#17

3.7K 122 0
                                    

Matahari baru saja terbenam satu jam yang lalu, dan sedari tadi pagi Anna hanya tidur, bangun, makan, lalu tidur, dan bangun lagi. Bahkan kini rasa lelahnya sudah hilang, karena sudah terbayarkan, oleh istirahat yang begitu cukup. Namun kini, ia jadi merasa seperti berada di dalam penjara lagi, apalagi saat berada di dalam kamar tidurnya, dan melihat ke arah luar, dari jendela yang dipasangi jeruji besi itu.


Tok tok tok. . .


Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya, dengan cepat Anna berjalan dan membukakan pintunya. Lalu terlihatlah olehnya, Count yang sedang berdiri tegap di depan sana.

"Selamat malam, Anna. Kedatangan saya ke sini, untuk memberitahu anda, kalau makan malam anda sudah siap" ujarnya, sambil membungkukkan tubuhnya dengan sopan, dan disertai dengan sebuah senyuman, yang mengembang di wajah pucatnya.

Anna pun menggangguk paham dan tersenyum tipis. Lalu Count mengajaknya ke sebuah ruangan, yang berada di sebelah kamar tidurnya Anna. Dan di sana, sudah tertata rapih berbagai macam makanan di atas meja, yang ukurannya cukup panjang. Lalu Count menarikkan satu kursi untuk Anna, dan membungkukkan tubuhnya, sambil berkata, "Silahkan duduk Anna, dan makanlah sepuas anda. Tak usah malu-malu, dan anggap saja ini rumah anda sendiri".

Tanpa ragu, Anna langsung mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut, lalu ia menoleh kearah tuan rumahnya, "Terima kasih banyak Count" ujarnya sambil mengukirkan sebuah senyuman.

Count hanya menggangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang diwajah mulusnya, lalu Anna mulai menyantap makan malamnya, dengan begitu lahap.

Setelah selesai, seperti biasa Count mengajaknya, untuk berbincang-bincang di dekat perapian, dan Anna pun menurutinya. Lalu mereka segera duduk di dua buah kursi yang berada di sana.

"Bagaimana tidur anda Anna?" tanya Count, yang mulai membuka obrolan sambil menatap Anna, dan dengan kedua tangannya yang ia letakkan di atas lututnya.

"Tidurku cukup nyenyak, dan istirahatku juga cukup, hingga membuat semua rasa lelah di tubuhku, menjadi sirna" jawab Anna sambil menatap Count, dan mengukirkan sebuah senyuman.

Bibirnya Count pun terangkat, hingga terlihatlah gigi-giginya yang putih dan tajam, yang menjorok keluar, "Saya senang mendengarnya Anna" ujarnya.

Hanya dengan sebuah anggukkan Anna menjawabnya. Namun tiba-tiba Count bangkit dari tempat duduknya, dan menatap ke arah jendela, seperti mendengar sesuatu. Anna yang melihatnya pun begitu terheran, hingga dahinya jadi mengerut.

"Ada apa?" tanya Anna sambil menatapnya.

"Ada yang datang" ujarnya sambil menoleh ke arah Anna, dengan satu tangannya yang menunjuk ke arah jendela.

Mendengar apa yang baru saja Count katakan, membuat Anna jadi penasaran, dan menerka-nerka siapakah yang datang itu. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Count mengambil salah satu lampu yang berada di dinding, "Kita harus melihatnya", ujarnya yang kemudian berjalan lebih dulu.

Anna yang masih terheran, dan tak mengerti pun hanya menurut, dan berjalan mengikuti Count, dari belakang. Dengan anggun ia berjalan di depannya Anna, dengan membawa lampu, menuruni tangga, dan melewati sepanjang lorong.

Lalu diangkatnya palang pintu yang berat itu, dan dibukanya kaitan rantainya, lalu pintu itu didorongnya. Saat melihat pintu itu yang dibuka dengan mudahnya, Anna jadi terkejut, ia baru menyadari kalau rupanya pintu itu tak terkunci. Lalu ia melihat ke sekelilingnya, tapi ia sama sekali tak melihat kunci.

Begitu pintu mulai terbuka, terdengarlah suara seseorang, yang begitu lantang, "Hey monster! Akhirnya kau keluar juga, kemarilah! Karena aku akan membunuhmu, di rumahmu sendiri".

Mendengar suara tersebut membuat Anna begitu terkejut. Dengan cepat ia menoleh ke arah sumber suara, dan dapat dilihatnya seseorang yang tak asing baginya, yang sedang berdiri di luar pintu gerbang, sambil memegang sebuah kayu yang sudah diasah, dengan sedemikian runcingnya, dan juga sebuah kalung, dengan liontin salib di tangannya yang lain.

 Dengan cepat ia menoleh ke arah sumber suara, dan dapat dilihatnya seseorang yang tak asing baginya, yang sedang berdiri di luar pintu gerbang, sambil memegang sebuah kayu yang sudah diasah, dengan sedemikian runcingnya, dan juga sebuah kalung, d...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marcel?" gumam Anna dengan kedua matanya, yang membulat sempurna.

Count yang berada di ambang pintu segera menoleh ke arah Anna, dan menyunggingkan sebuah senyuman yang mengerikan, lalu ia berkata, "Itu kah yang anda maksud? Seseorang yang ingin membunuh saya?".

Anna hanya mengganggukkan kepalanya dengan pelan, dan beralih menatap Count.

"Anna, sebentar lagi kau akan bebas! Aku akan membawamu pulang, setelah aku berhasil membunuh monster itu!" pekik seseorang tersebut yang memanglah Marcel.















To be continue. . .

The Immortal Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang