Thirty Five

7.4K 811 80
                                    

"Kak Wen dibangunin apa gak usah, Kak?" Tanya Jisoo saat melihat jam sudah pukul 10.15 siang. Rumah pun sudah sepi hanya tersisa Jisoo, Seulgi, dan Wendy yang belum berangkat ke kampus.

"Masih panas gak badannya?"

"Belum aku cek sih."

"Yaudah biar aku aja yang cek," ujar Seulgi beranjak dari depan TV menuju kamar Wendy.

"Ikut deh," ucap Jisoo membututi Seulgi.

Seulgi segera masuk ke kamar Wendy dan mengecek keadaan kembarannya yang masih terlihat pucat. Ia memegang dahi Wendy yang ternyata masih panas. "Masih panas ini. Jangan di bangunin deh."

"Bawa ke Dokter aja gak Kak?"

"Gak usah dulu. Nanti sore atau besok kalo panasnya gak turun-turun baru bawa ke Dokter."

"Oke deh."

"Line Hyeri ya Ji. Kasih tau Wendy gak masuk oke?"

"Oke," ucap Jisoo langsung menyalakan ponselnya dan mencari kontak Hyeri di Line. "Kakak ada kuliah gak sih hari ini?"

"Ada nanti jam 12," jawab Seulgi sambil mengajak Jisoo keluar dari kamar Wendy agar tidak menganggu Wendy yang sedang tidur.

"Aku gak ada sih. Yaudah aku aja berati yang jagain Kak Wendy."

"Bagus deh kalo kosong. Aku ke kamar dulu ya. Mau siap-siap," ucap Seulgi menepuk bahu Jisoo lalu menuju kamarnya.

"Iya," ucap Jisoo lalu berjalan turun menuju ruang keluarga.

~❤️~

Jennie terdiam seorang diri di cafe bubble favoritnya. Kuliahnya untuk hari ini telah selesai semua. Tinggal menunggu waktu untuk menjemput Adik-adiknya pulang sekolah.

"Kayaknya tumben banget Kak Wen sakit karena kena hujan. Apa dia lagi mikirin sesuatu ya, tapi kan bisa juga karena kemaren kehujanan. Duh gimana dong," batin Jennie.

Untung banget posisi Jennie duduk berada di pojok cafe. Jadi pelanggan lain tidak terlalu lihat muka Jennie yang datar banget karena lagi mikir, lalu berfikir bahwa Jennie kelewat judes.

"Fix daripada bingung gini mending nanti malam aku tanya sendiri aja," batin Jennie lagi.

Jennie melihat jam tangannya dan masih ada waktu dua jam sebelum menjemput Adek-adeknya di sekolah. Jennie meraih kunci mobilnya di meja dan memakai kacamata hitamnya. Lalu memutuskan untuk menghampiri Irene di kantornya.

Tidak butuh waktu lama. Jennie sudah sampai di kantor Irene. Ia memakirkan mobilnya di samping mobil Irene yang memang sudah disediakan oleh Irene untuk parkir mobilnya dan mobil keluarganha.

Jennie berjalan masuk ke gedung kantor tanpa melepas kacamata hitamnya. Beberapa orang yang memang sudah tau Jennie. Menyapanya dan hanya diangguki oleh Jennie sambil tersenyum tipis.

Jennie segera menaiki lift menuju ruangan Irene, tanpa mengetuk pintu ia segera masuk ke dalam ruangan. Toh ruangan Kakaknya ini bukan ruangan orang lain, pikirnya.

Jennie mengerutkan dahinya heran. Karena begitu ia masuk keruangan Irene. Terlihat dua laki-laki sedang ribut dan Irene hanya memegang kepalanya, merunduk pusing karena keributan dua Pria di depannya.

Sisters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang