13 | 25 November 2016☆

115 4 1
                                    

Ting! Tong! Ting! Tong!

Waktu pulang sekolah telah tiba, Symphony Music School telah membuka pintu pulang bagi para pelajar. Asuna sedikit pucat hari ini, ia bingung.

"Sebenarnya dimana lelaki menyebalkan itu pindah?" tanyanya pelan.

Khusus untuk Yukki, dia telah dijemput oleh keluarganya dan pulang duluan. Jadi sekarang, Asuna harus pulang sendirian.

Mungkin tidak.

Langkah kakinya berhenti, seperti biasa. Pemuda serba hitam itu menunggunya pulang, dia masih memakai earphone di kedua telinganya. Seraya menyandarkan diri di motor sport kesayangannya, ya ... dia adalah Kirito.

Menghembuskan nafas panjang, Asuna berjalan mendekati Kirito yang masih asik sendiri. Ia mengambil satu earphone di telinga kirinya, "Sekarang apa sudah dengar?" tanya Asuna.

Padahal ia tak mengatakan apapun, cuma ingin menjahili lelaki serba hitam itu.

"Eh? Apa kau mamanggilku?" tanyanya gagap.

Tertawa kecil, Asuna menahan tawanya dengan menutup mulutnya. Kirito hanya diam, ia baru sadar jika dijahili oleh gadis manis di depannya.

"Hei!" sebal Kirito manatap memelas.

"Ah! Maaf, maaf. Aku tidak mamanggilmu, kok! Tapi wajahmu yang tampan itu ingin ku jahili sesekali" jawab Asuna mengelus kepala Kirito yang lebih tinggi darinya.

Menarik nafas dan membuangnya santai, menatap Asuna dan mengangguk.

"Jadi nanti malam adalah acara penting, kan? Jadi aku datang untuk mengantarmu, Asuna. Tapi jangan khawatir, aku akan menjemputmu jika kau mau berangkat" jelas Kirito berubah ekspresi dari memelas ke ekspresi semangat.

"Eh! Um, baiklah. Tapi apa kau takkan berdebat dengan Yukki?" tanya Asuna tak menyangka.

"Em ..." menatap Asuna sesaat, "Mungkin akan terjadi, apa aku menganggu latihan nanti?" tanya Kirito pelan.

Asuna hanya mengelengkan kepalanya, "Tidak, kok! Tapi apa kau bisa mengendarai mobil?" tanya Asuna penasaran.

"Mobil?"

"Ya"

Memegang dagunya san berpikir sambil menutup matanya, "Ya, aku bisa. Tapi mobil yang ku punya hanya mobil modifikasi itu, lho!" jawab Kirito membuka matanya, menatap Asuna.

"Tak apa, itu lebih baik dari mobil balap milik walimu" sahut Asuna mengambil helm yang ada di pegangan Kirito.

Kirito menaiki motor diikuti Asuna yang membonceng di belakangnya, gadis itu dengan pelan memeluknya. Itu biasa bagi Kirito, tapi kali entah mengapa Asuna merona.

Ia bisa mendengar suara detak jantung lelaki di depannya, lembut dan pelan. Itu normal bagi manusia, tapi jantung Asuna mendapat sebuah ujian. Suara itu adalah berkah yang paling di mimpikannya selama hidup pahitnya.

Membuat jiwanya yang masih terpatri kuat di raganya tentram dan tenang. Dunia seperti ada pada gengamannya, berputar di sekelilingnya.

Asuna tau, ini hanya pemikiran naif semata. Tapi ... ia tak menganggap itu buruk.

Setidaknya ia masih bisa dekat dengan lelaki dalam dekapannya ini.

"Asuna?" panggil Kirito.

"Eh? Ah! Ya, ada apa?" sahut Asuna gagap.

"Apa kau melamun?" tanya Kirito balik.

"Eh? Bu-bukan, aku hanya diam-!?" ucapan Asuna berhenti ketika ia sadar ia melamun.

Tertawa kecil, Kirito mengelus tangan Asuna yang melingkari pinggangnya. Tangan kecil nan rapuh, gadis yang rapuh tapi pura-pura kuat. Itulah Asuna yang ia kenal.

"Hehe ... Baiklah, apa kau siap?" sahut Kirito menancap gas pelan.

Tak seperti biasanya, dimana lelaki ini mengebut. Tapi ini juga kebiasaan Kirito ketika ia sedang dalam mode kemalasan.

Di tengah jalan, Asuna meminta Kirito berhenti.

"Ada apa, Asuna?" tanya Kirito heran dan mengangkat satu alis.

"Aku hanya melihat bintang, ku harap malam ini ada bintang jatuh" ujar Asuna.

"Bintang jatuh, kah?" tanya Kirito ikut menatap langit biru sore ini.

Menatap jam, Kirito seperti harus mengantar Asuna ke rumahnya cepat. Malam ini, acara akan dimulai tepat pukul delapan. Ia tak mau Asuna terlambat.

"Asuna, kita harus cepat pulang? Aku takut gadis iblis itu mengebom diriku" pinta Kirito menepuk tangan Asuna pelan.

Kaget dan menatap Kirito, "Ah! Ya, apa kau takut?" ujar Asuna sedikit mengejek lelaki ini.

Menarik nafas dan menghembuskannya, "Aku tidak takut, tapi alarm bertahan hidupku menyala ketika membuat masalah dengan gasis iblis itu. Tapi kumohon jangan mengatakan aku memanggilnya dengan gadis iblis, kumohon" jelas Kirito berakhir memohon.

Kirito yang menyatukan tangan sebagai tanda memohon, membuat lelaki itu tampak tampan. Itu membuat Asuna merona ringan dan membuang muka, "Ba-baiklah" ucapnya.

"Terimakasih, oh, terimakasih. Asuna-ku! Aku akan membalas kebaikanmu suatu hati nanti" sahut Kirito senang dan menghidupkan motornya yang tadi mati.

Dengan hati yang senang, Asuna mengeratkan pelukannya pada pingang Kirito yang mulai menjalankan motornya kembali.

Akhirnya Asuna dan Kirito sampai di depan rumah keluarga Yuki, tapi Kirito hanya diam dengan keringat dingin. Di pagar depan rumah Asuna, seorang gadis bersurai hitam keunguan berdiri dan menatapnya tajam.

Asuna turun dan mengembalikkan helm, "Terimakasih telah mengantarku" ujar Asuna tersenyum kecil dan sesekali menatap gadis yang sedang bersedekap kesal itu.

"Sama-sama, sampai jumpa" balas Kirito melambaikan tangannya.

Beberapa saat kemudian, Kirito mulai menjalankan motor dan menyusuri jalan. Asuna hanya menatap sampai punggung lelaki itu menghilang, menatap Yukki yang sudah menguap.

"Maaf, Yukki. Apa kau terlalu lama menunggu?" ucap Asuna mendekati sahabatnya itu.

Menatap datar, "Setidaknya setengah jam yang lalu, aku sudah menunggu di sini" sahutnya.

"O-oh... Maaf, ya?"

Menegapkan dirinya, Yukki memgangguk dan mengajak Asuna segera masuk ke rumah.

"Ayo! Masuk, aku kedinginan" gerutu Yukki ceria kembali.

"Um"

Catatan:

Hai, minna-san!!

Bagaimana bab ini, jika ada kesalahan ... Bisa komentar, kok!

Jangan lupa di vote, saran dan kritik!

Terimakasih pada pembaca setia seri AIID : MITY sekalian^^

#StayAtHome
#DiRumahAja

Jangan mudik, ya! Jaga diri, jaga keluarga, jaga semuanya^^

Besok lebaran^^
Sekalian, Minal aizin wal faidzin ... Mohon maaf, lahir dan batin!!

Maaf, ya? Jika saya punya salah sama para reader, saya mungkin nggak sengaja. Dimaafin, ya?

See You Next Time!

AIID : My Instrument To YouWhere stories live. Discover now