#5

4.4K 136 0
                                    

Anna menarik nafasnya begitu panjang dan membuangnya perlahan, "Ceritanya cukup panjang, dan sebenarnya aku masih trauma jika mengingatnya", ucapnya dengan tatapan yang terlihat kosong.

"Baiklah, aku tak akan memaksamu untuk menceritakannya" ujar Axell, yang langsung menarik Anna ke dalam pelukannya.

"Tidak, aku harus tetap menceritakannya padamu, agar kau bisa mengetahuinya" ucapnya sambil mendongak dan menatap Axell.

Axell pun langsung mengerutkan dahinya, lalu ia menunduk dan menatap adiknya tanpa berkata apa-apa.

"Ceritanya berawal dari rasa penasaranku, terhadap salah satu gereja tua yang berada di Inggris, gereja itu sudah tidak terpakai sejak lama, dan diabaikan begitu saja. Namun beberapa tahun yang lalu, gereja itu mulai aktif kembali, akan tetapi ada sebuah keanehan di sana, semua orang yang datang, memakai jubah berwarna merah, dan membawa sebuah tanda salib yang berukuran besar, tapi mereka membawanya, dengan posisi terbalik. Lalu di halaman depan gereja itu, terdapat sebuah patung Lucifer, dan orang-orang di sana menyembah patung setan itu. Sudah tiga bulan, aku melakukan penelitian, terhadap akfitifas di gereja tua itu, dan aku begitu penasaran, dengan apa yang mereka lakukan di sana. Dan berdasarkan info yang kudapat dari google, katanya mereka sedang menyembah setan. Jadilah aku semakin penasaran, dan ingin mengunjunginya gereja tua itu. Lalu setelah aku mengunjunginya, aku berpura-pura untuk ingin bergabung, bersama dengan mereka, dan mereka langsung mempercayainya. Mulailah, mereka mengajariku cara-caranya, bahkan aku tinggal di sebuah rumah dari salah satu penyembah setan itu. Tapi beberapa hari berselang, aku mendengar kalau mereka, ingin menjadikanku sebagai persembahan pada patung setan itu, maka dari itu aku segera melarikan diri, dari sana" jelas Anna yang begitu panjang, namun Axell mendengarkannya dengan begitu serius, meski itu hanya omong kosong belaka, yang sengaja dibuat oleh Anna untuk dijadikan sebagai alasan saja. Dan untung saja, dulu Anna pernah mencari tahu soal hal itu, jadi ia bisa menceritakannya dengan cukup detail, seakan dirinya benar-benar terlibat di dalam cerita itu.

Setelah Anna selesai menceritakannya pada kakaknya itu, Axell pun semakin memperat pelukannya, ia merasa sangat bersyukur karena adiknya masih bisa selamat. Sedangkan, Anna malah merasa sangat bersalah, karena sudah berbohong pada Axell, dan membuat cerita palsu. Karena tak mungkin, jika ia menceritakan, hal yang sebenarnya pada Axell, dan untung saja Axell tidak pernah bertemu dengan Marcel, jadi Marcel tidak bisa memberitahu, tentang hal yang sebenarnya pada Axell.

"Maafkan aku, seharusnya aku tak pernah senekad itu" ucap Anna sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa sayang, aku dapat memakluminya, dan kumohon kau jangan pernah mengulanginya lagi" ujarnya sambil mengukirkan sebuah senyuman.

Dengan cepat Anna mengganggukkan kepalanya, "Tentu saja, karena aku tak ingin meninggalkanmu lagi", ucapnya sambil tersenyum.

Axell pun hanya tersenyum dan mengecup puncak kepalanya Anna.




*********************




Akhirnya malam pun tiba, Anna sudah menunggu-nunggu datangnya malam sejak tadi siang, karena ia sudah tak sabar untuk segera menceritakannya pada Gabriel. Dan ia berharap, kalau malam ini vampire itu akan datang lagi dan menemuinya.

Kini ia berdiri di dekat jendela kamarnya seperti biasa, dan menatap ke luar jendela, sambil menunggu-nunggu kedatangannya Gabriel.

Dan tiba-tiba, ia melihat titik-titik kecil yang aneh, seolah mengapung. Tapi saat ini, ia sudah tak kaget lagi saat melihat hal tersebut, dan sudah mulai terbiasa. Anna pun hanya terdiam dam memperhatikannya dengan nyaman, hingga titik-titik itu berbentuk menjadi sosok seseorang, yang memanglah Gabriel.

"Cepatlah ke sini Gab!" pekiknya.

Mendengar teriakannya Anna, membuat Gabriel segera menghampiri Anna, dan melompat melalui jendela.

"Sepertinya kau sedang menunggu kedatanganku, ada apa Anna?" tanya Gabriel, sambil membalikkan tubuhnya, dan menghadap kearah Anna.

Anna pun menghela nafasnya, dan mulai menceritakan apa yang ingin ia ceritakan pada Gabriel.

Namun Gabriel malah tertawa geli, seakan apa yang baru saja Anna ceritakan, adalah sebuah lelucon yang menggelitik perutnya. Sedangkan Anna yang melihat hal tersebut, tentu saja begitu terheran.

"Kenapa kau malah tertawa? Memangnya ceritaku itu lucu?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya.

Bibirnya Gabriel pun terangkat sehingga gigi-giginya yang putih, dan tajam menjorok keluar dari bibirnya, "Anna Anna, ceritamu itu memang lucu, bahkan sangat lucu. Dan jika aku menceritakannya pada Count, kurasa ia juga akan tertawa geli", ujarnya, yang malah membuat Anna menjadi bingung.

"Kenapa seperti itu?" tanyanya.

"Kau lupa siapa Count Dracula? Dan kau pikir, ia bisa dimusnahkah, atau dibunuh dengan mudahnya?" kini Gabriel yang berbalik tanya padanya.

Anna pun langsung terdiam, karena lagi-lagi, apa yang dikatakan oleh Gabriel, malah membuatnya jadi semakin bingung.

"Apa kau lupa kalau Count adalah makhluk yang abadi? Dan kau pikir, temanmu itu bisa membunuhnya, atau memusnahkannya dari muka bumi ini?" cibirnya, "Tapi silahkan saja, jika temanmu ingin tetap nekad untuk membunuh raja kami, Count akan menunggu kedatangannya, dan kurasa ia pasti sudah tahu soal hal ini", lanjutnya sambil membalikkan tubuhnya.

"Tapi aku pernah membaca Cara Membunuh Dracula dan Vampire, disebuah buku yang membahas, semua tentang makhluk kegelapan" tukasnya.











To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now