#22

3.7K 116 1
                                    

Terdengar suara pintu di bawah yang dibanting dengan cukup kuat, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Gabriel langsung pergi meninggalkannya, dan menghilang entah kemana.






*********************





Pagi pun tiba. . .

Namun Anna masih tertidur dengan lelapnya, dan tak biasanya ia seperti itu.


Tok tok tok. . .



Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya, dan itu adalah Count. Namun tidak ada jawaban apa pun dari dalam, sehingga membuat Count langsung membuka pintunya, yang memang tidak dikunci. Lalu ia berjalan masuk, dan menghampiri Anna yang masih tertidur, di atas ranjangnya.

"Selamat pagi Anna, bangunlah. Dan lihatlah, sinar matahari yang menghangati pagi ini, dengan sinarnya" ujarnya sambil berdiri di dekat ranjangnya Anna, dan membungkukkan tubuhnya dengan sopan. Meskipun Anna sedang tertidur, tapi Count tetap saja bersikap sopan padanya.

Namun tak ada jawaban apa pun dari Anna, dan ia tetap saja tertidur dengan lelap. Mungkin ia kurang mendengar suaranya Count, karena masih berada di alam mimpinya, dan mungkin jika di colek ia baru akan terbangun, namun sayang Count tak ingin melakukannya, karena menurutnya itu tidak sopan. Dan tanpa sengaja Count melihat lehernya Anna, hingga membuat matanya memancarkan kemarahan setan. Namun hal itu hanya terjadi sesaat saja, karena setelah itu matanya kembali seperti sedia kala.

"Pergi!!! Aku takutttttttt"

Tiba-tiba Anna mengigau, dan bergerak dengan gelisah. Count yang melihat hal tersebut pun jadi terheran, hingga membuatnya terpaksa menyentuh lengannya Anna, untuk membangunkannya. Namun ia begitu terkejut, saat merasakan kulitnya Anna, yang terasa begitu panas, seperti sedang demam.

Merasakan hal tersebut, tak membuat Count panik sedikit pun. Namun ia hanya merasa khawatir, pada keadaannya Anna. Meskipun ia makhluk kegelapan, tapi ia akan tetap merasa khawatir, saat melihat orang yang ia sayangi, tidak dalam keadaan yang baik, atau sehat-sehat saja.

"Tidak. . . Pergi!" Anna berteriak lagi, dengan kedua matanya yang terpejam.

Segera digenggamnya, lengannya Anna dengan tangannya yang kuat, dan ia membungkukkan sedikit tubuhnya ke arah Anna. Namun hal tersebut, rupanya berpengaruh pada dirinya Anna, hingga membuat gadis itu langsung tersadar, dan membuka kedua matanya.

"Count?" ujarnya saat melihat sosok si tuan rumahnya, yang berada di dekatnya.

Bibirnya Count pun terangkat, hingga gigi-giginya yang panjang, dan tajam menjorok keluar bibirnya, "Akhirnya anda bangun juga, Anna" ujarnya.

"Bangun? Memangnya dari tadi aku belum bangun" tanya Anna yang terheran.

Perlahan Count menggelengkan kepalanya, dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya, lalu ia berkata, "Tadi anda sempat demam, Anna. Saya tidak tahu apa penyebabnya, karena saya bukanlah dokter. Tapi sepertinya sekarang suhu tubuh anda sudah normal kembali".

Dengan cepat Anna segera memegang dahinya, dan ternyata Count benar, kini suhu tubuhnya sudah kembali normal, "Iya benar, tadi aku juga sempat merasa menggigil, meski sudah pakai selimut" ujarnya.

"Mungkin efek yang tadi malam, karena ketakutan, anda jadi demam seperti tadi" katanya sambil tetap tersenyum, lalu ia berdiri tegap lagi, "Sebaiknya sekarang anda membersihkan diri anda, lalu setelah itu segera lah sarapan, agar susu hangat yang saya buatkan, tidak dingin" sambungnya.

Hanya dengan sebuah anggukkan Anna menjawabnya, dan ia menurut dengan apa yang Count katakan.






***********************






Setelah selesai menyantap makan malam, Count mengajaknya untuk berbincang-bincang di dekat perapian, dan Anna pun menuruti permintaan si tuan rumahnya itu. Dan lagipula, Anna lebih senang menghabiskan waktu, dengan berbincang-bincang bersama dengan Count sampai larut malam, atau sampai pagi sekali pun, dari pada ia harus sendirian di puri itu, dan dihantui oleh ketiga vampire wanita itu, seperti kemarin malam.

"Anna, maafkan saya, atas kejadian yang anda alami kemarin malam, saya sungguh menyesal karena meninggalkan anda di waktu yang masih cukup sore" ujar Count yang mulai membuka obrolan, sambil membungkukkan tubuhnya ke arah Anna.

Pada saat itu pula Anna merasakan nafasnya Count yang begitu bau, seperti bau bangkai, hingga membuatnya menjadi mual. Count yang menyadari hal tersebut pun,segera menarik tubuhnya, dan duduk dengan tegap lagi, dan kedua tangannya yang ia letakkan di atas lututnya.














To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now