Extra Part

1.3K 32 9
                                    

Happy reading and enjoy guys:)
-----------------------------------------------------------

Sepuluh tahun kemudian...

Carra berjalan menghampiri sebuah taksi yang baru menurunkan penumpangnya sambil menarik kopernya di bandara internasional Soekarno Hatta.

Tak terasa sudah sepuluh tahun Carra dan keluarga meninggalkan Indonesia. Ini adalah kali pertama Carra mengunjungi Indonesia lagi sejak saat itu.

Bukan hanya sekadar liburan, Carra juga diundang untuk menghadiri reuni SMA Adijaya. Sudah beberapa kali dia diundang, tetapi baru kali ini Carra bisa hadir. Bukannya sombong, tetapi dia memang sangat sibuk.

Dia hanya bisa mengambil cuti dua hari dan besok dia sudah harus kembali ke London lagi.

"Pak, ke hotel xxx ya," ucap Carra pada supir taksi tersebut.

"Siap."

Acara reuni itu diadakan hari ini di hotel tempat Carra menginap juga, jadinya dia tidak repot.

Sepanjang perjalanan, Carra menatap kota Jakarta yang sudah berubah sepuluh tahun terakhir. Dia merindukan semua kenangan yang terjadi di sini. Terlebih kenangan SMA-nya, meski tidak sampai satu tahun.

Ternyata benar yang dikatakan orang-orang, kenangan terbaik adalah kenangan saat kita ada di bangku SMA, kenangan tersebut tak akan terlupakan. Kenangan-kenangan itu akan membuat kita tersenyum mengingatnya, bagaimana pun itu.

"Non, kita udah sampai nih," ucap sang supir karena penumpangnya yang tampak melamun sambil menatap keluar jendela.

"Non, udah sampai," ucapnya lebih keras.

"Oh, maaf pak," ucap Carra yang sudah tersadar sambil menyerahkan selembar uang. "Kembaliannya ambil aja pak."

"Wah, makasih banyak ya non," ucap supir itu dengan senyum lebar.

"Sama-sama pak."

Carra menarik kopernya memasuki hotel menuju meja resepsionis.

"Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan di balik meja resepsionis itu dengan senyum.

"Siang, saya sudah pesan kamar atas nama Carissa."

"Sebentar dicek dulu ya." Carra menggangguk. "Kamar VIP atas nama Carissa Geneysia Immanuel selama satu malam, benar?" Carra menggangguk lagi.

"Kamar nomor 1132 dilantai sebelas. Ini kuncinya. Enjoy your stay Ms."

Seorang petugas ingin mengantar kopernya tapi Carra memilih membawanya sendiri. Sesampainya di kamar, Carra langsung membersihkan diri. Dia masih punya banyak waktu sebelum acara nanti malam.

Setelah selesai, Carra langsung keluar lagi. Dia ingin mengunjungi cafe yang cukup bersejarah bagi dia. Semoga saja cafe itu masih ada.

Dan di sinilah Carra sekarang. Berdiri di depan cafe yang masih tampak sama seperti dulu. Perempuan itu memesan segelas minuman dan duduk di meja di sebelah jendela.

Diam-diam dia berharap laki-laki itu masih bekerja di sini, ya, tentu saja itu mustahil. Tapi, jangan salah sangka dulu. Mereka sudah selesai. Carra juga tidak punya perasaan apa-apa lagi pada dia. Semuanya sudah berubah dan dia juga tidak mungkin diam di sana terus.

Carra mengecek ponselnya yang berbunyi. Itu dari tunangannya. Ya,Carra sudah punya tunangan dan akan segera menikah.

Dia mematikan ponselnya lagi setelah menjawab pesan yang menanyakan apakah dia sudah sampai dengan selamat dan apakah dia baik-baik saja, juga pesan yang mengatakan kalau tunangannya itu merindukannya.

Tidak lama Carra di sana, dia segera kembali ke hotel untuk istirahat. Dia sangat lelah dengan penerbangan yang lama itu dan dia butuh tidur segera.

~~~

Carra sedang bersiap untuk acara reuni yang akan mulai sebentar lagi. Dia sedang memoles make up tipis, dia memang tidak suka make up tebal-tebal. Setelah memastikan penampilannya sudah pas, Carra mengambil jas putih itu dan mengenakannya sambil berjalan keluar.

Dress code dari acara ini adalah seragam dari pekerjaan mereka. Entah siapa yang memilihnya.

Carra adalah seorang dokter. Dia sendiri tidak mengerti kenapa memilih menjadi dokter daripada penyanyi seperti mimpinya dulu. Tapi, dia bahagia dengan hidup dan profesinya sekarang.

Carra berjalan memasuki ball room yang sudah terlihat ramai itu. Dia mengedarkan pandangannya dan melihat kedua sahabatnya, Sella dan Lisa sedang berbincang dengan yang lainnya di dekat sebuah meja. Carra berjalan menghampiri mereka.

"Hi," sapa Carra membuat keempatnya menoleh padanya.

"OMG Carra?! Lo datang? Gue kira lo ga bakal pernah datang," ucap Lisa masih dengan segala kehebohannya. Lisa mengenakan seragam chef-nya.

"Iya, lo sombong banget gila. Sepuluh tahun kita ga pernah ketemu, cuma nge-chat, itu pun jarang banget lo ikutan," ucap Sella dengan kamera yang tergantung di lehernya.

"Bukan ga mau tapi gue sibuk," ucap Carra membela diri.

"Iya deh, dokter." Carra hanya tersenyum.

"Lagian gue bukan alumni juga."

"Tapi tetap pernah sekolah di sana kan?"

"Iya deh." Carra kemudian menyadari sesuatu. "Lisa, lo lagi hamil ya?"

"Iya," ucap Lisa sambil terkekeh.

"Wah selamat."

"Makanya chat itu dibaca, ketinggalan berita kan lo," ucap Sella. Carra hanya menyengir.

"Berapa bulan?"

"Empat."

"Carra?" Sebuah suara terdengar dari belakang mereka. Mereka kompak menoleh pada sumber suara.

"Mike?" Carra mendapati dirinya gugup tanpa sebab saat melihat mantannya itu. "Hi, lo apa kabar?"

"Baik." Mike tampak meneliti seragam Carra. "Lo dokter? Perasaan dulu lo mau jadi penyanyi deh."

"Ya gitu lah."

"Eh, kami kesana dulu ya," ucap Lisa mewakili yang lain, memberi ruang pada keduanya untuk bicara.

"Lo sendiri, business man?"

"Ya, seperti yang terlihat. Lo spesialis apa?"

"Bedah umum."

Mike menggangguk mengerti. "Lo pasti sibuk banget ya sampai baru kali ini bisa ikut reuni?"

"Iya. Ini aja besok gue udah harus balik."

"Yah, padahal gue pengin ajak lo jalan-jalan." Mike kecewa.

"Jangan bercanda deh. Ga takut istri lo marah karena jalan sama mantan?" Carra menunjuk cincin yang tersemat di jari manis Mike.

"Eh, ampun. Jangan ngadu ya," canda Mike. "Lo udah?"

"Bentar lagi, doain lancar."

"Iya. Btw, gue ga diundang?"

"Nggak lah, ntar cowok gue cemburu lagi gue undang mantan. Lagian gue pestanya di sana."

"Iya yah, jauh. Ga jadi deh."

"Gue senang semuanya baik-baik saja sekarang. Kita bisa bahagia di jalan kita masing-masing," ucap Carra. "Menyisakan kenangan kita sebagai sebatas kenangan dan masa lalu."

"Iya lo benar. Gue takut lo ga bisa move on dari gue," ucap Mike dengan kekehan pelan.

"Dasar lo! Lo kali yang gagal move on." Carra memukul lengan Mike.

"Eh, ampun." Mike tertawa. "Ayo, cari yang lain. Ga baik berduaan."

Carra merasa keputusannya untuk mengikuti acara reuni kali ini tidak salah. Sudah lama sekali Carra tidak berkumpul dengan sahabat-sahabat lamanya.

Kini, dia bisa memulai hidup barunya dengan bahagia. Menyisakan kenangan masa lalunya tersimpan rapat di ujung hatinya.

~~~

Venganza✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang