18 | 25 November 2016

160 7 2
                                    

Malam yang dingin, namun salju malam ini lebih sedikit dari sebelumnya. Asuna yang tadinya hanya memakai blazer tanpa syal, sekarang telah memakai gaun. Dan menjadi seorang putri kerajaan yang anggun.

Dengan gaun panjang dan wajah murni tanpa dandanan, Asuna tampak menakjubkan.

Menggelengkan kepalanya, Kirito menatap Asuna lagi. Dia tersenyum dan menutup matanya, "Asuna, kau sangat cantik" pujinya pelan.

Mendengar itu, wajah gadis itu seketika menghangat menjadi tomat. Sebuah perasaan senang banjir dalam hatinya, "Terimakasih" jawabnya dengan malu.

Tapi sesaat kemudian, Kirito mendapat sebuah panggilan di ponselnya. Ia mengangkat dan meletakkannya di telinga.

"Halo?... Ah! Syukurlah... Di sini ada dua orang dari mereka, seperti mereka ada di bagian dalam... Kirim Nimega Hokasi ke lokasi C, kau tau, 'kan?... Oke, kita akhiri ini... Semoga sukses... Ya" cakapnya dengan seorang di balik panggilan.

Ia menatap ke belakang dimana Asuna berada sebelum dirinya tadi berbalik. "Maaf, 'ya? Tadi aku tak permisi?" ujarnya menatap lemas.

"E-eh! Tidak, tidak. Tidak apa, Ayo! Kita harus berada di dekat panggung, kau 'kan waliku atas Yuki" balasnya menarik tangan kanan Kirito dengan senangnya.

Dahulu Kirito yang selalu menarik Asuna, tetapi sekarang dirinyalah yang ditarik olehnya. Masa SMP memang jauh berbeda dengan masa SMA, itu memang kenyataan, 'ya?

Sampailah keduanya di lantai bawah, dimana segalanya akan dimulai. Instrumental adalah intuisi dan kesenangan bagi para musisi.

Sampailah keduanya di ruang besar dengan panggung sebagai penampilan utamanya. Di depannya terdapat jajaran tribun penonton yang luar biasa.

Hari ini adalah hari yang penting, hal itu membuat rasa gugup muncul pada diri Asuna. Tubuhnya gemetaran dan keringat dingin mulai merambat dari ujung kakinya.

Grap!

"Eh?" kaget Asuna.

Rasa gugup berlebihan itu langsung berubah menjadi kehangatan yang melingkupi dirinya.

"Tak apa, Asuna. Aku dan yang lainnya ada di belakangmu, jika kau jatuh. Kami akan menangkapmu dan membawamu ke depan seperti sebelumnya" bisik Kirito di dekat telinga Asuna dari belakang.

Kirito memeluk Asuna dari belakang, tubuh Asuna yang langsing sangat kecil dalam pelukannya. Dengan pelan ia mengeratkan pelukannya, berharap kegugupan ini segera sirna.

"Usaha takkan mengecewakanmu" lanjut Kirito melepas pelukannya.

Membalikkan badan Asuna, ia menempelkan dahinya dengan dahi gadis biola di depannya.

"Apa kau masih gugup, Asuna?" tanya Kirito menatap dengan senyuman menawan.

Namun, Asuna hanya bisa diam merona. Jantungnya masih berdegup dengan kencang, rasanya seperti ia ingin melompat dengan girang.

Kali ini, dia takkan mengecewakannya.

Menegakkan dirinya, "Aku akan berusaha" ujar Asuna senang.

Kali ini, dia akan berusaha lebih keras dari sebelumnya.

Tersenyum kecil dan menegakkan badannya, Kirito mengangguk dan memegang pipi Asuna.

"Jangan menyerah, aku akan selalu mendukungmu ... apapun keadaanmu" ujarnya.

"Um" senang Asuna.

Kali ini, dia akan mengerahkan seluruh kemampuannya menuju Gerbang Tokyo Festival 2016.

