01. Gadis Lily Kuning

1.2K 213 177
                                    

"Mimpi adalah keinginan-keinginan manusia yang terpendam di alam bawah sadar"


🌸🌸🌸

Iljoon membuka matanya, tetapi hanya gelap yang terlihat. Butuh waktu beberapa detik untuk menyadari jika ada sebuah buku yang sedang menutupi wajahnya saat itu. Usai menghela napasnya sejenak, ia meletakkan buku Tafsir Mimpi karangan Sigmund Freud itu di atas meja kerja.

Mimpi itu baru saja menghampirinya lagi. Ini sudah ketiga kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Mimpi yang berbeda, tetapi memiliki tiga kesamaan di dalamnya. Seorang gadis, musim semi, dan perasaan tidak asing seolah semua hal itu begitu melekat dalam ingatannya. Hanya Iljoon tidak ingat kapan dan di mana ia pernah mengalaminya.

Apakah deja vu? Atau memang ada yang salah dengan ingatannya?

Pria berusia tiga puluh tahun itu kembali menghela napas saat ia tak kunjung mendapat jawaban dari pertanyaan yang mengambang dalam kepalanya. Bersamaan dengan itu pula, pintu ruang kerjanya diketuk.

"Masuk!" sahutnya sedikit berteriak.

Seorang pria berambut sewarna jerami dengan senyum ceria muncul di ambang pintu. Pria itu Jo Inhwan, ketua tim event dan promo di Joon's Publisher. Kantor penerbitan milik Iljoon yang sudah lima tahun ini ia kelola.

"Kau sedang sibuk?" tanya Inhwan.

"Tidak. Masuklah!" perintah Iljoon.

"Satu jam lagi kita ada rapat dengan tim percetakan untuk penerbitan buku terbaru," pria tadi berkata lagi seraya duduk di kursi yang ada di seberang meja kerja Iljoon.

Mata pria Jo itu bergantian menatap wajah kusut Iljoon lalu ke buku di atas meja, dan berakhir ke laptop dengan layar masih menyala.

"Terima kasih sudah mengingatkan aku," sahut Iljoon seraya melepas kacamata bacanya kemudian memijat pangkal hidungnya pelan.

"Kau bermimpi lagi? Mimpi yang sama?" tanya Inhwan penasaran sekaligus khawatir dengan kondisi sahabat sekaligus atasan di tempatnya bekerja itu.

"Tidak sama persis, tapi gadis itu memang muncul lagi. Mungkin aku terlalu banyak membaca naskah yang masuk ke surel redaksi," Iljoon menjawab seraya terkekeh. Menertawai dirinya sendiri yang seperti orang bodoh. Merasa linglung hanya karena sebuah mimpi.

"Tidak ingin mencari pengganti Yisoo yang mengundurkan diri? Aku bisa siapkan materi iklan dan mengirimnya ke media cetak kalau kau mau," Inhwan menawarkan.

Geum Yisoo adalah kepala editor di Joon's Publisher yang baru seminggu lalu mengundurkan diri. Sejak saat itu, otomatis seluruh pekerjaannya dipegang oleh Iljoon. Editor lainnya masih junior, beberapa bahkan hanya mahasiswa magang. Tidak mungkin Iljoon menyerahkan jantung perusahaannya itu kepada sembarangan orang.

Pemilihan naskah dalam sebuah usaha penerbitan adalah denyut jantung penerbitan itu sendiri. Sampai saat itu belum ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Geum Yisoo sebagai editor senior di mata Iljoon.

"Kau tahu 'kan posisi Yisoo dalam urusan pekerjaan ini? Belum ada yang bisa menggantikannya," Iljoon merespons sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu menatap sahabatnya itu lekat.

"Maafkan aku telah membuat aset berhargamu pergi," tutur Inhwan dengan wajah menyesal.

Inhwan dan Yisoo sudah menikah selama hampir enam tahun dan akhirnya diberi keturunan. Namun, kehamilan Yisoo divonis dokter bermasalah sehingga wanita itu diharuskan untuk beristirahat total. Apa lagi yang bisa Iljoon lakukan selain mengabulkan surat pengunduran dirinya seminggu lalu.

[END] Flowery ConversationHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin