07 | 24 November 2016✔

190 11 10
                                    

Asuna memegang kedua pipi lelaki itu dan dengan paksa menolehkannya kearahnya yang baru saja duduk.

"Beritau apa yang kau sembunyikan! Kalau tidak...?" ancamnya mengepalkan tangannya.

Kirito hanya melihatnya dengan pandangan tak percaya, jika Asuna akan seberani ini. Ia hanya menutup mata dan memikirkan kata yang cocok disituasi saat ini. Dan menggerakkan tangannya menyentuh tangannya yang masih menekan kedua pipinya.

"Aku sebenarnya se-!?"

Drtt... Drtt... Drtt...

Sebuah getaran yang menandakan seseorang memanggilnya. Ia lalu mengambilnya dan melihat siapa yang memanggil.

[Hoshimura]

"A-!?" ucapnya lalu diam.

"Ada apa, Hoshimura? Apa ada masalah hari ini? Atau masalah genting?" batinnya bingung.

Melihat ekspresi lelaki didepannya yang khawatir dan cemas bercampur bingung. Asuna melirik ponsel Kirito, ia hanya diam. Ia tak tau, siapa yang menelpon lelaki didepannya ini.

Tapi yang pasti, ia ingin jawaban darinya sekarang.

"Bisa tolak panggilan itu, aku mau jawabanmu sekarang!" ancamnya lagi.

Melihat gadis didepannya yang membara mulai marah. Kirito hanya menghela nafas panjang dan mengangkat telpon dari walinya itu.

"Maaf, Asuna. Tapi ini dari waliku, jadi aku harus mengangkatnya. Mungkin ada sesuatu yang serius" jelasnya lalu meletakkan ponselnya ditelinga.

"Halo?"

"Ya, halo juga Hoshimura. Ada apa?"

"Kau dalam bahaya! Sekarang segeralah pergi dari sana, mereka sekarang tau dimana kau berada dan mengincarmu. Dan ingat, siapapun yang dapat membaca 'Sandi Nada', mereka juga mereka incar!" balas Hoshimura dengan panik.

"Tunggu! Bagaimana bisa? Mereka seharusnya tidak dapat mengincarku sebelum oprasi itu!"

Asuna yang mendengar itu, ia hanya menggertkan giginya. Ia marah, sangat marah kali ini. Karna lelaki didepannya merahasiakan sesuatu darinya.

Dan apa maksudnya 'Operasi itu'?

Pikirannya memikirkan keras dengan tangan kanannya meremas tangan kiri Kirito dengan keras. Membuat pemilik tangan itu meringis kesakitan, Kirito hanya melihatnya lalu melakukan percakapan lagi.

"Kau tau kan, jika 'Sandi Nada' itu dapat membuka sebuah software paling canggih di Jepang ini. Jika itu jatuh ketangan mereka, maka banyak negara akan mengalami cybersystem skala besar. Baik itu penerbangan, marketing, ATM dan lainnya, bisa dikatakan dengan perusakan perangkat lunak di setiap sistem yang terkena" jelas Hoshimura.

"Tunggu, lalu kenapa mereka juga akan mengincar orang yang dapt membacanya?" tanya Kirito.

Ia masih memiliki banyak perkiraan kenapa organisasi itu mengincarnya. Namun tidak untuk orang yang dapat membaca 'Sandi Nada', kenapa dan bagaimana mereka tau?"

"Hei, ingat! Yang dapat membacanya hanyalah seorang yang bisa bermain musik dengan alat biola. Karna sandi itu sangatlah rumit, jadi orang tuamu dulu lebih memilih menggunakanmu untuk menyembunyikannya. Mereka juga tak berniat membuatmu dalam bahaya"

Menghela nafas berat, "Aku tau, tapi kenapa juga orang terdekatku juga jadi sasaran?"

"Siapa?"

"Asuna"

Mendengar namanya disebutkan oleh lelaki didepannya, Asuna merebut ponselnya dan meletakkannya ditelinganya.

"Apa? Kenapa? Ini siapa yang menelpon? Jika Anda walinya, kenapa disaat seperti ini kau menelpon?" sahutnya kesal ditelpon Kirito.

"..."

Hoshimura tak menjawab dan hanya diam. Kirito hanya diam dengan bersandar disandaran kursi. Ia pasrah jika rahasianya terungkap sekarang, mungkina akan berbahaya jika Asun tau. Tapi mau bagaimana lagi, Asuna adakah seorang yang peka denga lingkungannya.

"Hei! Jawab wali Hoshimura!" emosinya.

Namun Asuna menekan suaranya supaya tetap kecil, ia tak mau mengganggu pelanghan lain dikafe.

"Ini siapa?"

"Asuna, Yukki Asuna"

"A-!?"

"Ini percakapan para lelaki. Lalu aku akan tanya? Apa kau melihat Kazuto pucat?" lanjutnya.

Mengangguk, "Ya, dia agak pucat hari ini saat menjemputku"

"Sekarang bisakah kalian segera kerumah Kirigaya sebelum jam 8?"

"Kenapa?"

"Aku sulit memberitahukannya kepadamu, jadi cepatlah. Sekarang tak banyak waktu!"

Tut... Tut... Tut...

Salurannya terputus, Kirito hanya dapat menghela nafas dan disaat yang sama Eiji datang. Ia melatakkan pesanan mereka dimeja.

"Selamat dinikmati!"

Lalu ia pergi dengan senyuman di wajahnya. Disisi lain Kirito mencurigai sesuatu yang membuat Eiji menyeringai aneh.

Ia lalu melihat coklat panas dan kopinya, menghela nafas dan memeriksa kedua minuman itu. Menghirup baunya dan matanya terbelalak.

"Obat bius?" batinnya.

"Apa Eiji adalah salah satu dari mereka? Jika iya, aku harus cepat pergi dari sini" tanyanya lalu melihat Asuna yang menghelap.

Dengan tanpa dipikir panjang, ia mengambil ponselnya dan meletakkan pembayaran diatas meja. Kirito lalu dengan cepat menarik Asuna keluar dari kafe, walaupun genggamannya terlihat kuat. Tapi ia menggenggam lembut tangannya dan memboncengnya tanpa sepengetahuan siapapun.

"Maaf, Asuna. Kita bisa bicarakan ini dirumahku nanti, kuharap kau tak memikirkannya dengan serius"

------
Hai... Minna-san... :3

Jangan lupa divote dan saran kritik ya...

Maaf jika up nya lama... Ane- saya baru selesai UAS, jadi pening tapi nggak apa-apa kok!

Saya cuma curhat dikit... Dan up berikutnya mungkin agak lama lho...

Jadi yang sabar ya nunggu...

Salam Hangat,
Imadiaz Harukou

AIID : My Instrument To YouWhere stories live. Discover now