#14

3.8K 116 1
                                    

Di tengah-tengah Pegunungan Carpathia itu, jalan seolah-olah melingkar tak henti-hentinya, melewati lembah-lembah. Kadang-kadang lembah-lembah itu demikian curamnya, hingga meskipun mereka tergesa-gesa, kuda-kuda hanya bisa berjalan lambat-lambat. Dan hal tersebut membuat Anna jadi tak sabar, dan rasanya ia ingin turun, dan berjalan kaki saja, seperti yang ia biasa lakukan di negerinya.

Namun sewaktu ia mengatakannya pada Gabriel, Gabriel malah melarangnya, dan berkata, "Jangan macam-macam, kau tak boleh berjalan di sini, karena anjing-anjing yang terlalu buas.

Dan Anna pun hanya bisa menurut saja, meskipun ia merasa sedikit kesal.

Waktu malam makin gelap, Anna jadi mulai gelisah, lalu ia berkata pada Gabriel, dan menyuruhnya untuk lebih cepat lagi. Gabriel pun melecutkan cambuknya tanpa belas kasihan, mendorong kuda-kudanya untuk berlari lebih cepat, dengan teriakan-teriakan nyaring. Lalu, dalam gelap, Anna melihat sepotong cahaya kelabu di depan mereka, seolah-olah ada celah pada bukit-bukit itu. Dan makin lama, gunung-
gunung serasa makin dekat mengapit mereka, dan seolah-olah memandangi mereka dengan marah.

Kereta kuda tersebut terus berlari di dalam kegelapan, bahkan tak ada cahaya lain, selain cahaya yang berasal dari kereta kuda, yang ditumpangi oleh Anna. Kini, mereka bisa melihat jalanan yang berpasir putih di hadapan mereka, tapi di
sana sama sekali tak tampak satu pun kendaraan.

Dan perlahan, Anna merasa mulai kantuk, padahal ia sempat tertidur saat berada di dalam pesawat.

"Kalau kau mengantuk, tidur saja. Nanti akan kubangunkan, saat telah tiba di tempat tujuanmu" ujar Gabriel.

Anna hanya menggangguk paham, dan saat ia hendak memejamkan kedua matanya, tiba-tiba saja terdengar suara lolongan anjing, yang berasal dari rumah petani, yang jauh dari jalan. Suara lolongannya itu, terdengar seperti suara ratapan panjang yang tersiksa, dan sangat ketakutan. Suara itu disambut oleh suara anjing lain, lalu seekor lagi dan seekor lagi, hingga mulailah suara lolong ramai, terbawa angin sepoi-sepoi dari celah itu. Suara itu seolah datang dari seluruh negeri.

Lalu dari jauh, dari gunung-gunung yang mengapit mereka, mulai terdengar suara lolongan yang lebih nyaring dan lebih tajam, yaitu suara lolong serigala, hingga membuat kuda-kuda terkena pengaruhnya, mereka mengangkat kepala, dan mengangkat kaki depan tinggi-tinggi. Gabriel pun, segera menggunakan seluruh tenaganya, untuk menahan mereka agar tidak lepas. Sementara Anna hanya terdiam, dan berusaha untuk tetap tenang, meskipun di dalam hatinya ia sangat ketakutan, dan rasanya ia ingin melompat dari kereta kuda tersebut.

Beberapa menit kemudian, kuda-kuda sudah kembali menjadi tenang, dan mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Gabriel pun tak berkata apa-apa pada Anna, ia hanya berfokus menatap jalan yang begitu gelap.

Tak lama kemudian, mereka terkurung oleh pohon-pohon, yang di tempat-tempat tertentu condong di atas jalanan, hingga mereka seolah-olah melewati sebuah terowongan. Dan ditambah batu-batu karang, yang
seolah-olah memandangi mereka dengan marah, mengawal mereka dengan tegapnya di sisi kiri dan kanan jalan. Meskipun berada di tempat terlindung, mereka bisa mendengar angin yang bertiup kencang. Suaranya seperti orang mengerang, dan mendesis melalui batu-batu karang. Cabang-cabang pepohonan, bergesekan waktu mereka melesat melewatinya.

Sedangkan udara makin lama makin terasa dingin, dan salju halus seperti bedak mulai turun, hingga tak lama kemudian, kereta mereka dan semua yang ada di sekeliling mereka, jadi tertutup selimut putih. Angin yang keras, masih membawa suara lolongan anjing-anjing, namun dengan menjauhnya mereka, suara itu jadi makin samar. Tapi sebaliknya, suara lolong serigala-serigala terdengar makin lama makin dekat, seolah-olah binatang-binatang itu mengepung kereta mereka, dari segala arah. Anna yang mendengarnya pun, jadi kembali takut, namun ia tetap berusaha untuk tenang, karena baginya, itulah resiko yang harus diambil olehnya, jika ingin tetap datang dan menemui Count di purinya, yaitu ia harus melewati perjalanan yang cukup mengerikan.

Jauh di sebelah kiri mereka, Anna melihat nyala api biru yang berkelap-kelip. Gabriel pun melihatnya pada saat yang bersamaan, namun ia tetap tenang, dan tak bergerak sama sekali, bahkan ia tak turun dari tempatnya, seperti yang dilakukan oleh Count waktu itu.

Anna yang melihatnya pun merasa terheran, namun ia enggan menanyakannya pada Gabriel, karena ia takut jika hal itu malah mengganggu konsentrasinya. Dan lagipula, kini kedua matanya Anna sudah terasa semakin berat, hingga membuatnya terpaksa harus memejamkan kedua matanya.

Tapi di depan sana, muncul lagi nyala api biru, yang begitu dekatnya dengan jalan, dan untunglah Anna sudah mulai terlelap, jadi ia tak melihatnya. Bahkan Gabriel yang melihatnya pun, hanya menoleh saja dan mengabaikannya.

Mereka terus melaju dalam kegelapan itu, dengan suara lolong serigala di sekeliling mereka, seolah-olah binatang-binatang itu mengikuti mereka dalam suatu lingkaran yang bergerak. Anna yang baru saja tertidur pun sangat terkejut, dan membuka kedua matanya yang masih terasa berat. Gabriel yang menyadari hal tersebut pun berkata, "Tidur saja, tidak usah kau pedulikan suara-suara itu. Lagipula aku tetap berada di sini untuk menjagamu".

Dengan samar, ia melihat punggung Gabriel di depan sana, dan karena masih merasa kantuk, akhirnya Anna kembali memejamkan kedua matanya dan tertidur lagi.













To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें