10 | 25 November 2016✔

140 9 4
                                    

Di kelas yang bersuara riuh akan gesekan senar biola, terdapat banyak siswi Symphony Music School yang memainkan tangga nada. Diantara suara-suara itu, terdapat beberapa suara merdu dengan intonasi dan gesekan nada yang jelas diantara suara bernada buram yang lain.

Salah satu suara itu adalah suara biola milik Asuna dan satu yang lain adalah Yukki. Mereka kembali melakukan duel, namun lebih dikatakan kolaborasi keduanya. Sementara mereka berlatih untuk Asuna, Silica-sensei sedang mendengarkan dengan baik setiap lirik dan tangga nada yang ada.

Setelah sekian menit berjalan, Asuna dan Yukki menghentikan permainan mereka. Melihat satu sama laim dan tersenyum, "Bagaimana?" tanya Asuna senang.

"Lumayan bagus menurutku, ini lebih baik daripada permainan kita dua hari lalu" balas Yukki.

Mereka lalu menengokkan kepala kearah Silica-sensei yang menulis beberapa hal dikertas miliknya. Ia berdiri dan melihat kelas yang telah berjalan sampai waktu pulang. "Sepertinya sudah cukup, sekian pembelajaran hari ini!" ucapnya keseluruh kelas.

"Dan... untuk Asuna, aku berharap kepadamu" tambahnya sebelum meningalkan kelas.

Setelah sosok guru itu menghilang dari pandangan dan langkah kakinya menghilang, Asuna melihat kearah Yukki yang dengan asik menggunakan kesempatan untuk memakan dango yang ia bawa. Mentipitkan matanya dan menggembungkan pipinya, Asuna mendekati sosok sahabatnya yang sedabg mencuri kesempatan makan itu.

"Yukki!" panggilnya dengan suara setengah tinggi.

Tersentak kaget, Yukki dengan mulut mengigit satu dango-nya menapat Asuna. Ia dengan sekejap memutih, Asuna meyipitkan matanya semakin tajam, menatap sahabatnya yang kadang suka mencuri kesempatan tanpa bilang apapun. Kadang kesempatan itu bukan pada saat yang baik.

Menghilangkan rasa sebalnya, Asuna memukul pelan kepala sahabatnya. "Lainkali, bisa tanya atau tawari aku juga"

"Aw, aw... Ternyata Asuna juga mau" sahut Yukki dengan senyuman kecilnya.

"Tentu saja" balas Asuna.

***

Di tempat lain, tepatnya berada di ruangan mewan dengan beberapa orang mengelilingi meja berbentuk lingkaran. Mereka menggunkaan stelan kemaja dengan jas rapi sebagai luaran. Duduk dan memainkan beberapa lembar kertas dimasing-masing tangan mereka.

"Jadi, kita hanya membutuhkan anak laki-laki itu?" tanya salah satu dengan kemeja mereh dan jas putih.

"Jika dilohat dari data ini, seperti bukan. Tapi seorang lagi, gadis ini" balas seorang yang mengguakan kemeja hitam dan jas hitam.

Menunjuk sebuah lembaran dengan data seorang gadia SMA musik yang membawa sebuah biola di tangannya.

"Dia seperti adalah gadis yang dimaksud Queen" sahut seorang lagi.

Ia menggunakan kemeja ungu dan jas biru tua serta sarung tangan di kedua tangannya.

"Tapi apa yang akan kita lakukan? Jika kita langsung menyerbu, yang ada kita akan ditangkap dan diadili di Thanatos" sahut seorang yang menggunakan kemeja putih dengan jas putih.

Total dari mereka adalah empat orang, mereka adalah bawahan seorang yang menyebut dirinya, Queen. Memimpin sebuah organisasi yang mengincar sebuah rahasia dari keabadian dari sebuah 'Code' di abad 21. Untuk menguasai dunia, hanya butuh obat itu.

"Kita rencanakan 'Misi Abadi 04' yang akan dilaksanakan pada bulan Desember nanti. Kita harus membuat rencana dan melihat situasi yang ada"

"Ya, jika tidak. Pengadilan Internasional adalah tempat yang menunggu kita, membuat rencana yang sempurna"

"Untuk mendapatkan 'Obat Keabadian' dari putra Profesor Mitenaka"




Catatan Penulis:

Hai! Minna-san!

Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu^^

Saran saya: "Jaga kesehatan, ya! Jaga juga pikiran kalian, jangan bingung, panik, dan tetap waspada"

Corona dimana-mana!

Maaf untuk Up yang keterlaluan lamanya, ya... Dunia nyata lebih penting, kok!

Tapi saya nggak lupa kok smaa pembaca setia seri An Instrument In December : My Instrument To You ini;-)

Jangan lupa vote, saran, kritik serta komentar...

Salam Hangat,
Imadiaz_Harukou

AIID : My Instrument To YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt