19. Penolakan

128 42 16
                                    

"Yo," panggil seseorang ditengah percakapan gue dengan Arka. Bagaimana ia bisa menemukan gue dengan Arka sementara kita berada di tempat yang terhindar dari siswa lain. Arka menatap Nata benci, sama halnya dengan gue.

"Gue mau ngomong sama lo empat mata," ucapnya serius. Gue menatap lamat-lamat Arka untuk meminta izin, Arka mengizinkannya. Nata menarik pelan tangan gue. Ia mengarahkan gue ke tempat yang cukup jauh.

"Buruan, gue mau pulang nih!" hardik gue.

Nata tampak malu-malu dan membuat kesabaran gue menipis. Ngomong tinggal ngomong aja ya?

"Gue-"

"Stop! Lo kalo ngomong jangan ragu-ragu dong!" potong gue.

Nata mengembuskan napasnya. Ia akhirnya mengambil secarik kertas kecil berwarna biru yang ia taruh di saku celana abu-abu miliknya.

"Daripada lo marah karena gue gugup lebih baik lo baca ini aja. Sebaiknya jangan di depan Arka," ucap Nata sambil memberikan kertas kecil biru. Ia pergi setelah memberi itu. Semua gerak-gerik dan tingkah laku anehnya itu menumbuhkan sebuah tanda tanya besar di otak gue.

"Emang-"

"Baca aja!" perintahnya dengan nada tinggi. Harusnya gue nggak, sih, yang marah? Waktu berharga gue Nata buang tanpa alasan. Gue memilih untuk pergi dari sana dan menghampiri Arka. "Ka, ayo pergi!" ajak gue. Arka mengangguk dan menggandeng tangan gue.

"Dia ngomong apa?" tanya Arka curiga. Ia merogoh saku celana dan mengambil kunci mobil lalu membukakan pintu untuk gue.

"Nggak jelas. Aneh banget, dia malah ngasih surat ini ke gue. Buang aja kali, ya?" jawab gue seraya masuk ke dalam mobil Arka. Bukannya memberi saran, Arka hanya terkekeh gemas. Dia bilang, katanya gue suruh simpan saja surat pemberian Nata dan baca di rumah.

"Lo nggak mau ikutan baca? Kalo mau baca bareng aja di sini," tawar gue menyodorkan surat itu. Arka menggeleng dan beralasan waktunya tidak akan cukup karena dia akan kedatangan guru kursus Bahasa Inggris.

***

Selesai gue mandi dan berberes, gue langsung duduk di pojok belajar. Mengambil surat pemberian Nata tadi pagi. Entah kenapa, tebersit rasa enggan untuk menyetuh surat itu, tapi kalau nggak dibaca nanti ia menanyakan tentang isi suratnya di sekolah dan gue malah melongo bingung. Nah, lho.

Nata
Gimana menurut lo?

Baru saja gue menduga-duga, Nata benar-benar menanyakannya. Gue langsung mengetikkan balasan gue belum membacanya hingga habis lewat jendela notifikasi.

Nata
Ok, baca dulu. Jangan sampai Arka tahu.

Gue menghela napas ketika membaca pesan terakhir Nata. Benar juga. Menggunakan surat yang notabene tidak memiliki rekam jejak kecuali suratnya disimpan. Surat juga biasanya menyimbolkan perasaan terdalam seseorang. Artinya, ini bersifat sangat personal.

Mau setidaktahu diri apapun gue, gue harus peka dengan ini.

Dengan segenap tekad, gue membuka surat dari Nata.

Untuk Lyo, gue nggak tahu bagaimana cara gue mengungkapkan ini secara nyata. Susah juga karena sejatinya lo sudah milik orang. Maaf, gue benar-benar ngerasa berdosa punya perasaan ini.

I have crush on you Lyo and I want us to be more than friend. If we can :)

Gue hanya meminta bukan memaksa, gue hanya mengungkapkan apa yang gue rasa.

Gue langsung membalik surat itu setelah membaca sampai titik terakhir. Lebih dari seorang teman? Terlambat. Jujur saja, gue pernah menginginkan hal tersebut saat gue terlepas dari Arka. Namun, sekarang gue sudah kembali milik Arka. Sepenuhnya.

Nata mengirimkan banyak pesan mengenai tanggapan gue.

Nata

Lyo.
Yo.
Alyoza Tritantiyasa Adhelia.
What do you think? :)
Gue cuma mau jawaban lo.

Lo mau banget jawabannya?

Iya. Gue nggak mau tetap di friendzone.
Besok mau jalan? Lebih baik lo kasih jawabannya besok.
Luang, kan?

Mungkin.

Bohong kalau gue tak merasa bersalah, gue sendiri juga bingung bagaimana menyikapinya. Nata sahabat gue, dia seseorang yang gue temui tanpa sengaja dan pernah menemani gue disaat gue sedang berada dalam masa sulit. Gue memilih untuk menunjukkan sinyal penolakan perlahan saja.

Gue belum mampu dan mau mengutarakannya bahwa gue akan sepenuhnya menolak Nata.

Biarkan dia sadar akan posisinya, jika belum mau nggak mau gue akan menolaknya secara terang-terangan.

Notifikasi dari Arka memecah dilema gue.

manketum 💞

Hey. Lo belum kirim suratnya.
Gue penasaran tau dari tadi 🤬😡😠

Alay.

Biarin. Mana?

Gue buang.

Serah lo lah. Nggak guna gue nunda PR.

Suruh siapa PR ditumpuk. Udah kelas XII juga.

Kok lo nyebelin, sih? 🤬😡😠

Baru tau. BTW, besok Nata ngajakin jalan, Ka.
Buat gue sibuk gitu, dia mau ngomongin surat soalnya.

Kayaknya kita jodoh. Gue emang mau ngajak lo jalan besok.
BESOK KAN LO ULTAH, YEYEYEYEY!

Pasti lo minta traktir, kan? Harusnya lo traktir gue buat kado.

Emang gue yang mau traktir.
Anything for my girl. Sekalian tebus kesalahan buat kemaren-kemaren.

Aw, nggak baper.

NYEBELIN 💢😤

@tantegesha anaknya tolong ambil. Hobinya ngacakin hati cewek.

Katanya nggak baper. Udah lo tidur, gih. Nggak ada PR ini.
Biar besok nggak kecapekan.
Nite, honey.

Nite 2. Semangat nugas.

Up tiap Jumat
Jangan lupa voment dan share
Lup yu ❤️

Semoga kalian suka ya versi revisinyaaa. Ini singkat banget tapi gapapa.

Oh ya sebenernya Ketos Ansos itu ada RP-nya lhooo.

Lyo: alyozadhelia
arka: namaguearka
Nata: adinataatlanta

Ketos Ansos [REUPLOAD] ✅ Where stories live. Discover now