.

Mereka berjalan dalam diam menuju lift untuk sampai pada kamar Mike. Lift tua ini pun membawa mereka naik. Di tengah perjalanan, lift tersebut berhenti. Mike tampak santai sedangkan Carra terkejut bukan main. Meski dingin, Carra orangnya cukup kagetan.

"Tenang aja, nanti jalan lagi kok. Namanya juga lift tua," ucap Mike menenangkan Carra.

Masih dengan sedikit ketakutan, Carra berjalan mendekati Mike. Carra berdiri hanya berjarak beberapa cm saja dengan Mike.

"Lo takut?" tanya Mike yang sedikit heran melihat Carra tiba-tiba mendekat.

"Sedikit," ucap Carra sambil memejamkan matanya.

Mike menarik Carra semakin mendekat padanya. Dia menenangkan Carra sambil sesekali menepuk dan mengelus puncak kepala Carra.

Setelah kurang lebih 10 menit lift ini berhenti, akhirnya lift ini kembali berfungsi. Merasakan lift kembali bergerak, Carra segera menarik dirinya menjauh. Tapi Mike menahan Carra agar tidak menjauh dan tetap di tempat.

Ting

Lift berdenting dan pintunya terbuka pada lantai dimana kamar Mike berada. Mike menuntun Carra berjalan menuju kamarnya.

"Ini kamar gue, nomor 213. Lo ingat ya, jangan dilupain. Cukup nama gue aja kemarin lo lupain. Nanti seandainya kalau lo tiba-tiba kangen sama gue dan mau berkunjung, lo ga akan dilarang masuk."

Carra hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Mike. Setelah membuka pintu, Mike langsung mempersilahkan Carra masuk.

"Masuk aja, tempat gue emang ga sebesar dan semewah tempat lo, tetapi gue jamin lo bakal suka. Soalnya kamu ada gue," ucap Mike sambil mengedipkan matanya. Lagi-lagi Carra memutar bola matanya malas.

"Gue ganti baju dulu, lo duduk aja. Habis ini, gue antar lo pulang. Atau lo mau jalan dulu sama gue?" tanya Mike sambil mengerling jahil.  Setelahnya dia berjalan menuju kamar mandi setelah sebelumnya mengambil baju di lemari.

Carra berjalan menuju sofa kecil di tengah ruangan sambil memperhatikan sekeliling. Kamar Mike memang tidak terlalu besar tapi sangat rapi. Semua barang juga tertawa rapi.

Pandangan Carra tertuju pada lemari kecil yang terdapat banyak foto di atasnya. Carra mengambil salah satunya. Foto itu terdapat dua orang laki-laki yang sepertinya seumuran dan seorang perempuan yang lebih muda. Setelah mengamatinya sesaat, Carra meletakkannya kembali dan mengambil foto lain. Isinya sama, sepertinya itu foto mereka saat sudah beranjak remaja.

Dahi Carra berkerut melihat perempuan yang ada dalam foto itu. Carra mengenalnya, itu Laura. Korban kecelakaan yang melibatkan abangnya 3 tahun lalu.

Ini benaran Laura? Terus apa hubungan dia sama Mike?

"Itu Laura, adik gue sama yang satu lagi itu Claudio. Dulu waktu kecil kami bertiga tinggal di panti asuhan yang sama," ucap Mike dari belakang seakan membaca pertanyaan dalam benak Carra.

Carra terdiam. A-adik?

"Kenapa diam? Dia bukan pacar ataupun mantan gue, jadi ga usah cemburu," goda Mike. Entah mengapa Mike suka melihat ekspresi Carra saat digoda.

"Adik lo mana? Ga tinggal sama lo?" tanya Carra yang berhasil mengalihkan perhatian Mike dari gelagatnya yang aneh.

"Adik gue tinggal di atas sana," ucap Mike sambil tersenyum sendu dan menunjuk ke atas.

"Oh, sorry. Gue ga tau," ucap Carra yang entah mengapa terdengar aneh, terkesan dibuat-buat. Tapi sepertinya Mike tidak menangkap hal itu.

"Ga pa-pa kok. Yuk gue antar pulang," ajak Mike sambil meraih kunci motornya di atas meja.

Di sepanjang perjalanan, tidak ada satu pun yang bersuara. Pikirin Mike dipenuhi Laura begitu juga dengan Carra. Carra masih tidak menyangka bahwa Laura merupakan adik Mike.

"Carra, udah sampai. Lo ga mau turun? Mau jalan ya?" tanya Mike pada Carra yang masih melamun sambil bersandar pada punggungnya. Carra sepertinya tidak sadar kalau motor Mike sudah berhenti sejak 5 menit yang lalu.

"Carra, lo mikiran apa?" tanya Mike sekali lagi sambil mengguncang lengan Carra.

"Oh, udah sampai ya?" tanya Carra linglung seperti orang kebingungan.

"Udah dari tadi. Enak banget ya meluk gue sampai ga mau turun?" goda Mike.

"Apaan sih!" ucapan khas Carra pun keliar dan memancing tawa Mike.

"Ish, udah ah. Berhenti tertawa. Nanti malam jemput jam 7 ya," ucap Carra lalu langsung memasuki gerbang rumahnya tanpa menunggu jawaban Mike. Mike tersenyum lalu menjalankan motornya menuju cafe untuk bekerja.

Di sisi lain, Carra berjalan memasuki rumah sambil memikirkan sesuatu yang menganggu pikirannya sedari tadi. Sepertinya gue punya alasan sekarang.

"Carra!" ucap Jimmy mengagetkan Carra. "Hayo, pulang bareng dia lagi. Pacar lo ya? Waduh, bilang deh sama mommy daddy kalau lo pacaran."

"Apa sih Jimmy?" tanya Carra malas. Kalau sudah kesal, Carra tidak akan menyebut Jimmy abang lagi.

"Lo pacaran kan sama dia? Ayo ngaku lo," ucap Jimmy sambil mengikuti Carra. Carra hanya memutar bola mata malas tanpa berniat menjawab.

~~~

Hi! Kira-kira apa ya maksud dari alasan Carra?

Jangan lupa ikutin terus cerita ini untuk mengetahuinya. Btw, kebenaran kali ini akan menjadi akar permasalahan nantinya. So, ikutin terus cerita ini.

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke teman kalian. See u next chapter, byee~

Venganza✔Where stories live. Discover now