13. Arka kembali

131 46 20
                                    

Perang dingin kembali terjadi.

Hari ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Gue hanya berselimut sambil dengerin lagu atau nonton Drakor. Hari ini gue juga mengurangi membuka sosial media karena dipenuhi pesan dari Arka yang menagih penjelasan mengenai Nata yang entah bagaimana bisa bersama gue.

Sejujurnya, iya, gue yang memutuskan untuk istirahat sejenak untuk mengejar kembali Arka yang lama. Jadi, gue benar-benar tidak menjawab pesannya sama sekali. Gue rasa itu jalan terbaik, apa iya gue harus menyudahi atau terus lanjut?

Omong-omong, rasa gue sama Arka itu sekarang kayak di tengah-tengah. Antara rasa ingin kembali tetapi gengsi dan juga segala kepasrahhan menghalangi untuk kembali.

"Yo, ada Arka tuh dibawah." Ucapan Ali yang tiba-tiba itu membuat gue kaget.

"Hh ... ah, bilangin gue lagi nggak enak badan, dasar Ali Ababwa."

"Dusta lo sama pacar sendiri. Nggak enak badan darimana kok bisa ngakak-ngakak gitu? Gue denger tau lo ngakak-ngakak dari tangga. Sekali lagi, jangan panggil gue Ali Ababwa, berasa onta." Ali melempar bantal ke wajah gue.

Gue mematikan ponsel dan menghembuskan napas panjang. "Kedengeran ketawa gue, ya? Tapi gue gak mau ketemu dia. Kemaren dia udah baik terus aneh lagi, gue nggak yakin dia tulus kali ini."

"Nggak yakin? Kasian dia dibawah tuh abis ujan-ujanan. Mama sampe bikinin dia teh terus gue juga minjemin baju. Kok lo tega, sih?"

Gue akhirnya mengatakan perasaan gue yang sebenarnya kepada Ali sebelum dia berceramah lebih panjang. "Lo tau apa? Sepadan sama yang dia kasih ke gue kemaren. Tinggal bilang aja, nggak usah sok-sokan bela Arka dengan dalih kasihan, lo nggak paham, Li." Dia bergeming dan menatap gue malas.

Dari sorot itu, gue tahu Ali tetap pada pendiriannya. "Ah elah lo! Ngerti dikit kenapa?"

"Fine, gue bakal turun tapi sebentar, ya. Gue butuh waktu nyiapin semuanya." Ali akhirnya mengerti dan mendekati gue lalu memeluk gue sebentar 

"Gue ngerti perasaan lo. Gue pernah kayak gitu sama Felia." Ali akhirnya keluar kamar gue.

Tanpa gue sadar, setitik air mata mengalir di pipi gue. Gue rasa itu yang membuat hati Ali menjadi luluh. "Ok, liat lo gini gue gak maksa. Sebisa mungkin gue cari alasan."

Lantas, ia langsung turun ke bawah lalu gue mengikutinya dari belakang. Secara diam-diam tentunya dan bersembunyi di balik tembok dekat tangga untuk mengupingi percakapan Arka dan Ali

"Ka, maaf , ya ... Lyo lagi tidur karena kecapean banyak proposal."

"Banyak alasan si Lyo. Kemaren dia aja sempetin nongkrong bareng yang katanya temen cowok dia. Gitu sibuk?"

"Dia kemaren keujanan kan gara-gara pulang kemaleman nggak ada yang nganter pulang abis rapat. Kali aja adek gue sebandel itu."

"Woy, boong lo keliatan banget. Kemaren dia nggak rapat, ya, di kafe."

"Ka, Lyo lagi istirahat!"

"Nggak percaya gue!"

Derap langkah semakin mendekati gue. Gue semakin panik dan berusaha pergi ke kamar secepat mungkin tanpa menimbulkan suara. Perlahan gue akhirnya bisa menutup pintu dan menguncinya.

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now