23. Left Behind

120 41 17
                                    

Halo aku Nathan :) Ingat aku?
-N

Tangan gue meraih kertas yang entah bagaimana caranya mendadak ada di kolong meja gue. Kertasnya yang mulai menguning menandakan kertas itu cukup lama berada di sana. Tapi, kenapa selama nyaris 6 bulan di kelas 11 tangan gue tak pernah menggapai kertas itu.

Mungkin pelakunya adalah kakak kelas yang suka menaruh pesan singkat untuk generasi selanjutnya dan sengaja ditaruh di tempat yang cukup dalam.

"Arleen!" panggil gue. Arleen tengah berbicara dengan Tama langsung menghampiri gue. Memiringkan kepalanya kebingungan.

"Apaan?" Gue memberikan kertas itu kepadanya. Kertas yang sempat gue remas karena gue berpikiran untuk langsung membuangnya, tapi gue rasa Arleen perlu baca.

"Lihat. Lo kenal nggak, sih, Nathan itu siapa?" Arleen menyatukan keningnya tanpa berkomentar. Dia membukanya lalu terkesiap karena meilhat pulpen itu luntur.

"Anjir ... ini pulpennnya baru. Ngeri gue, taro-taro!"

"Emang kenapa?"

"Gue jadi keinget aja sama setan Nathan. Kurang terkenal cuma si Tama pernah cerita dan itu ngeri banget. HIIIYYY!" jeritnya dengan berperangai seakan ketakutan hiperbola. 

Arleen menceritakan legenda itu. Katanya, dahulu pada era '90-an ada anak kelas sebelah namanya Nathan nggak sengaja menjatuhkan sebuah barang keramat milik wali kelasnya.

Ya, wali kelas sebelah emang sedikit nyentrik.

Lanjut-lanjut, kata Arleen guru itu menyumpahkan kepada Nathan untuk mendapatkan sial dan nggak berapa lama setelahnya si Nathan jadi korban kejahilan temannya yang nggak sengaja lempar sesuatu yang mengenai kaca saat dia lagi mau kabur dari kejaran wali kelasnya lewat jendela.

Sebenarnya cerita itu sedikit tidak asing. Namun, kabarnya masih rumor jadi gue tidak begitu percaya.

Gue justru lebih percaya kalau emang setan yang taruh surat ini, setannya adalah Nata. 

Selain dia orang yang suka teka-teki, nama Nathan dan Nata juga sedikit mirip.

Emang beneran setan nggak tahu diri dia. Deketin eh tahunya mau menikung.

Gue mengambil surat itu kembali kemudian mengamatinya kembali. Sebaiknya jangan overthinking dengan surat itu dulu lah! Biarkan orang dengan nama Nathan atau setan Nathan itu mengirim surat ini. 

Melipat kembali dan meletakkan ditempat yang sama adalah pilihan terakhir gue.

"Lo bakal taro gitu aja? Ngg-"

"Lo tipe gampang diculik banget, ya? Gitu aja percaya. Bu Endah nggak se-aneh itu sampe punya benda keramat. Cepet abisin susu moka lo bentar lagi pelajaran Pak Johan."

"Eh iya juga, HAHAHA! Kasian duit Tama gue pake, susunya malah nggak diabisin. Eh, BTW nanti ada rapat pembahasan awal pensi, kan?"

"Iya ad-TUH, UDAH BEL. PAK JOHAN NGGAK KASIH MAKAN ATAU MINUM SELAIN AIR DI KELAS."

***

Dengan langkah terburu-buru, gue keluar dari toilet. Rambut gue masih setengah jadi, gue bingung rambutnya diapakan agar tidak membuat gue risih selama rapat. Sudah 10 menit gue habiskan di toilet hanya untuk menyisir rambut yang kusut. "Duh! 

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now