Thirty Four

7.3K 818 51
                                    

"Hatchimm ... hatchim ... hatchim," entah sudah berapa kali Wendy bersin pagi ini.

"Istirahat aja Kak. Gak usah buat sarapan. Biar aku aja," ucap Jisoo sambil menghampiri Wendy yang sedang melihat isi kulkas.

"Beneran? Gapapa aku gak masak dulu?" Wendy menatap Jisoo dengan wajah sayunya. Membuat Jisoo meringis tidak tega melihat kondisi sang Kakak.

"Bener Kak. Kakak butuh banyak istirahat dulu. Serahin aja semuanya sama aku," ujar Jisoo meyakinkan Wendy.

"Oke deh. Aku ke kamar dulu ya ... hatchimm." Wendy kembali bersin.

"Kakak udah minum obat belum sih?"

"Hehehe belum Ji."

"Pinter banget Kakak aku yang satu ini. Duduk dulu bentar di situ Kak. Aku ambilin dulu obatnya." Jisoo menunjuk bangku meja makan agar Wendy duduk di sana.

Wendy segera menuruti perkataan Jisoo. Jisoo pun dengan cepat mencari obat dan datang ke hadapan Wendy sambil membawa segelas air dan obat. Wendy pun langsung menelan obat tersebut.

"Badan Kakak panas banget," ucap Jisoo sambil memegang dahi Wendy. "Hujan-hujanan sih kemaren."

"Gapapa lah hujan-hujanan sekali. Demi Adek haha," tawa Wendy dengan suara sumbang.

Kemaren mereka pergi ke makam orangtuanya. Tepat saat mau kembali menuju mobil, hujan tiba-tiba turun cukup deras. Kebetulan hanya Wendy yang memakai jaket anti air. Jaket yang anti air itu ia kasih pada Jennie dan Yeri buat nutupin kepala mereka dari hujan. Sebab mereka lupa bawa payung dan payung juga sudah tidak cukup muat dari yang Irene, Joy, dan Rosé bawa. Alhasil karena Wendy menerobos hujan, tubuhnya menjadi demam.

"Hahahambar," balas Jisoo dengan muka datarnya." Udah sana Kak balik kamar buat tidur. Aku mau buat sarapan."

"Tapi nanti bangunin aku jam sebelas ya? Aku ada kelas jam satu."

"Dih masih maksa mau kuliah juga Kak? Badan aja panas banget sama bersin gak behenti-henti. Yakin tuh kuat?"

"Udah titip absen aja sih. Nanti gue bilangin ke Hyeri," ucap Seulgi yang tiba-tiba datang. "Pikirin dulu kondisi tubuh lo. Jangan maksa, nanti kalo makin parah lo juga yang susah."

"Nah iya bener tuh Kak," dukung Jisoo.

"Enak lo berdua ngomong, itu matkulnya susah."

"Enaklah ngomong doang," balas Seulgi. "Sesusah apapun itu, temen lo bisa ajarin lo dikit-dikit tentang bahasan hari ini. Udah sih nurut istirahat dulu."

"Ngeselin ah lo, kayak Lisa!"

"Apa deh ae dibawa-bawa? Lagi diem juga," ucap Lisa yang baru turun dari tangga.

"Bawa kamu berat ya! Apalagi ditambah bawa dosa kamu yang banyak," ungkap Wendy.

"Ngajak baku hantam banget sih nih Kakak satu," ucap Lisa kesal.

"Balik sana Kak ke kamar. Jangan malah ribut sama Lisa. Lagi sakit juga," usir Jisoo.

"Kan sakit kan. Ngeyel sih kemaren dibilang jangan hujan-hujanan. Biar aku aja, udah tau tubuhnya suka sensi." Lisa mencibir.

"Cukup aku kena ceramah Jisoo. Kamu jangan ikutan juga deh Li. Dah ah aku mau tidur." Wendy meninggalkan meja makan.

"Dasar aneh!" Seulgi mengatai kembarannya sendiri.

"Kak, liat sepatu puma putih aku gak?" Tanya Lisa selepas Wendy pergi.

"Yang baru?" tanya Seulgi balik.

Sisters Where stories live. Discover now