#19

3.6K 112 0
                                    

Pagi pun telah tiba, tak ada orang yang menyadari betapa manis, dan
betapa lega rasa hati dan mata kita bila hari sudah pagi, bila kita tak
pernah menderita di malam harinya. Dan itu lah yang Anna rasakan, setelah tadi malam merasakan kejadian, yang begitu mengerikan. Bahkan ia masih benar, saat binatang-binatang mengerikan itu berjalan menghampiri Marcel, dan menatapnya dengan marah.

Karena tak ingin mengingatnya terus-menerus, akhirnya Anna memutuskan untuk membersihkan dirinya. Lalu setelah selesai, dan berpakaian rapih, ia berjalan ke sebuah ruangan, yang berada di dekat kamarnya. Dan seperti biasa, di atas meja yang panjang itu, sudah tertata rapih berbagai macam makanan, yang membuat perutnya jadi mendadak terasa lapar.

Segera ia menarik salah satu kursi dan mendudukinya, lalu ia mulai menyantap sarapannya.

Setelah selesai, ia memperhatikan sekitar dan mencari sosok si tuan rumahnya, namun sayang ia tak menemukannya.

"Mungkin Count sedang tidur" batinnya sambil bangkit dari kursinya.

Lalu ia berjalan keluar dari ruangan tersebut, dan memperhatikan sekitar. Namun tiba-tiba, terlintas sebuah ide untuk melihat tempat Count tidur, di dalam peti matinya, yang berada di ruang bawah tanah. Segera ia berjalan ke jendela yang berada di sisi Selatan, dan keluar ke birai batu yang sempit, yang terdapat di sekeliling bangunan di sisi sebelah sana. Batunya besar dan kasar, sedangkan
bahan perekat di antara batu-batu itu telah hilang, dengan berlalunya waktu. Lalu ia segera membuka sepatunya, dan menempuh jalan berbahaya itu dengan cara merayap,sama persis dengan beberapa kali, yang dilakukan oleh si tuan rumahnya.

Kemudian ia mulai merayap menuju kamarnya Count, karena ruang bawah tanah itu berada di sebuah kapel tua, yang hanya bisa dilalui dari kamarnya Count saja, dan untung saja ia masih ingat benar, arah dan
jarak ke kamar Count. Terus saja ia merayap, dan sesekali melihat ke bawah, agar ia tidak terkejut bila tiba-tiba terlihat olehnya, kedalaman yang begitu mengerikan itu. Namun ia tak merasa pusing atau tegang sekali pun, mungkin karena sebelumnya ia sudah melakukan hal seperti itu, jadi ia sudah mulai terbiasa.

Waktu terasa pendek sekali, dan kini ia sudah tiba di ambang jendela kamarnya Count. Lalu ia mencoba mengangkat daun jendelanya, dan merasa berdebar-debar sekali, waktu
membungkuk dan meluncur masuk lewat jendela itu, dengan kaki di
depan. Segera ia melihat sekeliling, dan ia tak menemukan Count di sana, karena kamar itu tetap kosong, seperti pertama kali ia datang. Bahkan, perabotan yang berada di sana, juga tetap berada di tempat yang sama, tidak berpindah sedikit pun.

Lalu Anna berjalan dengan hati-hati, menuju sebuah pintu yang berada di sudut kamar. Dengan perlahan, ia membuka pintu yang berat itu, dan untung saja tenaganya cukup kuat, hingga pintu itu bisa dibuka olehnya. Di sana ada jalan melalui sebuah lorong batu, menuju sebuah tangga yang berliku-liku. Tangga itu curam, hingga Anna harus menuruninya dengan sangat hati-hati, ditambah tangga-tangga itu gelap, dan hanya
diterangi oleh cahaya, dari lubang-lubang kecil pada tembok yang tebal. Di dasar tangga ada sebuah lorong gelap, yang menyerupai terowongan. Dan dari tempat itu lagi-lagi, Anna mencium bau tanah lama yang baru saja digali, hingga membuatnya jadi merasa mual.

Waktu ia berjalan di sepanjang lorong itu, bau itu terasa makin dekat dan makin menyengat. Namun akhirnya ia menemukan sebuah pintu, lalu ia segera menarik pintu yang berat itu. Pintu itu terbuka sedikit. Anna mendapati dirinya berada di sebuah kapel tua yang sudah runtuh. Atapnya sudah rusak, dan pada dua tempat terdapat tangga menuju ruang bawah tanah. Tanpa ragu, Anna berjalan menuruni tangga itu dengan hati-hati, hingga akhirnya ia tiba di ruang bawah tanah yang remang-remang, yang memang menjadi tempat tujuannya.

Di sana Anna melihat tiga tempat, yang di dalamnya tersimpan peti-peti mati yang sudah tua, namun ia sudah tahu isi dari dua tempat tersebut, yang hanya berisi bekas-bekas peti mati tua, dan bertumpuk-tumpuk debu. Lalu ia segera berjalan ketempat yang ketiga, karena ia berpikir pasti di sanalah tempat makhluk mengerikan itu tidur, sama seperti yang waktu itu ia lihat.

 Lalu ia segera berjalan ketempat yang ketiga, karena ia berpikir pasti di sanalah tempat makhluk mengerikan itu tidur, sama seperti yang waktu itu ia lihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di tempat itu, terdapat peti mati yang berjumlah sekitar lima puluh buah. Namun tiba-tiba ia terdiam dan mematung, pikirannya mulai melayang kemana-mana, ia mulai membayangkan jika suatu saat dirinya sudah berubah menjadi seperti Count, ia pasti akan tidur di salah satu peti mati itu.

















To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now