Thirty Two

7.9K 777 45
                                    

Saat ini, mereka bersembilan sedang berkumpul di kamar Irene sambil duduk di atas karpet dan sudah dapat dipastikan semuanya akan terlelap di situ juga. Formasi lengkap karena tiga Adik Irene yang kemah sudah pulang dijemput dirinya tadi sore.

"Tau gak sih? Katanya ada yang gak kangen kalian loh, tapi tadi dan kemaren dia bingung mau ngapain karena kalian gak ada." Wendy mengawali percakapan.

"Tau banget aku siapa orangnya," ucap Lisa.

"Siapa coba emang orangnya?" Tanya Wendy.

"Kakak Seulgi ya kan." Lisa berkata sambil menyenggol Seulgi yang ada di sebelahnya.

"Kompor aja terus Wendy," ketus Seulgi.

"Udah dulu ributnya. Coba ceritain aja gimana kegiatan kalian selama kemah,"  lerai Irene.

"Seru banget Kak. Yeri suka kemah! Pengen lagi rasanya bareng kalian," ucap si bungsu semangat.

"Setuju banget! Aku juga pengen kemah bareng!" Seru Jennie.

"Boleh sih, nanti coba Kakak atur dulu jadwalnya ya. Pastinya sih pas libur sekolah," ucap Irene menyetujui.

"Kita juga nyanyiin lagu To My Youth Kak. Pas acara api unggun," imbuh Rosé.

"Oh yang pernah Kakak cover pas live di IG kan ya?" Tanya Wendy.

"Betul Kak," ucap Rosé.

"Terus selama kita kemah, kalian ngapain aja?" Tanya Yeri pada para Kakaknya yang di rumah.

"Gak ngapa-ngapain sih. Cuma gabut, kuliah, makan, ribut ya gitu-gitu aja sih," jawab Jisoo.

"Ribut? Siapa yang ribut?" tanya Yeri heran.

"Kak Seulgi sama Kak Wendy lah. Yakali aku. Aku anak baik," ucap Jisoo ngegas.

"Anak baik pret," gerutu Joy.

"Santai dong Kak, gausah ngegas. Kirain aku, Kakak sama kak Seul," ucap Yeri.

"Itu mah tumben aja mereka lagi akur," ujar Irene lalu menoleh pada Lisa. "Lisa daritadi tumben diem aja. Lagi mikirin apa sih?"

"Hah? Ehmm ... nggak kok, Kak."

"Nggak apaan. Jelas-jelas yang lain pada berisik, kamu diem aja Li, padahal biasanya kamu yang kang ribut," sergah Seulgi.

"Betul betul betul," ucap Rosé.

"Mikir apa Li? Cerita aja sini," ucap Irene sambil mengusap kepala Lisa.

"Kangen Mama dan Papa Kak," ucap Lisa pelan. "Lisa sedih kita lagi kumpul gini, tapi gak ada kehadiran Mama dan Papa."

Layaknya sihir, semua mendadak terdiam. Tidak ada lagi yang mengeluarkan suara setelah mendengar perkataan Lisa. Lisa juga hanya menundukkan kepalanya setelah berucap, merasa seperti salah berbicara.

"Ekhem ...." dehem Irene berusaha memecah kesunyian. "Lisa kangen ya, sama kok. Kakak dan yang lain juga kangen banget sama Mama dan Papa. Gapapa kalo Lisa kangen bilang aja. Jangan ditahan, karena pasti gaenak." Irene berkata sambil menatap mata Lisa yang berkaca-kaca.

"Adek juga kangen sama Mama dan Papa Kak. Kangen banget," ucap Yeri sambil mulai terisak. Irene menarik Yeri dan Lisa ke dalam pelukannya.

Siapa sangka jika Yeri dan Lisa yang sangat jahil, rusuh, dan berisik bisa sangat sedih jika sudah mengingat kembali tentang kedua orangtua mereka? Lagipula tidak ada yang tidak sedih jika sudah menyangkut orangtua yang trlah tiada.

Irene sangat tahu apa yang dirasa oleh Lisa dan Yeri, bahkan  saudarinya yang lain, tapi Irene paling sedih jika mengingat Yeri saat itu. Karena saat orangtua mereka meninggal, Yeri masih kecil dan tidak banyak mengingat memori bersama Mama dan Papanya. Hal itu juga yang membuat Irene dan yang lainnya sangat-sangat memperhatikan Yeri. Agar Yeri tidak merasakan kekurangan kasih sayang.

Sisters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang