04. Her True Self

683 171 57
                                    

"Manusia itu memiliki tiga wajah. Pertama, wajah yang diperlihatkannya kepada semua orang. Kedua, wajah yang diperlihatkannya kepada orang terdekat. Ketiga, wajah yang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri."

~Unknown~


🌸🌸🌸

Langkah Iljoon sedikit tergesa ketika meninggalkan areal gedung aula tempat berlangsungnya acara tadi. Ia tidak boleh tertinggal jejak Seonhwa yang ia yakini kondisinya tidak baik-baik saja ketika pergi.

Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan gadis itu? Bagaimana Iljoon menjelaskannya kepada Bibi Mae? Padahal Iljoon sendiri yang meyakinkan wanita itu jika Seonhwa akan baik-baik saja jika pergi ke acaranya.

Hadiah menghadiri acara bedah buku sebenarnya hanya akal-akalannya. Tidak ada yang seperti itu. Ide itu terlintas begitu saja ketika Bibi Mae tiba-tiba menghubunginya. Wanita paruh baya itu mengatakan ingin sekali membeli buku terbaru yang diterbitkan oleh Joon's Publisher.

Lalu disusunlah rencana itu. Iljoon mengirimkan bukunya untuk Bibi Mae. Gratis. Dengan alasan sebagai promo. Tidak lupa menyertakan tiket acara bedah buku sebagai hadiah. Iljoon menyarankan Seonhwa untuk datang agar pikiran gadis itu bisa lebih terbuka. Tentu saja Bibi Mae sangat senang dan bersedia membujuk Seonhwa untuk datang ke acara itu.

Lantas apa yang akan dipikirkan oleh Bibi Mae ketika keponakannya pulang dalam kondisi kacau seperti tadi? Iljoon jadi merasa khawatir dan bersalah. Seharusnya ia bisa lebih menahan diri.

Napas Iljoon terengah karena ia mulai berlari kecil. Hampir setiap sudut gedung sudah ia jelajahi. Ia tetap tidak menemukan presensi Seonhwa. Namun, ketika tiba di bagian belakang gedung yang memiki tangga berundak, Iljoon menghentikan langkahnya. Ia mendengar suara isak tangis seorang gadis. Tangisannya terdengar sangat memilukan.

Perlahan Iljoon mendekati sumber suara itu. Ketika melihat presensi seorang gadis yang ia kenali sebagai Seonhwa, pria Kim itu menghela napas lega. Benar dugaannya jika Seonhwa belum pergi jauh dari areal gedung.

Ditatapnya bahu Seonhwa yang berguncang. Wajah gadis itu tertutupi oleh rambutnya sendiri. Sementara naskah novel yang Iljoon sodorkan tadi masih ia dekap erat.

Iljoon tidak tahu peristiwa apa yang menimpa gadis itu sebelumnya. Kenapa bisa menangis seperti itu ketika melihat naskahnya sendiri? Lalu kejadian beberapa saat sebelum acara bedah buku dimulai juga kembali terbayang dalam ingatan Iljoon. Gadis itu pun sempat menangis.

Rasa iba membuat Iljoon lebih mendekat ke arah Seonhwa duduk. Gadis itu pun mendongak tanpa menghentikan tangisannya ketika Iljoon sudah berdiri di sisinya. Mereka saling menatap sejenak dalam kebisuan. Hanya semilir angin musim semi yang hangat sesekali terdengar berembus di sekitar mereka.

Tangan gadis itu bergerak meraih buku catatannya lalu menuliskan sesuatu.

Tinggalkan aku sendiri.

Iljoon kembali menghela napas. Namun, kali ini bukan helaan napas lega. Perlahan ia berjongkok di hadapan Seonhwa.

"Tidak bisa. Bibi Mae sudah menitipkanmu padaku," Iljoon merespons.

Mata Seonhwa yang basah itu sempat melebar ketika Iljoon menyebut nama Bibi Mae. Iljoon memahaminya. Gadis itu pasti bingung. Sehingga ia merasa harus menjelaskan.

"Tiket acara hari ini, aku yang memberikannya kepada Bibi Mae. Dia juga ingin sekali kau bisa datang, tetapi khawatir karena kau tidak suka keramaian. Aku yang meyakinkannya agar dia tidak perlu khawatir."

[END] Flowery ConversationWo Geschichten leben. Entdecke jetzt