09. Titik Balik

685 138 46
                                    

"Kau bisa bersembunyi dari kesalahanmu, tetapi tidak dari penyesalanmu. Kau bisa bermain dengan dramamu, tetapi tidak dengan karmamu."


~Unknown Author~


🌸🌸🌸


Sebuah tangan terjulur dari arah belakang, menutupi kedua mata Seonhwa dengan sempurna. Gadis itu perlahan tersenyum dan menghentikan aktivitasnya mengetik.

"Hyunju Oppa," gumamnya penuh keyakinan. Ia hafal betul aroma parfum pria itu.

"Tidak seru," keluh sang pria seraya melepas kedua tangannya kemudian duduk di sisi Seonhwa. Mereka sedang berada di sebuah taman saat itu. Sudah berjanji untuk saling bertemu.

"Ganti parfum Oppa, maka aku akan kesulitan menebak," tutur Seonhwa penuh kemenangan.

"Oh, tidak bisa. Itu sudah jadi ciri khasku," Hyunju menanggapi seraya mencomot sepotong stroberi yang ada di mangkuk es krim milik Seonhwa.

Seonhwa mencebik kemudian menjauhkan mangkuk es krimnya dari jangkauan Hyunju.

"Jangan mengambil bagian terbaik dari es krimku," protes Seonhwa dengan nada merajuk.

"Gadisku tidak berubah. Selalu menyisakan hal terbaik di akhir," Hyunju berujar gemas seraya mencubit kedua pipi Seonhwa hingga wajahnya yang tirus tertarik ke samping.

"Oppa, aku sedang menulis," rajuk Seonhwa seraya melepaskan cengkeraman tangan sang kekasih dari pipinya.

Hyunju terkekeh kemudian menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Seonhwa dengan lekat.

"Adegan apa yang sedang kau tulis?" tanya Hyunju penasaran.

"Adegan seorang pria yang sedang melamar kekasihnya. Aku jadi merasa seperti tokoh wanita dalam cerita ini," jawab Seonhwa dengan histeris. Lalu gadis itu berdeham saat seseorang yang lewat di taman itu menatap aneh ke arahnya. Ia kembali berpura-pura serius.

"Memangnya bagaimana melamar yang romantis itu?" tanya Hyunju lagi.

"Hm," gumam Seonhwa seraya berpikir.

Lalu, tiba-tiba Seonhwa merasa dirinya seperti tersedot ke dimensi lain. Kepalanya terasa berputar. Jantungnya terasa seperti diremas. Jiwanya melayang tak tentu arah. Tak lama kemudian tubuhnya seperti terhempas.

Bayangan menakutkan itu kembali hadir di hadapannya. Bayangan yang selama ini selalu menghantui malam-malam panjangnya.

"Aku bukan tokoh pria dalam cerita-ceritamu Seonhwa!"

Rahang Hyunju terlihat mengeras. Kedua tangannya terkepal. Wajahnya memerah. Pria itu sedang memendam segala letupan emosinya.

"Memang apa salahnya jika aku berharap kau seperti mereka?" Seonhwa berkata dengan nada meninggi. Wajahnya memerah. Ia juga terlihat sedang diselimuti emosi.

"Hentikan semua lelucon ini." Hyunju meremat kedua bahu Seonhwa kemudian sedikit mengguncangnya. "Sadarlah! Kau hidup di dunia nyata, bukan hidup di dunia novel yang sedang kau buat. Bangunlah dari semua angan-angan kosongmu!"

"Kau bilang angan-angan kosong? Semua mimpi dan harapanku kuletakkan di sana. Bagaimana bisa kau menyebutnya omong kosong?"

Seonhwa menepis kedua tangan Hyunju. Buliran air matanya menetes begitu saja. Ke mana perginya Hyunju yang selalu mendukungnya untuk jadi seorang penulis? Kenapa Hyunjunya berubah? Apa pria bermarga Lee itu sudah muak dengan segala mimpi-mimpi Seonhwa? Lalu untuk apa mereka terus bersama? Karena mimpi-mimpinya sudah menjadi bagian dari jiwa Seonhwa yang tidak terpisahkan.

[END] Flowery Conversationحيث تعيش القصص. اكتشف الآن