14 | 25 November 2016

109 5 5
                                    

Malam pun tiba, di sebuah gedung dengan keamanan tingkat tinggi. Terdapat seorang pemuda bersurai pirang dan seorang gadis dengan surai emas. Mereka mengotak-atik data yang ada dalam komputer di depannya.

"Eugeo, cepat! Mereka akan segera kemari!" ujar sang gadis bersurai emas memegang pistol di tangannya. Bersiap menarik pelatuk, jika musuh membuka pintu yang telah dikunci.

"Ya, ya. Aku tau, Alice. Tapi informasi ini terlalu lembut, memerlukan sedikit lebih lama. Tapi akan kuusahakan lebih cepat" sahut pemuda bersurai pirang menekan keyboard dengan kecepatan tinggi.

Brok! Brok!

Pintu digedor dari luar dengan keras, terlihat dari layar monitor dalam ruangan. Sekelompok orang dengan pakaian jas hitam dan kacamata dengan earphone terhubung.

Mereka adalah penjaga keamanan gedung bagian khusus, berusaha membuka pintu. Mendobrak dengan beberapa orang.

"Apa bisa lebih cepat, Eugeo! Mereka hampir bisa membuka pintu!" pekik gadis bersurai emas bernama Alice.

Ia mulai menodongkan pistol dan menarik pelatuknya, peluru melesat dan menembus pintu besi.

Dor!

"Yos! Ayo, Alice!" ujar Eugeo memasukkan sebuah disk ke dalam kantung yang tergantung di pingganganya.

"Ya! Ayo"

Dor! Dor! Dor!

Keduanya lengsung berlari ke sebuah fentilasi dan menurup rapat pintu masuknya. Tak meninggalkan bekas apapun, termasuk bekas sidik jari di permukaan keyboard. Bisa gawat nanti.

Brak!

Srkelompok orang berjas masuk dan menodongkan pistol mereka ke srgela arah. Namun tak menemukan apapun, selain layar komputer besar yang telah kosong. Semua data tentang penelitian obat terlarang dan sekaitannya.

"Cih! Mereka berhasil kabur, cepat cari mereka! Pasti belum jauh dari tempat ini!" teriak salah satu dari mereka.

Di tempat lain, Eugeo dan Alice menghembuskan nafas lega dan mengusap keringat mereka. Misi dari Komandan Hoshimura memang tak tanggung-tanggung.

Walau bagitu, komandan mereka itu malah langsung mengurusi madalah yang ada di Sektor Uruk. Bisa dikatakan sektor keributan supaya panjagaan di gedung melemah.

"Hufh~ ku harap dengan ini, Kirito bisa sedikit lega. Setidaknya penelitian gila ini sudah kita curi" ujar pelan, sangat pelan dari Eugeo memakai kacamata cyber-nya.

"Ya, sebaiknya cepat. Aku mulai merasakan firasat, jika mereka akan memeriksa fentilasi dsri komputer. Srbaiknya kita lewat bagian lift saja" sahut Alice sama pelannya dan dibalas angukan pemuda di depannya.

Setelah beberapa menit merangkak dan berbelok, akhirnya keduanya sampai di lift yang berhenti. Dengan lembut memijak bagian luar atas lift itu. Tetapi saat Alice memijak, dia tersangkut di pintu keluar fentilasi dan hampir membuat suara robekan besar.

Ungungnya lift belum turun atau naik, jadi nyawanya masih disayangi Tuhan.

Menghembuskan nafas lega, "Huft... Untunglah" ujar pemuda bersurai pirang bermanik hijau itu mengelus dadanya lega.

"Cih! Dasar penembak junior, apa kau mau dipecat?" sebal Alice manatap tajam.

Tersenyum aneh dan mengelengkan kepalanya, Eugeo meletakkan tangannya ke besi pijakannya.

"Kosong, tidak ada orang" gumamnya.

Ia menatap Alice, "Alice, apa kau memiliki ide untuk peretasan ini?" tanyanya.

Menutup matanya sesaat, "Mungkin kita bisa melumpuhkan sebagian dari mereka, tapi itu memiliki resiko" balas pemuda bersurai pirang itu berdiri.

"Ya, aku malah setuju dengan ide itu, kita takkan bisa pergi jika tak menghabiskan selusin peluru besi ini" sahut Alice menatap pistol hitam miliknya.

Menarik nafas dan menyiapkan mental, Eugeo menatap jam canggihnya. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang setengah atau enam lebih setengah malam.

"Cih! Sebentar lagi acara itu akan berlangsung, ku harap Kirito tak mendapat masalah ditengah jalan" gumam Eugeo menarik cepat pintu masuk lift.

Brak!

Terdapat dua orang berpakaian jas hitam dan pistol di tangan mereka, di saat yang sama lift melaju ke lantai bawah. Entah lantai berapa?

Meloncat masuk dan memendang salah satu dari pria berjas hitam dengan kaki kiri. Pemuda itu lalu mendarat mulus dan menghindar dari tusukan belati dari pria berjas hitam lain.

Ctang!

Dor! Dor!

Suara dentingan antara belati dan tembakan terdengar, seper keduanya harus segera pergi. Setidaknya situasi ini selalu menegangkan bagi kedua pasang agen berpikiran polos ini.

Menahan belati pria berjas yang menyerang Eugeo, Alice masih menahannya. Seraya membelakangi pemuda itu yang juga membelakanginya.

Trang!

Brak!

Alice menepis belati ke arah kenan dan menendang bagian vital pria berjas itu. Ya, kalian bisa tau yang mana.

Sedang pemuda di belakang Alice dan pria berjas, keduanya hanya bisa berhenti sesaat. Menatap kasihan kepada korban gadis mengerikan itu, pastinya takut jika mereka yang mendapat serangan mematikan nan sadis itu. Sampai keduanya kembali ke pekerjaan mereka, Eugeo mendorong dan memelintir salah datu tangannya.

Dengan sigap melepas sabuk dan mengikatkannya di tangan yang telah berada di kedua punggung.

"Ha... Ha... Ha... Sepertinya mereka akan tertidur lama" ujar Eugeo duduk dan bersandar pada tembok besi lift.

"Ya, ya. Setelah keluar lift ini, kita akan bersiap dengan yang lebih banyak. Pasti kau lupa menembak CCTV lift ini, kan?" sahut Alice tajam.

Menatap balik dengan sombong, "Sayanganya, aku berhasil merusak bagian lift ini sebelum misi. Jadi jangan khawatir" balas pemuda itu.

"Oh"

Ting!

Sampailah keduanya di lantai satu, itu merupakan ujian mereka untuk melewati satu pasukan gedung ini. Setidaknya ini lebih aman daripada misi mencuri barang pribadi.

Ya, lebih mudah dan tak membawa masalah.

Menyiapkan belati dan pistolnya, kedua pasang agen ini menghidupkan jam tangan mereka. Sejak misi ini dimulai, Eugeo dan Alice memakai topeng. Pemuda bersurai pirang itu memakai topeng Harimau, sedangkan gadis sebelahnya memakai topeng Burung. Mereka memakai pakaian yang bisa dikatakan seperti sepasang kekasih dengan pacaran di hotel mewah.

Pada akhirnya, keduanya membawa misi ini menuju ke masalah lain.

Di tempat lain, Kirito menatap sebuah layar ponsel. Titik-titik yang muncul dibeberapa tempat di sekitar jalan ke rumah Asuna.

"Cih! Dasar" umpatnya memasukkan kunci ke lubang kunci mobilnya.

Malam ini adalah malam yang penting. Jangan sampai, ia membuat gadis itu kecewa.

Catatan Penulis:
Hai... Pembaca!

Maaf, hari minggu kemarin lupa update. Untungnya hari ini ingat, jadi saya sangat minta maaf.

Ya, sebenarnya senang karna ada yang mengingatkan. Tapi, saya'nya yang nggak buka HP... Jadi untuk pambeca setia AIID seri ini, saya mohon maaf...

Sebagai gantinya, hari minggu besok. Saya nggak akan telat (tapi jika telat, tolong di ingat kan):')

Jangan lupa di-vote, kritik dan saran serta komentar^^

Apa ada yang setuju saya Up AIID yang asli langsung semua? Jika ada, saya bisa. Tapi jika tidak, mungkin untuk minggu ini akan saya selesaikan up-nya. Setidaknya 5 bab perhari. Apa ad ayang mau?

See You Next Time!

AIID : My Instrument To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang