06 | 24 November 2016✔

166 8 0
                                    

Suasana hening setelah Asuna pulang dari sekolah, ia menunggu Kirito yang katanya ingin membicarakan sesuatu dengannya. Dan akhirnya suara dari motor sport terdengar ditelinganya yang peka.

Menghentikan motornya tepat didepan tempat Asuna berdiri. Melepaskan helm dan menampakkan wajah pemuda bersurai hitam itu tang terlihat pucat.

"Maaf, membuatmu menunggu"

Menggelengkan kepalanya dan mendekat kearah Kirito, Asuna mengamati wajahnya yang benar-benar terlihat pucat.

"Anu... Kirito, apa kau baik-baik saja?" khawatirnya lalu mengusap lembut pipi lelaki didepannya.

"Ya, sedikit. Cuma kurang dar- bukan, cuma kurang minum" balasnya cepat.

Mengamati lelaki didepannya dengan curiga, namun kemudian Asuna hanya bisa menghela nafas panjang. Berjalan mendekati Kirito, ia lalu mengambil dan memakai helm yang sedari tadi ditentengkan kearahnya.

Dan naik kemotor sport milik Kirito. "Ne Kirito, bisa kita bicarakan di Sakura Cafe?" pinta Asuna.

Mengangguk setelah memakai kembali helmnya, "Tentu saja, mana mungkin aku akan mengajakmu ke hotel" candanya.

Mendengar itu, Asuna tanpa sadar memanyunkan mulutnya kesal dan berpegangan keperut lelaki yang memboncenginya.

Dan perjalanan hening mereka lalui dengan cepat dan keduanya sampai didepan Sakura Cafe, kafe terkenal di Tokya. Mereka lalu berjalan memasuki kafe dengan tenang dengan suara bel tanda datangnya penlanggan mengiringi keduanya.

"Selamat datang!" sapa seorang pelayan yang kerepotan.

Berjalan ke bangku, dimana mereka biasanya berkunjung. Asuna dan Kirito duduk berhadapan dengan hening sampai seorang pelayan mendekati mereka.

"Permisi Tuan Kirigaya, Nona Yukki. Mau pesan apa?" tanya suara tak asing ditelinga keduanya.

Mungkin tak asing bagi Asuna, lagipula Kirito telah tau sejak kemarin. Jika seorang pelayan dikafe itu adalah temannya dan Asuna. Walaupun ia selama beberapa bulan lalu, harus pergi ke Amerika karna suatu hal dari keluarganya.

Menoleh dengan cepat melihat pemilik suara itu, "A-!? E-Eiji?" ucapnya tak percaya.

"Ya, ini aku. Eiji Mitenaka" balas pelayan itu.

Ia adalah Eiji Mitenaka, putra ketiga dari keluarga Mitenaka. Teman remaja keduanya dan beberapa teman lain.

Sontak Asuna langsung berdiri dan memeluk pemuda berseragam pelayan itu.

"Lama tak ketemu, bagaimana kabarmu?" tanya Asuna yang telah melepas pelukannya dan melihatnya senang.

"Baik kok, Yukki. Dan bagaimana kabarmu dan kau Kazuto?"

"Baik"

"Baik kok, tak perlu khawatir!" balas Kirito tenang.

Melihat itu, Eiji hanya menahan tawanya dan kembali melakukan tugasnya sebagai pelayan kefe. Kembali menyodorkan pertanyaan pesanan kepada kedua pemuda pemudi didepannya.

"Nah, sekarang kalian mau pesan apa? Aku harus bekerja saat ini, kita bisa reoni nanti setelah pekerjaanku selesai" ucapnya tersenyum kepada Asuna.

"Seperti biasa, secangkir kopi dan coklat panas untukku dan Asuna" balas Kirito.

"Baiklah, sampai jumpa nanti Yukki, Kazuto"

Lalu Eiji pergi meninggalkan keduanya ke meja barista pemilik kafe. Sesaat sebelum ia kembali, Kirito meminta Asuna kembali duduk dan mulai membicarakan hal yang ingin dibicarakan oleh Kirito.

AIID : My Instrument To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang