20. Kejutan

117 40 11
                                    

Gue benar-benar lelah semalam, pikiran-pikiran itu benar-benar memberatkan mata gue. Alhasil, gue tertidur di atas meja belajar dan terbangun secara paksa pada tengah malam karena dentingan beruntun dari ponsel. Ya, gue lupa menyalakan senyap notifikasi.

Isinya tentu saja spam happy birthday dari Arka. Namun, saking mengantuknya gue mengabaikan pesan itu dan baru membukanya pada pukul tujuh pagi.

manketum 💞

TBL TBL TBL. TUA BANGET LOCH!
FIRST GAK, NIH?
IHHHH. ALYOZAAA!!!
🤬😡😠
GUE GAK JADI TRAKTIR, NIH.
NAH, AKHIRNYA DIBACA. TERLALU NYENYAK YA?

Ksngrn hanhhi!

Ngomong apa, sih ... melek dulu.

Hw mag ngantuk. Dah, ya.

missed video call 12.15
missed voice call 12.16
missed video call 01.11

Halo. Pagi.
Sorry, tadi di atas gue bales asal karena kaget.

Y.

Dih. Call lagi.

"Cie baru bangun." Gue terkekeh pelan mendengar intonasi Arka yang terdengar sebal.

"Gue ganti video call, ya. Mau liat muka bantal lo."

"Nggak," tolak gue spontan. Arka tetap memaksa untuk mengalihkan panggilan suara ke panggilan video. Tak segan-segan, gue juga menolaknya. Namun, sepertinya Arka tidak menyerah dengan itu karena buktinya dia terus mencoba mengganti mode panggilan.

Gue pasrah dan menerima permintaannya. "Nah, gitu dong. ADUH LUCU BANGET PACAR GUE!"

Mati. Masih pagi sudah disuapi pujian yang langsung bikin gula darah naik berjuta-juta kali lipat. Gue mengulum senyum gengsi, nggak mau Arka tahu kalau gue tersanjung dengan pujiannya. Karena, ya, gue saja terima panggilan ogah-ogahan. Malu saja gitu.

"Senyum aja nggak usah ditahan," tudingnya tanpa tahu kalau gue benar-benar salah tingkah.

"Nggak. Eh, iya ... tapi, entar aja."

"Aneh. Suka-suka lo lah."

"Iya, emang. Ini bibir juga bibir gue, terserah aja mau senyum atau nggak," balas gue dengan bibir moncong beberapa senti.

"Hahaha. Eh, nanti lo luang nggak?" alih Arka tiba-tiba. Gue diam sejenak untuk memikirkan apa saja yang seharusnya gue lakukan hari ini.

"Luang?" kata gue bimbang. Gue tidak yakin akan perkataan gue sendiri. Gue benar-benar lupa pastinya apa ada sesuatu yang harus dilakukan atau tidak.

"Kok ragu? Luang nggak, nih? Kalo luang gue jemput lebih awal sekarang." Arka sepertinya teramat menantikan kepastian dari gue. Gue menghela napas sangsi lalu menggenapkan tekad untuk meyakinkan diri.

"Yakin luang. Emang mau kemana? Lebih awal? Kok gue nggak tau apa-apa?" serbu gue.

"Ih, kepo." Malas berdebat, gue langsung memutuskan teleponnya tanpa mengucap apapun.

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now