06. Langkah Awal

651 145 66
                                    

"Bagian paling sulit dalam setiap perjalanan adalah melakulan langkah pertama."

--Anonymous---

🌸🌸🌸


Hari berikutnya, Iljoon kembali datang ke toko bunga. Tujuannya sama. Berusaha menembus dinding hati Seonhwa yang telah ditutup rapat oleh gadis itu.

Target terdekatnya adalah membuat gadis itu merasa nyaman dan terbiasa akan keberadaannya. Jika target itu tercapai, maka tidak menutup kemungkinan gadis itu akan membuka dirinya. Langkahnya akan semakin mudah untuk mengungkap semua tanya yang bergentayangan di dalam kepala.

Iljoon baru tiba di toko bunga siang itu seusai menyelesaikan beberapa urusan kantor penerbitannya. Membaca semua laporan yang dikirimkan Inhwan melalui surat elektronik, kemudian sedikit melakukan rapat jarak jauh dengan sahabatnya itu mengenai rencana buku terbitan berikutnya melalui panggilan video. Menganalisis kondisi pasar dan laporan penjualan sebelumnya.

Dilihatnya Seonhwa sedang duduk termenung di dekat meja kasir. Matanya menerawang jauh melalui kaca jendela yang menghadap langsung ke arah taman di belakang toko. Iljoon tersenyum ketika menemukan presensi gadis itu. Perlahan ia berjalan mendekatinya. Meletakkan secangkir mochacino yang dibelinya di kafe terdekat dalam perjalanan ke toko.

"Untukmu," ujarnya seraya tersenyum.

Seonhwa menoleh ke arah cangkir plastik itu lalu ke arah Iljoon bergantian. Wajahnya tampak terkejut melihat keberadaan pria itu di sana. Gestur tubuhnya terlihat gugup dan hendak meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum hal itu terjadi, Iljoon telah lebih dulu melarangnya.

"Jangan pergi. Aku tidak akan mengganggumu, kok."

Pria berlesung pipi itu kemudian meletakkan gelas americano miliknya dan menyeret sebuah kursi. Ia duduk bersama Seonhwa. Ikut menatap ke arah hamparan taman bunga di luar sana.

"Pemandangan yang bagus," komentarnya seraya menyesapi  americano-nya.

Seonhwa masih menatapnya waspada. Katanya tidak ingin mengganggu, tetapi pria itu justru duduk di sana bersamanya dan terus saja berbicara. Tidak mengganggu apanya?

"Sepertinya ini tempat yang cocok," Iljoon berkata lagi seraya meletakkan tas laptopnya di atas meja. Kemudian mengeluarkan laptopnya.

Seonhwa masih menatap pria itu keheranan. Untuk apa ia mengeluarkan laptop di sana? Merasa sedang diperhatikan, Iljoon pun melirik ke arah Seonhwa.

"Bibi Mae bilang aku diizinkan menggunakan sudut tempat mana pun di toko ini. Sepertinya di sini nyaman dan pemandangannya bagus. Jadi, aku akan bekerja di sini," Iljoon menjelaskan usai melihat raut penuh tanya milik Seonhwa.

Gadis itu pun terkejut mendengar penuturan Iljoon. Yang benar saja pria itu akan bekerja di sana. Sementara itu adalah tempat Seonhwa menghabiskan sebagian banyak waktunya jika toko tidak sedang dalam keadaan ramai seperti saat itu.

"Jangan coba menolak atau pergi. Kita sudah buat kesepakatan sebelumnya, bukan? Jika kau berhasil membuatmu tersenyum, aku akan mengajakmu jalan-jalan dengan sepeda. Itu kan harapan terakhirmu yang belum terkabul? Aku akan melakukannya untukmu."

Mata Seonhwa berkaca menatap Iljoon. Setiap kali teringat akan janji kekasihnya yang belum terlaksana itu, Seonhwa akan berubah menjadi emosional. Sama seperti ketika ia teringat lagi dengan novel itu. Novel yang banyak menyimpan kenangan antara dirinya dan sang kekasih.

"Ah, iya. Kita belum berkenalan secara resmi. Apa kau sudah tahu namaku?" tanya Iljoon lagi yang sedang berusaha keras untuk tidak terganggu dengan mata berkaca Seonhwa. Ia tidak boleh ikut merasa emosional karena ia tahu apa yang sedang dirasakan oleh gadis itu. Iljoon pernah merasakan bagaimana sakit dan hampanya hidup saat kehilangan orang yang dicintai.

[END] Flowery ConversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang