14. Sesuatu Yang Hilang

388 97 20
                                    

"Merasa kehilangan sebelum sempat memiliki, rasa sakitnya sama dengan ditinggalkan tanpa berpamitan."

---Angka Aksara---

🌸🌸🌸

"Kau lebih banyak tersenyum belakangan ini. Sorot matamu sudah penuh dengan aura kehidupan. Tidak seperti biasanya," ujar seorang pengunjung toko yang memesan satu buket bunga mawar. Wanita paruh baya itu adalah salah satu pelanggan toko Bibi Mae yang Seonhwa kenal.

"Benarkah?" tanya Seonhwa menanggapi.

"Kau terlihat cantik dan bersinar. Sangat berbeda dengan Seonhwa yang sering kulihat tempo hari," ujar wanita itu lagi seraya tersenyum senang.

Mendengar pujian itu jelas membuat Seonhwa tersipu. Gadis So itu pun tersenyum kemudian menyerahkan buket bunga yang sudah ia rangkai.

"Terima kasih, Bi. Ada lagi yang ingin dipesan?"

Sang pelanggan menyerahkan uang pembayaran seraya berbisik lirih. "Apa karena pria yang sering bersamamu akhir-akhir ini, eoh?"

Mata Seonhwa membesar. Jelas ia terkejut dengan pertanyaan itu. Bagaimana bisa wanita paruh baya di hadapannya itu bisa berpikir ke arah sana? Apakah memang ia terlihat sedekat itu dengan Iljoon?

"Dia hanya seorang kenalan," jawab Seonhwa kemudian. Tidak tahu lagi harus menanggapi apa.

"Hei, aku ini bukan pelanggan baru yang datang satu dua hari kemari. Aku sudah jadi langganan toko bunga bibimu ini sejak tahun pertama ia membuka tokonya. Jadi, aku tahu bagaimana perubahanmu yang signifikan itu," ujar sang pelanggan lagi seraya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Gaya khas seorang wanita paruh baya saat sedang mengobrol seru.

"Aku tahu." Seonhwa hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"Sudah saatnya kau bangkit, Seonhwa. Kasihan bibimu. Dia begitu mengkhawatirkanmu," ujarnya lagi seraya melirik ke arah Bibi Mae yang sibuk berbincang dengan pelanggan lain.

"Aku kuingat terus kata-kata Nyonya."

"Jika pria itu memang menaruh hati padamu dan kau pun menyukainya, jangan ditolak. Kesempatan yang sama jarang sekali datang dua kali dalam hidup seseorang. Jadi, jangan disia-siakan."

Seonhwa terkekeh mendengarnya. Merasa geli sekaligus nyeri. Mau tidak mau ia kembali teringat dengan Iljoon. Pria yang sudah hampir setengah bulan ini menghilang tanpa kabar. Beberapa kali Seonhwa berusaha menghubungi ponselnya, tetapi selalu tidak ada jawaban. Ia berpikir mungkin Iljoon sedang sibuk sehingga memutuskan tidak akan mengganggunya lagi.

Selama itu pula akan muncul riak sesak dalam dadanya setiap kali ia teringat akan Iljoon. Entahlah, Seonhwa tidak paham jenis perasaan apa yang seperti itu. Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan keberadaan Iljoon di sekitarnya akhir-akhir ini, jadi ketiadaan sosok itu membuat Seonhwa merasa seperti kehilangan sesuatu.

Rasanya begitu hampa. Seperti ada ruang kosong di salah satu sudut hatinya yang sepi. Satu hal yang Seonhwa pahami tentang apa yang ia rasa adalah ketika ditinggalkan tanpa berpamitan itu rasanya sama sesak dengan rasa kehilangan sebelum memiliki. Seperti yang dilakukan oleh Iljoon. Menghilang tanpa kabar bahkan tanpa kata-kata perpisahan.

Sepeninggal pelanggan tadi, Seonhwa pun terduduk di kursi. Tempat yang sama ketika Iljoon untuk pertama kali mengusiknya. Gadis So itu menopangkan dagu sambil menatap hamparan bunga tulip dan lily di luar sana. Musim semi sebentar lagi berakhir, tetapi rasanya Seonhwa tidak ingin musim itu cepat pergi.

[END] Flowery ConversationUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum