05. Kepingan Puzzle

714 166 84
                                    

"Hidup itu seperti puzzle. Sudah ditentukan gambarnya. Tinggal bagaimana dan selama apa kita menyusun kepingan-kepingannya."


🌸🌸🌸


Iljoon sedang membenahi meja kerjanya ketika Inhwan mengetuk pintu. Kali ini pria Jo itu tidak perlu menunggu jawaban untuk masuk karena pintunya sedikit terbuka.

"Kau sedang berkemas?" tanya Inhwan keheranan.

Ia melirik ke arah tas ransel milik Iljoon yang tergeletak di atas meja. Sementara sang empunya sedang memasukkan laptop ke dalam tasnya yang lain.

"Hanya berpindah tempat kerja untuk sementara," Iljoon menjawab seraya melirik sekilas ke arah Inhwan lalu kembali fokus dengan aktivitasnya. Memasukkan beberapa buku catatan ke dalam tas laptop, juga beberapa buku bacaan ke dalam tas ransel.

"Jadi, kau tidak akan pergi ke kantor untuk beberapa lama? Memperpanjang masa cuti?" tanya Inhwan bertubi-tubi.

Iljoon kembali menghentikan aktivitasnya lalu menatap Inhwan agak lama.

"Aku ingin tanya sesuatu," ujar Iljoon dengan wajah serius.

"Tanya saja," Inhwan meanggapi seraya melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Berusaha menemukan posisi yang cukup nyaman untuk menerima pertanyaan dari orang sekaliber Iljoon.

Jika pria Kim itu berbasa-basi dulu sebelum bertanya, bisa dipastikan pertanyaannya akan rumit dan butuh pemikiran untuk menjawab. Jadi, Inhwan harus menyiapkan diri.

"Ketika aku terpuruk dulu, dengan apa kau menarikku untuk kembali menemukan jalan pulang?"

Tuh, kan. Tepat dugaan Inhwan. Pertanyaannya memang sederhana. Jawabannya juga sederhana. Bisa saja Inhwan menjawab, ia menarik Iljoon dengan tali bernama kesabaran. Namun, Inhwan tahu jawaban yang ingin didengar Iljoon tidak sesederhana itu.

"Pertama, aku ingin tahu dulu kenapa kau menanyakan hal itu setelah bertahun-tahun kau melewati masa sulitmu? Kenapa baru sekarang kau tanyakan?"

"Ada seseorang yang butuh bantuanku. Aku hanya bingung harus dari mana aku memulai," jawab Iljoon seraya mengelus tengkuknya dengan gugup.

Ia menyanggupi permintaan tolong Bibi Mae, tetapi masih bingung harus bagaimana mendekati Seonhwa. Jika mendekatinya saja Iljoon bingung, lalu bagaimana ia bisa menolong gadis itu.

Bukannya menjawab kegundahan hati Iljoon, Inhwan malah terkekeh. Membuat Iljoon semakin kikuk lalu berdecak sebal.

"Seorang gadis?" tebak Inhwan dengan senyum usil.

"Kenapa kau terus saja menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan juga, sih?" gerutu Iljoon kesal.

Inhwan kembali tersenyum. Sisi kekanakan sahabatnya ini telah kembali. Selama ini kan pria Kim itu selalu terlihat serius, fokus bekerja, jarang bercanda. Semuanya berubah sejak kematian Hyemi. Namun, sekarang perlahan sisi-sisi diri seorang Iljoon yang sebenarnya mulai bermunculan.

"Kau tahu, hidup manusia itu seperti puzzle. Sudah ditentukan gambarnya. Tinggal bagaimana dan selama apa kita menyusun kepingan-kepingannya. Seperti itulah yang kulakukan padamu. Membantumu mencari dan menyusun kepingan-kepingan itu."

Iljoon terdiam mencerna kalimat Inhwan. Lalu berpikir akan memulai dari mana mencari kepingan hidup Seonhwa?

"Satu hal yang pasti, aku tidak meninggalkanmu seorang diri sampai kau menemukan jalan pulang," Inhwan melanjutkan.

[END] Flowery ConversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang