09 | 25 November 2016✔

159 6 1
                                    

Pagi yang cerah dengam sinar matahari yang denyan mudahnya masuk kedalam sebuah kamar. Ruangan minimalis dengan dominasi warna cream putih disetiap sudutnya. Kasur dan perabotan diruangan itu sangat tertata rapi.

Dikasurnya terdapat seorang gadis dengan rambut coklat muda tertidur dengan raut wajah mengkerut. Ia adalah Asuna, dia sedang bermimpi buruk

"Kirito, jangan-jangan pergi... Aku-aku tak mau kau pergi... Aku-sangat men-cintaimu... Aaa!- ha...ha...ha..."

Ia bangun dari mimpinya dengan tangannya yang dijulur keatas seakan menggapai sesuatu.

"Ha...ha....ha... Ternyata hanya mimpi!" ucapnya terengah-engah.

Menyatuhkan tangannya dan melihat sekeliling dan mengingat kejadian tadi malam.

"Apakah itu juga mimpi?" tanyanya.

"Aku sepertinya masih ragu tentang itu" lanjutnya.

Bangun dari ranjangnya dan melihat keluar jendela, dimana hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Hari ia akan berusaha dengan keras mencapai keinginannya.

Ia menggelengkan kepalanya dan menepis pikiran buruk tentang Kirito. Dan melupakan kejadian semalam dan manggapnya hayalah mimpi belaka.

Ia harus membanggakan Kirito dengan permainannya malam nanti. Membiak selimut dan berdiri, Asuna dengan cepat merapikan kasur dan menuju kamar mandi.

Jam menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit, dia keluar dari kamar mandi. Asuna telah berpakaian dengan rapi dan sekilas melihat kecermin yang ada dikamarnya.

Deg...

Namun tiba-tiba jantungnya berdetak dan rasa sakit menyerangnya, membuatnya mencengkram kuat dada. Nafasnya terengah-engah dan menahan sakit yang dirasakannya. Dengan kaki yang gemetaran hebat, Asuna berjalan kemeja belajarnya.

Ia membuka laci dan mengambil botol obat didalamnya, dua kapsul ia ambil lalu telan dengan cepat. Sakit yang membuatnya tersiksa berkurang setelah beberapa menit. Mengatur nafasnya dengan teratur, Asuna kembali melihat bayangannya dipantulan cermin.

Keringat bercucuran dipelipisnya, pakaiannya yang sedikit berantakan karna cengkramannya tadi. Dan rambutnya yang tergerai tak beraturan, membuatnya tersenyum miris.

Bukan karna penampilannya, tapi penyakit yang membuatnya tersiksa. Ia telah sejak kecil mederita penyakit ini, namun tak seorang pun yang tau. Bahkan orang tuanya saja, tak mengetahui apapun. Kecuali, seorang dokter spesialis yang menanganinya secara rahasia.

"Seberapa lama lagi, aku akan bertahan?" batinnya.

Ia hampir putus asa, namun demi orang yang ia sayangi. Asuna rela melakukan apapun selama masih dalam kemampuannya.

Menggelengkan kepalanya, Asuna merapikan pakaiannya dan menyisir rambut coklatnya. Setelah selesai, ia berjalan keluar kamar kelantai bawah.

Sepi dan hening.
Seperti biasa dikediaman Yukki yang tak seharmonis keluarga lain disekitarnya. Asuna hanya kembali tersenyum miris mengingat ayah dan ibunya.

Berjalan kedapur dan meminum air putih, ia telah terbiasa tak sarapan. Memakai sepatu dan mengambil tas khusus untuk biolanya, Asuna lalu keluar dari rumah.

Namun sebelum menguncinya, Asuna sekilas melihat rumahnya yang suram. Membuat hatinya yang hancur semakin hancur, walaupun telah diperbaiki berkali-kali.

Keluar dari garbang, Asuna tersenyum tipis. Ia melihat lelaki yang biasanya mengantarkannya pulang, datang menjemputnya.

Menoleh kearah Asuna, Kirito lalu menyapa dengan senyuman ramahnya.

"Ohayo, Asuna!"

Tersenyum kecil, Asuna mendekat dan membalas sapaan lelaki didepannya.

"Ohayo, Kirito"

Ia mendekati lelaki yang dalam mimpinya tadi malam berwajah pucat, sekarang telah terlihat sehat. Menyadari mata Asuna yang melihatnya detail, Kirito segera menyodorkan helmnya.

"Ayo, berangkat!" senangnya.

Setelah memakai helm, ia lalu duduk diboncengan belakang Kirito dan memeluknya dari belakang- berpegangan erat melingkari perutnya. Asuna memiliki mimik wajah yang sedikit cemas akan mimpinya yang sekilas teringat. Namun ia menggeleng sekali, "Itu lebih mirip mimpi dari manapun aku memikirkannya" batinnya.

"Asuna ... ada apa?" tanya Kirito heran.

Menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa kok, aku hanya memikirkan sesuatu yang tak penting" jawab Asuna.

"Oh"

"Memangnya ada apa?"

"Kau mengusap dipunggungku" herannya.

Tertawa kecil, Asuna menepuk pinggang Kirito, "Aku hanya berpikir tentang mimpi yang aneh semalam, ayo cepat berangkat!" jelasnya lalu menyuruh segera berangkat.

"Oke, oke"

Menghidupkan motornya dan menjalankannya dengan kain cepatan normal.

Sampai disekolah, Asuna langsung memasuki kelas dan bercengkrama ria dengan Yukki dan teman sekelasnya. Dirinya kali ini memiliki kesempatan untuk membuat seseorang bangga dengannya. Dan ia juga berharap jika kedua orang tuanya akan melihat dirinya jika dia lolos dan mengikiti Festival Biola Tokyo 2016.

"Aku pasti bisa"

©^©^©°©°©°

Hai... Minna-san!

Maaf, jik asaya lama nggak update... Ya karna kelas 3 SMA, jadi saya super-duper sibuknya... ^^

Namun akan saya usahakan minggu depan akan up, namun kuharap yang baca... Ikuti profil saya^^

Jangan lupa divote dan komentar kritik dan saran ya^^

Saran, Vote, Kritik, komentar dan Kalian yang jadi pengikut saya ... Dukungan kalian sangat berjarga bagi saya...

Ah, hampir lupa! Jangan lupa, ikuti profil milik penulis asli...

Salam Hangat,
Imadiaz Harukou (nama pena^^)

AIID : My Instrument To YouUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum