#6

4.3K 133 0
                                    

"Lalu kau percaya begitu saja?" ucap Gabriel sambil tersenyum miring.

Dengan sebuah anggukkan Anna menjawabnya.

Gabriel pun menghela nafasnya dengan kasar, "Sepertinya, kau harus lebih banyak lagi, mengasah pengetahuanmu tentang kami, dan kau harus belajar langsung dari kami, karena buku atau artikel apa pun yang membahas tentang kami, belum tentu benar", ujarnya.

Anna langsung menggangguk setuju, ia baru teringat, kalau Count pernah mengatakan padanya, untuk tidak percaya dengan buku tersebut, yang membahas tentang makhluk-makhluk dari kegelapan.

"Dan apa kau takut jika Count sampai terluka atau terbunuh?" Gabriel langsung membalikkan tubuhnya dan menatapnya dengan dalam, seakan tatapannya itu menusuknya.

Dengan cepat ia mengganggukkan kepalanya, "Bukan hanya Count saja, tapi dirimu juga, karena kalian berdua adalah dua makhluk kegelapan yang aku suka", jawabnya.

"Jawaban yang bagus!" ucap Gabriel.

"Lalu bagaimana kabar Count di sana? Apakah ia menanyakan diriku?" tanya Anna dengan hati-hati.

"Kabar Count tentunya selalu baik, karena ia makhluk yang abadi, tidak bisa sakit, dan tak bisa mati. Kalau soal itu tidak usah ditanya lagi, karena aku ke sini setiap malamnya, hanya untuk menengokimu dan mengawasimu, dan itu atas perintahnya" jawabnya.

Mereka pun terus mengobrol hingga larut malam, dan mereka tak menyadari hal tersebut, bahkan Anna pun tidak merasa kantuk sama sekali, karena ia sudah terbiasa begadang, hanya saja tubuhnya yang terasa menggigil, karena dingin yang biasa menerpa bila saat tengah malam.





*********************





Hari sudah menjelang pagi, namun Anna belum juga terbangun, padahal hari ini ia harus kuliah, bahkan ia pun juga lupa memasang alarm pada ponselnya, karena sudah terlalu mengantuk.

Sedangkan Axell, ia baru saja selesai menata makanan di atas meja, untuk sarapan pagi ini.

"Sudah sepagi ini, tapi Anna belum keluar juga dari kamarnya" batinnya, sambil melirik ke arah jarum jam, yang berada di dinding.

Lalu ia memutuskan untuk menghampiri adiknya, yang masih berada di dalam kamarnya, segera ia menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamarnya Anna. Setelah sampai di depan kamarnya Anna, ia melihat pintunya yang masih tertutup.

Axell pun menghela nafasnya dan mengetuk pintunya, "Adikku sayang, ayo kita sarapan", pekiknya.

Namun tak ada jawaban sama sekali dari dalam. Lalu ia kembali mengetuk pintunya dan memanggil adiknya, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

"Apa jangan-jangan ia masih tidur?" gumamnya.

Kemudian ia mencoba membuka pintu kamarnya Anna, dan ternyata pintunya tidak kunci.

"Kalau tahu tidak dikunci, sudah kubuka dari tadi" ujarnya.

Namun dahinya mengerut, saat melihat adiknya yang masih tertidur dengan nyenyaknya, segera ia melangkah masuk, dan berdiri di dekat tempat tidurnya Anna.

"Anna, ayo bangun sayang. Hari ini kau ada kelas bukan?" ucap Axell, sambil menyingkap selimut, yang menutupi tubuh adiknya itu.

Merasakan selimut yang tak lagi menutupi tubuhnya, membuatnya langsung membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangannya, "Axell? Dingin tahu, selimutnya jangan ditarik", protesnya sambil menarik selimutnya, dan menutupi tubuhnya lagi.

Axell yang melihat hal tersebut pun, menghela nafasnya dengan sedikit kasar, "Ayo bangun adikku sayang, kau harus berangkat ke kampus untuk berkuliah", ujarnya.

Mendengar apa yang baru saja Axell katakan, membuatnya langsung membuka kedua matanya, "Memangnya sekarang jam berapa?", tanyanya sambil menatap Axell.

"Coba kau lihat sendiri" jawab Axell, sambil melirik ke arah jarum jam, yang berada di atas nakas.

Anna pun beralih melirik ke arah jam tersebut, dan ia langsung terkejut dan segera duduk di atas kasur, "Kenapa alarmnya tidak berbunyi?", tanyanya sambil menatap Axell.

"Mana kutahu, tadi malam kau sudah menyetelnya belum?" kini Axell yang berbalik tanya padanya.

Tapi ia malah langsung terdiam, sambil mencoba untuk mengingat-ingatnya. Dan baru lah ia ingat, kalau ia memang lupa memasang alarm.

Sebuah senyuman pun terukir diwajahnya, "Belum, soalnya aku lupa", jawabnya sambil menggaruk tengkuknya, yang sama sekali tidak gatal.

Namin Axell hanya mendengus dan memutar bola matanya, lalu ia berkata, "Ya sudah, sekarang kau cepat mandi dan bersiap-siap, setelah itu kita sarapan".

Dengan cepat Anna mengganggukkan kepalanya, "Baiklah kakakku sayang", katanya sambil bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi.

Sedangkan Axell yang melihat hal tersebut, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan segera keluar dari kamarnya Anna.













To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now