(IND) Chapter Nineteen - A Glimpse of Hopes

486 51 42
                                    

Singto dan Joss baru saja kembali dari bertemu customer di luar, mereka pun menuju ke kafetaria untuk beristirahat sejenak sembari menunggu jam makan siang. Setelah mendapatkan tempat duduk, mereka meletakkan tas di kursi kosong, melepaskan jas, melonggarkan dasi, membuka beberapa kancing baju agar rileks dan duduk santai sambil menikmati kopi.

Tiba – tiba, pandangan Joss tidak sengaja tertuju pada cincin di jari Singto, dan merasa ada yang aneh.

"Er...akhir – akhir ini kau kurusan atau cincinnya yang kendor?" tanyanya membuka percakapan. "Aku hanya merasa itu cincin yang berbeda..."

Singto mengangkat tanganya dan memeriksa cincinnya.

"Benarkah?" komentar Singto singkat lalu mencopot cincinnya untuk memeriksanya dengan teliti dan baru menyadari kalau warna cincinnya agak terang seperti baru.

"Abaikan saja, toh aku tidak akan lama memakainya..." ujar Singto dan hendak mengenakannya kembali, namun gerakan tangannya berhenti seketika, ia berubah pikiran dan menaruhnya di sudut meja, kemudian mengeluarkan ponsel dan notebooknya, menyusunnya di atas meja.

"Kau menaruhnya disana, dengan tujuan pura – pura lupa dan meninggalkkannya?" tanya Joss menggodanya.

Singto seraya melotototi Joss tajam sejenak dan menjelaskan. "Sebenarnya aku juga tidak nyaman memakainya, setiap kali aku mengetik di notebook ia selalu naik ke tengah, dan saat mandi ia selalu meluncur jatuh..."

"Aw, apakah dulu juga begitu?"

"Cincin yang lama pas di jariku, aku tidak tau darimana Pha mendapatkan cincin ini..."

"Lalu dimana cincin aslimu?"

Singto mengangkat bahunya menyatakan ia tidak tahu.

"Apakah mungkin ia menghilangkannya dan diam – diam menempa yang baru tanpa sepengetahuanmu?"

Singto tidak menjawab, perhatiannya kembali tertuju pada cincin di meja. "Atau mungkin...dia telah memberikannya pada orang lain..." gumamnya tanpa sadar.

Joss menyesali inisiatifnya bertanya soal cincin, tiba – tiba ia mendapatkan ide. Joss mencopot kalungnya sendiri, lalu mengambil cincin di meja, memasangnya bersama liontin, dan mengalungkannya di leher Singto.

Pria itu mematung dan tercengang melihat apa yang ia lakukan dan tidak memprotes.

"Dengan begini tidak akan copot lagi! Tenang saja, kalungnya terbuat dari silver kau bisa memakainya sambil mandi!"

Singto mengamati cincin di dadanya dan berkomentar. "Um, idemu brilian!" ia tertawa. "Tetapi, liontinmu bagaimana?"

"Untukmu!" sahut Joss.

"Aw, thanks..." ujar Singto singkat sambil mengaguminya sejenak, lalu mengangkat gelas hendak minum, dan tiba – tiba ponsel di atas meja bergetar. Singto pun reflek meraihnya dan mengecek pesan masuk dari nomor tidak dikenal sambil menyeruputnya kopinya

Eksresinya berubah kaget saat melihat sebuah foto yang menjawab pertanyaannya pada Pha dua hari yang lalu, alhasil kopi di tangannya terlepas, untungnya Joss berhasil menyelamatkannya tepat waktu sebelum terkena notebook namun setengah isinya tumpah dan muncrat ke arah Singto.

Tubuhnya dari dada ke bawah basah dan kotor oleh kopi.

"Ada apa?" tanya Joss penasaran sambil menyingkirkan notebook dan membersihkan tumpahan kopi di meja. "Kau mendapat sms prank?"

Singto hanya merespon dengan menggeleng, dan tiba – tiba saja Joss merebut ponsel dari tangannya untuk melihatnya sendiri, sebelum pria itu sempat meng-lock ponselnya.

(IND - ENG) Lovely, New Year Gift 2 (THE END)Where stories live. Discover now