10. Nata dan Dilema Lyo

163 47 13
                                    

"Nata, anterin gue ke rumah sakit lagi! Hari terakhir nih. Besok doi udah pulang kok!"

"Iye dah iye. Tapi jangan gelayutan ditangan gue dong! Tetangga ya tetangga tapi gak usah gelayutan!" semprot Nata.

"Eh nanti anterin gue pulang ya abis dari rumah sakit? Btw, ke rumah sakitnya abis gue rapat OSIS sekitar jam empatan. Please!" rayu gue. Nata hanya mengangguk dan gue berteriak layaknya bocah yang baru ketemu sama tukang balon. 

Suasana hening sejenak dan ini membuat gue canggung.

"Udah lo balik ke kelas deh! Belnya semenit lagi bunyi woy!" Nata mendorong gue ke depan pintu kelasnya. Yah, diusir, padahal gue mau liat muka dia yang bikin diabetes itu. Tidak seperti wajah Arka yang membuat gue naik darah.

"Semenitnya pengen aku abisin buat ngeliatin ketampanan dirimu." 

Gue bercanda sih ini. Tapi, jantung gue berdebar kencang seperti saat ditembak Arka dulu.

Semu merah juga terlihat di wajah Nata saat mata kami bertemu. Dia tampak membuang mukanya dan mendorong gue. "Pergi lo!" Dia menutup pintu kelasnya. Gue memilih untuk berlari menuju kelas XI IPA-3. Pas banget sama gue buka pintu kelas, belnya bunyi terus gurunya langsung dateng.

***

"Kita sudahi dulu rapatnya ya. Terimakasih telah tertib selama rapat ya! OSIS 19-20!" Gue menutup rapat mingguan hari ini.

Gue melepas jas dan berpamitan kepada pengurus OSIS. Saat gue keluar, Nata sudah menunggu depan ruang OSIS.

"Lama amat, Bu! Setengah enam nih. Lo yang mimpin kan padahal?" Nata memutar bola matanya kesal.

"Itu tuh, si Tama bikin kesel aja! Lagi rapat malah nyumpel kuping pake earphone. Jadilah gue nasehatin dia dulu."

Nata tak membalas malahan Nata menggandeng tangan gue tiba-tiba dan hal ini memicu semu kemerahan terbit di pipi gue. Lagi, entah keberapa kalinya. Kayaknya gue jatuh cinta sama dia apa gimana anjir.

Cowok pinter, pendengar baik dan puitis adalah tipe gue. Tipe ini semuanya ada di Nata.

Suasana semakin romantis saat hujan tiba-tiba turun dan ...

"Lah hujan? Aduh kenapa deres banget?" jerit gue panik.

"Sabar, anjir! Gue ambil payungnya!" Nata membuka tasnya dan mencari payung lipat miliknya.

"Astaga, gak mau kebuka payungnya!"

"Udah sini gue bukain!" Gue merebut paksa payung dari tangan Nata dan anehnya payungnya langsung terbuka dengan mudahnya. Lemas banget tangannya Nata, Ya Tuhan. 

"Nih bisa! Apaan sih lo!" teriak gue.

Gue dan Nata menyebrangi hujan yang cukup deras dengan cepat, mengingat kalau hujan disertai sederas ini, payung pun juga tidak akan kuat menghindari percikan airnya. Lantai koridor benar-benar basah, membuat gue yang sedang berlari kecil nyaris tergelincir.

Untuk menghindarinya, gue menggenggam tangan Nata dengan erat.

Tampaknnya, gerak-gerik tanpa petunjuk itu membuat Nata terkejut dan spontan dia langsung menangkisnya. "Haduh, ada apa ini pegang-pegang. Masih banyak anak OSIS lalu lalang, Yo. Kalo salah paham terus ada yang laporin gimana?"

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now