#10

3.8K 112 1
                                    

Setelah sampai di kamarnya, Anna langsung berjalan menuju sebuah meja. Lalu ia menarik sebuah kursi, yang berada di dekat sana, dan segera mendudukinya. Kemudian, ia mengambil sebuah buku tulis dan juga pulpen. Lalu dibukanya buku tersebut, dan mencari halaman yang masih kosong. Setelah menemukannya, Anna terdiam sejenak sambil berpikir, dan menoleh ke arah jendela.

Lalu dengan berat, ia menghela nafasnya dengan kasar, dan menuliskan sesuatu, pada halaman yang kosong itu.


Minggu, 11 Agustus 2019

Dear Axell, kakakku tersayang.

Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tak berada di rumah ini lagi. Tapi sebelumnya, aku ingin mengucapkan berjuta-juta kata maaf padamu, karena setelah menulis surat ini aku harus pergi (lagi). Kau tak perlu mencariku, karena kau tak akan menemukanku. Dan kau juga jangan mengkhawatirkan diriku, karena aku akan baik-baik saja.

Maaf untuk semuanya yang telah aku lakukan padamu, maaf aku yang terlalu manja padamu, karena hanya padamu lah tempat aku bermanja. Dan maaf, nanti malam kita tak bisa makan malam di luar, seperti yang sudah kau janjikan padaku tadi.

Axell, terima kasih untuk waktu, yang telah kau berikan padaku selama ini. Terima kasih sudah mengurus, dan menjagaku dengan sangat baik. Tapi maaf, aku belum bisa membalasnya. Aku berharap, kau segera bertemu dengan seorang wanita, yang mencintaimu dengan setulus hatinya.

Setelah ini, kita tak akan bertemu lagi, mungkin untuk selamanya. Aku sungguh menyesal, karena telah melakukan sebuah hal bodoh, yang membuatku terjebak di dalamnya. Andai saja aku tak pernah datang ke gereja itu, mungkin saat ini kita masih bisa bersama. Tapi sepertinya, itu sudah menjadi sebuah takdir untukku, takdir yang menjadi jalan hidupku. Tak apa, aku menerimanya dengan setulus hatiku.

Jangan khawatir, aku akan bahagia di sana. Dan jangan bersedih, apalagi menangis saat kau membaca surat ini, karena aku tak dapat menghapus air matamu.

Sekali lagi, terima kasih dan maaf untuk semuanya. Aku sangat sangat menyayangimu kakakku. Kau adalah kakak terhebat di dunia ini. I love you!


Tertanda       


Anna Steinhäuser



Usai menulis surat pada selembar halaman tersebut, ia pun menyobeknya. Dan tak disadari olehnya, kalau kini air mata sudah mengalir dipipinya. Lalu ia bangkit dari kursinya, dan menutup buku tersebut. Dan kemudian, ditaruhnya selembar kertas yang ia sobek tadi di atas buku, dan ia menindihnya dengan sebuah pulpen.

Saat menyadari, pipinya yang sudah basah dengan air matanya, ia pun segera menghapusnya dengan punggung tangannya, dan mengukirkan sebuah senyuman tipis. Lalu ia berjalan ke arah lemari, dan berjinjit untuk mengambil sebuah tas koper dari atas sana.

Kemudian, dibuka olehnya tas koper itu yang memanglah kosong, lalu ia membuka lemari, dan mulai memilih pakaian yang akan ia bawa nanti.

Setelah selesai mengepaki pakaiannya, ia kembali menutup kopernya, dan segera bangkit dari posisinya. Lalu ia mengambil sebuah tas kecil, yang sudah ia siapkan di atas nakas, dan memakainya pada bahunya.

Kemudian, ia menarik tas kopernya, dan menyeretnya dengan perlahan, lalu ia segera berjalan keluar dari kamarnya. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamarnya, ia menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah kamarnya.

"Selamat tinggal kamarku tersayang. Setelah ini, aku tak akan berada di sini lagi untuk waktu yang lama, atau mungkin selamanya. Aku akan merindukanmu, kamarku" batinnya, sambil mengukirkan sebuah senyuman.

Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya, dan berjalan menuruni anak tangga.








To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora