13. Memori Yang Terlupakan

382 91 48
                                    

"Setiap orang punya cara masing-masing untuk bertahan hidup. Sebagian bertahan dengan kenangan, sebagian lagi tidak."

-Anonim-

🌸🌸🌸

Iljoon melangkah gontai meninggalkan ruang praktek dokter spesialis kejiwaan yang dulu pernah menanganinya ketika mengalami depresi. Sementara Inhwan mengikuti di sebelahnya. Pria Jo itulah yang memaksa Iljoon untuk memeriksakan kondisi psikisnya usai sahabatnya itu menceritakan apa yang ia alami.

Potongan memori yang terlupakan, telah muncul karena ada pemicunya. Dalam hal ini, kenangan lama yang membuat Iljoon mengalami depresi. Semuanya terpanggil kembali karena Seonhwa. Itulah yang dikatakan dokter dalam diagnosanya.

"Ini bukan amnesia biasa," jelas sang dokter usai beberapa pemeriksaan yang dilakukan terhadap Iljoon. "Ini memori yang sengaja kau lupakan karena kondisi traumatis yang pernah kau alami. Kau sendiri yang menolak memori itu karena trauma dengan rasa sakit yang akan kau rasakan setiap kali mengingatnya."

"Lalu, bagaimana sekarang dia bisa mengingatnya lagi? Bagaimana ingatan itu bisa muncul kembali?" tanya Inhwan kemudian setelah melihat Iljoon hanya terdiam.

"Seseorang atau sebuah kejadian telah memunculkan kembali memori itu di alam bawah sadar. Apa akhir-akhir ini ada seseorang yang kau temui atau ada kejadian yang kau alami?" tanya sang dokter kepada Iljoon.

"Gadis itu. Gadis itu penyebabnya," ujar Iljoon dengan tatapan mata yang kosong.

"Kau telah mengingat semuanya? Segala hal yang sengaja kau lupakan itu?" tanya sang dokter lagi.

"Aku sudah mengingat semuanya."

"Lalu, apa dampak yang ditimbulkan jika dia berhasil mengingat semuanya?" tanya Inhwan penasaran.

"Jika ia tidak bisa berdamai dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh ingatan itu, maka ia bisa kembali depresi seperti dulu. Sebaliknya, jika ia bisa berdamai dengan semuanya, maka ia bisa dinyatakan sembuh."

Perkataan dokter itu membuat keduanya saling diam saat meninggalkan ruang periksa. Pikiran mereka sibuk memikirkan berbagai macam kemungkinan dalam perspektif yang berbeda.

Inhwan berpikir bagaimana bisa Iljoon menyembunyikan itu. Menyembunyikan fakta bahwa pria Kim itu masih menyimpan ganjalan di hatinya. Sementara Iljoon sibuk berpikir apakah ia harus lari atau menghadapi semuanya?

"Ingin langsung pulang? Atau ke suatu tempat? Aku akan menemanimu," ujar Inhwan yang diselingi oleh suara sepatu mereka ketika beradu dengan lantai koridor rumah sakit.

Iljoon menghentikan langkahnya lalu menatap sahabatnya itu. Tatapannya begitu pilu. Sangat berkebalikan dengan Iljoon yang selama ini terlihat.

"Apa aku bisa berdamai dengan semuanya?" tanya Iljoon lirih.

Mendengar pertanyaan itu, Inhwan menghela napas. Meskipun kondisi Iljoon tidak separah beberapa tahun silam, tetapi tetap saja Inhwan merasa khawatir. Apalagi dokter teringat dengan ucapan dokter tadi.

Inhwan pun menarik Iljoon menepi dari koridor. Ia membawa sahabatnya itu ke taman rumah sakit yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Iljoon pun hanya menurut ketika Inhwan mendudukkannya di kursi taman yang tidak terlalu ramai itu.

Setelah Inhwan duduk di samping Iljoon, dipandanginya wajah sang sahabat yang terlihat tidak memiliki aura kehidupan itu.

"Kau sudah sejauh ini berjuang. Apa kau akan menyerah begitu saja?" tanya Inhwan pelan, tetapi dengan penuh tekanan.

[END] Flowery ConversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang