Ansos, OSIS, Lyo

1.2K 122 185
                                    

-Happy reading-

Semua siswa kelas sebelas dengan pakaian yang masih rapi berkumpul di depan majalah dinding sebelah lapangan setelah kepala sekolah menyampaikan satu hal yang membangkitkan antusiasme mereka.

"Wow, pada daftar gak nih?" celetuk seorang siswi berjilbab putih kepada temannya. Banyak sekali respons-respons yang dilontarkan para murid ketika mata mereka menelaah isi poster bertemakan merah putih itu.

"Nunggu, sih, tapi liat posternya sama anak-anak yang ngumpul disini gue jadi mager ya?"

"Sama, itu yang gak kesini cuma satu orang. Hmph, buset kejempit gue."

Satu orang yang dimaksud itu adalah sesosok gadis berkacamata bingkai bening dan jaket hitam yang membalut tubuhnya. Dasi abu-abu dengan dua strip warna putih menjuntai dari lehernya, tanda bahwa dia juga bagian dari kelas sebelas.

Perlu diketahui, dia sedikit gelisah melihat kumpulan manusia itu. Makanya, dia satu-satunya orang yang terlihat tidak penasaran dengan isi poster dengan bau lem yang masih tercium jelas itu.

"Kenapa orangnya banyak banget? Padahal gue mau liat," sungutnya sebal.

Dia Lyo. Nama yang cukup unik tanpa arti.

Tidak! Namanya tidak sebatas tiga huruf itu saja. Nama panjangnya terlalu rumit untuk disebutkan secara rinci. Kalian hanya cukup memanggilnya dengan tiga huruf itu.

Fakta unik dari Lyo, dia adalah seorang gadis Ansos. Tidak ada trauma. Tidak ada sebab. Menjadi Ansos hanyalah opsi lain yang ia pilih sebagai bumbu kehidupannya. Awalnya dia hanya menarik diri secara sengaja, namun, hal itu kian sulit dihindari dan membuat paham baru di benaknya bahwa Ansos adalah jalan terbaik.

Tapi, menjadi Ansos lama-lama membuatnya jenuh. 

"Hai, Lyo! Bagaimana? Apakah Anda tertarik dengan poster OSIS itu? Anjir, baku banget gue kayak sales kosmetik."

"Gak mau liat, abis jijik banyak orang," kilahnya asal.

"Gila, deh, gilaaa! Katanya mau keluar Ansos kok malah begini, sih?" Tama menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan keputusan gadis plin-plan ini. Menyebalkan sekali, Tuhan menakdirkannya memiliki teman seperti ini.

"Nih, mumpung gue baik. Gue kasih foto posternya." Lyo menyambar ponsel yang ada di genggaman Arleen. Membacanya secara saksama.

Membaca poster itu, membuat otaknya terpacu pada kejadian 2 hari lalu.

Tama memerikannya tips agar Lyo bisa keluar dari zona Ansos.

1. Ikut organisasi.
2. Masuk OSIS.
3. Ikut kamp pelatihan kepemimpinan (harus masuk OSIS dulu).
4. Ajak orang berteman sebanyak mungkin di ruang OSIS.
5. Jadi Ketua OSIS!!!

"Kok OSIS semua, anjir? Mana mau gue masuk OSIS?"

"Harus begitu, itu satu-satunya cara. Kalau di OSIS mau gak mau lo harus bergaul. Cocok sama lo yang udah susah banget nyari temen selain kita berdua."

"Hukumannya apa kalo gue gak mau masuk OSIS?"

"Pas nginep di rumah Arleen, gue dorong lo masuk kamar Kak Arka. Terus gue bilang kata lo OSIS itu gak guna."

Kalau diingat terus, ancaman Tama itu benar-benar menakutkan. Lagipula, Lyo benar-benar takut dan benci kepada kakak Arleen juga Sang Penguasa Sekolah satu tahun sampai saat ini.

"Ngelamun terus, nanti kalau ada OSIS keliling lo daftar, ya?"

"Gak mau. Titik gak ada koma."

"Oh, jadi ini tiga orang yang gak ada di IPA-3 selama kita sweeping?"

Ketiga muda-mudi dengan perdebatan asyiknya menoleh ketika suara berat nan tegas berhasil membuat mereka ketakutan setengah mati. Itu Arka. Orang yang Lyo pikirkan satu menit lalu.

"Heh-ehe, m-maaf, Kak."

"Gak ada maaf, kalian mau daftar atau gak?" tegas Arka sambil mengetukkan pena ke papan pendaftaran.

"Diem lo anjir gak usah sok tegas, sini gue daftar."

"Disini saya bukan kakak kamu. Jaga omongan kamu atau poin kamu akan dikurangi. Ini dua orang daftar, yang satu lagi?"

Lyo menatap Arka tajam tanpa memberi balasan untuk Arka. Dia benar-benar merasa kemusuhan dengan lagak sok iya dari kakak kelasnya ini. "Heh, daftar gak?"

"Woi, daftar. Inget ancaman gue," bisik Tama.

Dengan terpaksa, Lyo mengisi formulir yang diserahkan oleh Arka. Asal-asalan saja, asal kelar dan Tama melihatnya mengisi formulir. Lyo sendiri tak sadar bahwa jabatan tujuannya ia isi dengan Ketua.

"Beneran nih? Keliatannya gak niat. Awas aja nanti gak bener selama LDKS," hembus Arka sinis tepat di pendengaran Lyo.

Up tiap Jumat
Jangan lupa voment dan share
Lup yu ❤️

Hai, ini adalah cerita pertamaku, mohon bimbingannya. Jangan lupa follow akun ini dan Instagram

quincykhumaira

Untuk versi revisi, aku ganti jadi third person yaa, atau mungkin gabungan :)

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now