12. Berdamai Dengan Diri Sendiri

479 104 29
                                    

"Hubungan yang kau miliki dengan dirimu adalah yang paling rumit karena kau tidak bisa pergi menghindar. Kau harus memaafkan segala kesalahan dan berdamai dengan segala kekurangan."

-Anonim-

🌸🌸🌸

Penyesalan selalu datang terakhir. Penyesalan itu selalu menyesakkan karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu memutar balik waktu untuk menghindari penyesalan itu. Hal yang bisa dilakukan manusia hanyalah berusaha memperbaiki semua kesalahannya dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Sesekali manusia harus memaafkan dirinya. Seperti yang pernah Iljoon katakan kepada Seonhwa, "Hubungan yang kau miliki dengan dirimu sendiri adalah yang paling rumit karena kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dari dirimu. Satu-satunya hal yang harus kau lakukan adalah memaafkan segala kesalahan dan berdamai dengan segala kekuranganmu."

Untuk memaafkan dirinya dan berdamai dengan semuanya, Seonhwa butuh waktu. Sama halnya seperti luka yang butuh waktu menutup dirinya sendiri untuk sembuh.

Iljoon bisa sedikit lega saat kondisi Seonhwa sudah berangsur tenang. Ia meminta Bibi Mae untuk tidak meninggalkan gadis itu, sementara ia masih memiliki urusan dengan gadis bernama Hyunmi yang telah membuat Seonhwa kacau. Ia hanya ingin memperjelas semuanya. Tentang apa yang terjadi di masa lalu. Tentang Seonhwa, tentang kekasihnya, juga tentang naskah milik Seonhwa yang ada kaitannya dengan pria bernama Lee Hyunju itu.

"Banyak hal yang harus kita bicarakan," ucap Iljoon ketika gadis Lee itu hendak beranjak pergi.

"Hal apa?" tanya Hyunmi terlihat malas.

"Banyak hal. Ceritakan kepadaku apa yang kau ketahui perihal So Seonhwa, kekasihnya, dan naskah novel itu."

Sikap Hyunmi masih sama seperti sebelumnya. Terkesan sinis dan malas menanggapi Iljoon. Baginya keberadaan pria itu telah mengusik posisi sang kakak di hati Seonhwa. Bagaimana bisa mereka asyik memadu kekasih, sementara kakaknya berbaring sendirian di alam sana akibat ulah Seonhwa yang egois? Hyunmi masih belum bisa menerimaya. Itu hal yang manusiawi.

"Memangnya apa pedulimu?" tanya Hyunmi sinis.

"Aku peduli. Sangat peduli. Kau ingat saat kita pertama kali bertemu, Nona Lee? Saat itu aku sedang mencari alamat dan identitas pemilik naskah bernama pena Leirion itu. Lalu kau memberitahuku arti Leirion."

Hyunmi mengerutkan dahinya. Berusaha untuk mengingat apa yang diceritakan Iljoon. Pantas gadis itu merasa tidak asing dengan wajah dan perawakan pria Kim di hadapannya. Rupanya mereka sudah pernah bertemu sebelum ini.

"Tiga tahun yang lalu aku pernah ingin menerbitkan naskah Seonhwa, tetapi karena musibah yang menimpaku, semuanya gagal. Lalu beberapa bulan terakhir aku selalu bermimpi tentang salah satu adegan dalam naskah itu. Aku pun menemukan Seonhwa berkat informasimu mengenai arti dari Leirion." Iljoon menjeda ceritanya. Mengamati ekspresi wajah Hyunmi yang masih belum berubah.

"Lalu kenapa kau tertarik dengan naskah itu? Padahal kau bisa saja mengabaikannya. Hanya soal mimpi, kan? Mimpi hanya bunga tidur yang bisa kau lupakan setelahnya," respons Hyunmi dengan senyum simpul.

"Mimpi kali ini berbeda. Terutama sejak aku tahu gadis yang menulis novel itu memutuskan untuk menghukum dirinya sendiri selama tiga tahun dengan tidak berbicara kepada siapa pun. Seonhwa mengalami bisu elektif selama itu untuk menebus semua kesalahannya. Ia terus saja menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa kakakmu. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Tuhan berikan kepadanya. Lalu apa yang kau perbuat kepadanya tadi? Apakah itu tidak keterlaluan namanya?"

[END] Flowery ConversationWhere stories live. Discover now