12 | 25 November 2016✔

127 6 10
                                    

Menerima panggilan dan meletakkannya di telinga. Kirito sesaat memperlihatkan wajah datar. Orang yang memanggiknya adalah seorang yang merepotkan sekaligus membawa masalah.

[Halo?]

"Halo" balas Kirito sangat datar.

[Kirigaya-kun, apa kita bisa bertemu nanti?]

"Maaf, Kirihara-san. Aku memiliki alasan untuk menolak tawaran yang bisa saja membuat nyawaku melayang" balas Kirito berjalan ke dekat jendela.

[Ah! Sayang sekali, padahal aku ingin membicarakan informasi dari intel dalamku yang juga menyusup]

Mendengus sebal, pria ini sangat menyebalkan dan sangat berbahaya. Walau dirinya tidak pernah bertemu, tetapi hanya dari telpon saja. Namun masalahnya bisa sampai segunung.

"Itu informasi yang sangat tak penting, ada intel dari pihak internal bagian ilegal sepertimu selalu saja bermata uang. Apa kau tak takut dieksekusi?" sahutnya menghembuskan nafas sebal.

[Tidak juga, aku sudah mendapatkan surat peringatan untuk segera memasuki internal secara resmi dan dalam pengawasan ketat. Tetapi kau dan sebagian besar sangat mengecam hal itu. Jadi aku hanya kemungkinan diterima... Ah! Waktunya habis, aku harus segera melakukan hal lain, sampai jumpa!]

"Ya, sampai jumpa"

Kirito menghembuskan nafas panjang, hanya menelpon sebentar bisa saja pria itu mengorek informasi penting. Tetapi dirinya selalu mengatakan dengan datar tanpa canggung. Mengatakan basa basi dan menggunakan pengalalihan pembicaraan lain. Oleh karna itu, kemungkinan Kirihara Rei tak mengetahui informasi yang dimiliki oleh Kirito.

Bulan depan sepertinya akan ada sesuatu yang berbahaya, ya?

Meletakkan kembali ponselnya ke saku celana, Kirito tau. Sebenarnya siapa yang menjadi incaran?

Tetapi itu belum pasti, karna ada dua target.

"Mungkin akan banyak hal buruk terjadi setelah audisimu, Asuna" gumamnya pelan menatap langit.

Sesaat kemuadian, Kirito berjalan masuk ke ruang kelasnya.

Waktu istirahat malan siang telah datang, Kirito berjalan menuju atap sekolah. Dirinya ingin sedirian selama beberapa saat.

Seraya menatap langit biru, perasaannya sedikit tak tenang. Fitasat yang aneh itu datang lagi.

Entah apa?

Hal yang dekat... Tetapi sangat jauh

Apa itu?

***

Menghembuskan nafas panjang, Asuna dan Yukki melewati pelajaran dari guru lain, selain Silica-sensei. Ada alasan guru itu diganti semantara.

"Asuna? Woi! Asuna! Apa kau dengar aku?" panggil Yukki tepat di telinga Asuna yang jengkel.

"Ha... Aku dengar, kok! Kenapa juga, kau berteriak di telingaku?" sahut Asuna menatap lebih jengkel.

Menatap sedikit sinis, bukan berarti meremehkan Asuna, sahabatnya. Tatapi, Yukki kesal karna diacuhkan selama pelajaran sebelumnya.

"Asuna dasar! Aku sedih kau mengacuhkan sahabat karibmu ini" jelas Yukki mengubah wajahnya menjadi sedih.

Menatap datar gadis bersurai hitam keunguan itu, Asuna sadar.

"Yukki, kau jauh lebih berbakat menjadi seorang pemain drama daripada biolis ambisius" ejek Asuna.

"Hee.. Terimakasih"

Anak ini!

Menarik nafas dan menghembuskannya, "Sejak pertama kali kita bertemu, kau memang seperti kartu yang dapat di bolak-balik" gumam Asuna mengelus dadanya, bersabar.

"Eh? Asuna, ngomong-ngomomg, bagaimana keadaan Eiji?" tanya Yukki penasaran.

Pasalnya ada sesuatu yang menganjal, sesuatu firasat aneh. Mungkin cuma perasaannya, itulah pikir Yukki.

"Dia mengabari jika bekerja di luar Kota Tokyo, kalau tidak salah di Osaka atau Hiroshima... Eh! Aku lupa" balas Asuna bingung.

"Jadi dimana? Osaka? Atau Hiroshima? Atau dimana...?" tanya Yukki tambah penasaran.

"He..." lanjutnya mengerutkan dahi.

"Yukki, ada apa?" tanya Asuna melihat wajah Yukki yang mengkerut.

"Eh! Bukan apa-apa, kok! Cuma perasaan saja. Aku ke kantin?" sahut Yukki mengkerutkan alisnya.

"Hah... Perasaan saja, ya? Tapi baiklah"

Mereka lalu berjalan dengan santai dan mengobrol. Yukki sendiri mengesampingkan firasat aneh yang baru saja dirasakan. Suatu hal yang benar-benar sama, sama seperti sebelumnya.

"Sebenarnya ada apa? Aku merasakan firasat aneh tentang Asuna. Ku harap bukan sesuatu yang buruk" batinnya.

Catatan Penulis:

Hai, bagaimana bab sebelumnya?

Jika ada kesalahan bisa di komen, jangan lupa divote, saran kritik dan ikuti saya^^

See You Next Time!

AIID : My Instrument To YouWhere stories live. Discover now