"Asuna Yukki?" panggil seorang dengan daftar di tangannya.

"Ya" sahut Asuna menoleh.

"Setelah ini adalah giliran Anda" jelasnya tersenyum kecil.

"Baiklah" sahut Asuna tersenyum balik.

Membalikkan badannya, Asuna sekarang benar-benar berdiri tegak di depan Kirito. Orang yang sangat dia cintai.

"Aku takkan mengecewakanmu" ujarnya dan mulai melangkahkan kaki menuju ke depan.

Medan pagelaran Instrumental Biola, impiannya menjadi Biolis terkenal akan terwujud.

***

Setelah Asuna ke ruang giliran, Kirito menatap ke tribun penonton. Matanya menelisik dengan teliti.

Seketika ia melebarkan mata, ada seorang yang telah menyiapkan seorang penembak.

"Cih!" decaknya.

Apa mereka menargetkan Asuna?

Tetapi informasi tentang Asuna yang bisa membaca 'Sandi Nada' masihlah belum terungkap. Hanya Kirito yang tau itu.

Mengambil ponsel dan memanggil seseorang, "Halo?"

"Halo, Kirito! Ada apa?"

"Misi, lumpuhkan penonton tribun 13 Nomor 468. Seorang Sniper. Tribun tingkat dua, barisan kedua, Nomor 67. Selesaikan dengan bius atau ikat mereka"

"Cih! Kenapa kau memberikan misi yang sulit kepadaku?"

"Kalau begitu, ajak Agil dan Grup Klein mu"

"Oh! Baiklah, tak biasanya kau memberikan kemudahan. Aku akan melakukannya dengan senang hati"

"Jangan sampai ketahuan pihak panitia"

"Siap, laksanakan. Ngomong-ngomomg, Profesor Rinko telah menemukan pendonor. Apa kau akan membicarakan dengannya?"

Tersenyum kecil, Kirito bingung.
"Ya, aku akan membicarakan sebelum terlambat"

"Oke, sampai jumpa nanti"

"

Ya, sampai jumpa nanti juga"

Menutup panggilan, ia menatap keluar jendela di gedung itu. Malam ini akan menjadi malam penentuan.

Apakah Asuna mau/tidak?

Menapakkan kakinya ke ranah lebih tinggi, namun tetap rendah. Menapak gunung yang tinggi, namun lebih rendah ketimbang gunung lainnya.

Jika Klein gagal, akan ada korban jatuh. Kemungkinan besar, Asuna adalah targetnya. Atau malahan dia sendiri?

Menutup matanya dan menatap panggung di depannya, Asuna telah sampai di sana. Berdiri dengan tegapnya bagai dewi langit. Seraya membawa biola dan membungkukkan badannya sekali, ia meletakkan biola itu di leher.

Mengangkat batang musik dengan lembut dan suara merdu mulai keluar dari gesekan biola.

Di tribun penonton barisan kedua, di belakang kursi juri. Yukki dengan mata berkilat-kilat menatap Asuna dengan semangat membara. Instrumenal yang akan dibawakan Asuna yang ia pilih memang sangat tepat.

Walau kebut sejam, namun peforma Asuna sangat baik. Pasti kali ini!

Pasti kali ini, Asuna akan lolos.

Catatan Penulis:
Hai... Minna-san!
Pembaca setia AIID : MITY sekalian!

Nyuwun sewu, 'ya?

Saya nggak up beberapa bulan lebih, ya... WT saya error. Entah karna apa? Yaa... Namanya juga Error!

Baiklah, bagaimaa kabar kalian? Semoga sehat selalu^^

Maaf, sekalian pemberitahuan. AIID : MITY akan up tak tentu lagi. Setidaknya saya akan usahakan up setiap minggu^^

Sekalian, saya akan membuat cover dan ilustrasi tokoh sendiri. Jadi beberapa tokoh dalam cerita lain akan berubah^^ {setidaknya saya suka buat draft}

Salam Hangat,
Imadiaz Harukou

AIID : My Instrument To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang