Twenty Three

9.9K 1K 128
                                    

Segumpal kertas kecil mendarat tepat di atas meja Rosé. Rosé memutar matanya malas melihat kertas itu. Sebab ia dapat menebak, pemilik kertas di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan kembarannya, Lalisa.

Rosé membuka kertas tersebut dan mendengus kesal. "Apa-apaan ini minta nomor 6-28 sedangkan soal ada 40?!"

Saat ini merupakan hari terakhir ujian tengah semester dengan mata pelajaran terakhir adalah matematika. Pelajaran yang paling sulit dan tidak disukai oleh seorang, Lisa.Rosé menoleh sedikit ke belakang, langsung menatap Lisa dengan kesal, sedangkan yang ditatap hanya dapat memohon bantuan dari Rosé.

Rosé dengan malas menuliskan jawaban pilihan ganda yang diminta Lisa. Setelah selesai, kembali ia meremas kertas itu dan bersiap melempar ke Lisa yang berada di belakangnya.

Hap, Lisa mendapat kertasnya dari Rosé. "Thank you Chaeng." Lisa berkata dengan sangat pelan dan Rosé hanya bisa mendengus kesal.

Lisa segera menyalin jawaban yang diberikan Rosé. Sejujurnya, Lisa hanya bisa mengerjakan 10 nomor. Bukan karena tidak belajar, tetapi karena apa yang dia pelajarin rasanya berbeda dengan yang keluar di ulangan. Membuat ia menjadi kesal dan tidak mengerti dengan soal yang diberikan.

Beberapa menit kemudian, Rosé sudah menyelesaikan ulangannya dan segera mengumpulkan ke meja guru. Lantas, berjalan keluar kelas dengan membawa tasnya dan mendapati Yeri yang telah menunggu dirinya serta Lisa.

"Gimana tadi ujiannya hmm," ucap Rosé mengusap rambut Yeri.

"Bisaa dong Kak masa gak bisa."

"Good, Adeknya Kakak paling pinter."

"Kak Lisa kok lama deh Kak?"

"Tau ya, padahal tadi udah aku kasih tau juga jawabannya."

"Lah, Kak Lisa nanya Kakak?"

"Yah, biasa lah. Kayak gak tau Lisa aja. Kalo matematika kan dia banyak lupanya."

"Yooo wazzup guys," sapa Lisa ke dua saudarinya itu.

"Kakak lama," keluh Yeri.

"Yaa ... mohon maaf ya," ucap Lisa lalu menoleh ke Rosé. "Makasih banyak loh Sé."

"Bubble tea."

"Hah? Bubble tea? Maksud?" tanya Lisa bingung.

"Iya, bubble tea. Kan, lo udah nanya jawaban sama gue. Sebagai bayarannya, lo beliin gue bubble tea lah," jelas Rosé.

"Ampunn perhitungan banget lo mahh, sama saudari sendiri."

"Gak mau traktir nih? Yaudah, nanti gue bilangin ke Kak Wen, kalo apa yang dia ajarin semalem lo lupa semua dan malah nanya banyak ke gue," ucap Rosé dengan sinis.

"Iya-iya deh gue beliin. Awas loh bilang ke Kak Wen, bisa mati gue anjir."

"Nah gitu dong, kan jadi enak. Yaudah yuk jalan, nanti minta jemput di sana aja."

"Kak, Adek juga kan?" tanya Yeri sambil menatap Lisa.

"Juga apa?"

"Juga ditraktir Kakak. Masa Kak Chaeng doang sih yang ditraktir? Adek nggak."

"Yeuu, nggak mau ah. Kamu kan punya uang sendiri."

"Dih, pelit Kakak mah. Nanti aku bilangin Kak Jis loh kalo Kakak yang ngumpetin boneka pikachunya semalem."

"Anjirlah kenapa pada ngancem gue sih!? Yaudah iya Kakak traktir kamu juga. Puas!?"

"Oh, puas sangat." Yeri tersenyum lebar.

Sisters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang