5 Fünf

659 116 6
                                    

"Hey! Ada junior jagoan kita."

Seseorang berambut cokelat berseru saat melihat Seungwoo dan Seungyoun datang bersama Wooseok dan Hyungjun di belakang.

Seseorang itu, Lee Midam. Yang tengah menghimpit tubuh seseorang di pojok tembok.

"Banyak banget ya bangsat, yang suka sama Jinhyuk?" Si cowok bercelana sobek-sobek menjatuhkan sebatang rokok kemudian menginjaknya.

Wooseok yang mendengar langsung melirik sinis. Melepas genggaman tangan Hyungjun dan berjalan mendekati Midam. "Bang, mau ambil bagian gue."

Midam tertawa. "Gue juga belum kelar. Lo dulu deh. Kangen gue sama lo." Tangan yang sebelumnya mencengkeram kerah baju seseorang yang terhimpit di tembok kini menepuk bangga pundak Wooseok sebelum berjalan mendekati Seungwoo dan Seungyoun.

Lagi-lagi Wooseok tersenyum sinis sebelum kepalan tangannya mengenai pipi cowok di depannya. Membuat tubuh itu tersungkur ke tanah. Entah apa yang Midam lakukan pada Jinhyuk sampai-sampai hanya karena satu tinju dari Wooseok, cowok itu ambruk.

"Inget gue yang matahin jari telunjuk lo di sirkuit balap?"

Satu tendangan keras berhasil mengenai wajahnya. Darah mengalir keluar dari kedua lubang hidungnya.

"Inget gue yang bakar motor rongsokan lo itu?"

Kaki kanan menginjak bagian muka, sementara kaki kiri menjejak di perut.

"Sebenernya tinggal nepatin janji. Bayar taruhan karena lo kalah. Selesai." Wooseok tersenyum melihat Jinhyuk bahkan tak bisa mengerang saat di sakiti.

"Lo bakal dapet masalah bro, jangan sampai mati." Seungwoo berseru yang di balas gelak tawa Seungyoun.

Sementara Midam khawatir. "Ini kalo dia pingsan, gue mana bisa nonjok ya anjing."

Wooseok mendesah kesal. Di injaknya telapak tangan Jinhyuk keras sampai menghasilkan bunyi retakan dan gesekan pelan antar tulang. "Ini yang terakhir. Urusan kita selesai."

Cowok bermata tajam itu berbalik, menghampiri Seungwoo dan Seungyoun. Mengambil sebatang rokok yang dia selipkan di atas telinga, kemudian mengambil pematik yang Seungyoun pinjamkan.

"Jagoan kita masih sama ternyata. Kangen gue ketemu lo di arena."

Wooseok menghembuskan asap rokoknya. Sebagai mahasiswa cerdas, dia tak pernah suka rokok, tapi dia harus melakukannya di keadaan tertentu. Itu yang membuatnya di terima menjadi salah satu dari mereka. Hanya untuk menghindari gangguan sebenarnya. Karena pada dasarnya, orang seperti Wooseok jika tidak menunjukkan keakrabannya pada senior yang seperti mereka, maka nasibnya tak akan jauh beda dari Jinhyuk.

Satu hal yang membuat Wooseok panik.

Hyungjun.

Hyungjun tak ada di dekat Seungyoun dan Seungwoo.

"Sial!" Wooseok menjatuhkan rokoknya dan menginjak keras. Anak itu tidak mungkin pergi sendirian mengingat dia yang sedikit takut keramaian. Hyungjun juga tidak mungkin di jemput seseorang dari rumah mengingat Wooseok sendiri yang sudah dapat ijin ayahnya untuk membawa si kecil ke kampus.

"Si bocah sama Midam kemana ini?"

Pria bermarga Kim itu membulatkan mata mendengar pertanyaan Seungyoun.

"Dia anak yang lo bawa?" Seungwoo bertanya.

Wooseok mengangguk. "Bukan anak sini, bang."

"Wah gawat sat. Midam itu agresif, lho. Dia bawa ke toilet kali? Mana itu bayi imut bener. Cari sebelum dia ngedesah-desah..."

Wooseok nyaris saja mendaratkan tinjunya ke Seungwoo. Beruntung Seungyoun menahannya dan menariknya ke arah toilet. "Kita cari jing, jadi junior jangan ngelunjak. Lo juga jadi senior jangan goblok sat."

Mereka bertiga berlari ke toilet. Jaraknya tidak jauh mengingat gedung belakang adalah satu-satunya tempat yang paling dekat dengan toilet belakang. Umumnya tidak ada yang kemari karena jarak dan juga keadaannya.

Wooseok menendang keras setiap pintu yang tertutup. Perasaannya campur aduk. Seperti sedang kehilangan hal paling berharga di hidupnya. Segalanya yang terjadi hari ini bukanlah hal baik. Anak itu harus melihat sisi gelap dirinya yang tak terkendali. Juga apapun yang sedang seniornya lakukan.

Menahan tubuh kecil itu di bilik paling ujung.

Wooseok menemukannya.

Kaki panjang itu menjejak keras punggung Midam, membuat cowok itu terjatuh ke samping dengan Hyungjun yang sedang di himpit ke tembok.

"Sialan lo bang!" Tinju keras mendarat sempurna di rahang Midam. Dua orang di belakang langsung menahan Wooseok.

"Haha dugaan gue bener anjing!" Seungwoo bersorak heboh.

"Kita yang urus dia. Lo bawa itu bocah keluar aja." Seungyoun mendorong dada Wooseok menjauh.

Hyungjun yang malang dapat pelecehan di hari pertamanya di ajak ke sekolah. Entah apa yang Wooseok rasakan sekarang. Nalurinya ingin membantai semua orang di satu fakultas.









•••









Satu bitemark di antara rahang dan leher.

Wooseok tersenyum kecut melihatnya. "Maafin saya."

Hyungjun yang terduduk di bangku taman depan fakultas hanya memandang wajah Wooseok yang tengah berjongkok di depannya. "Pinjem ponselnya, aku mau telfon papa suruh jemput ke sini."

"Nanti saya anter kamu pulang."

"Ngga perlu. Kaka Wooseok jahat."

Hyungjun mengalihkan pandangan, membuat Wooseok menghembuskan nafas putus asa. "Saya ngga akan lakuin hal itu ke kamu. Saya cuma mukul orang jahat. Orang itu jahat. Kamu anak baik."

Si kecil masih mengalihkan pandangannya.

"Hyungjun, dengerin saya." Wooseok mengusap surai ikal anak di depannya. "Kalau kamu kaya gini, berarti besok saya ngga datang lagi ke rumah kamu. Kamu bakal dapat guru baru dan saya bakal sibuk sama tugas kampus."

Hyungjun menoleh. Dadanya sedikit sesak mendengar pernyataan bahwa Wooseok akan meninggalkannya. "Aku mau kaka."

"Mau siapa? Guru baru?"

"Kaka Wooseok!"

Si kecil menghambur ke dekapan cowok bermata tajam. Membuat Wooseok terdorong ke belakang. Memeluknya erat, sangat erat, kerana Wooseok menyinggung tentang dia yang tidak akan datang lagi.

Bagi Hyungjun apa yang dia dengar itu sedikit membuatnya terguncang. Sesuatu dari dalam membuatnya ingin menangis. "Kaka jangan pergi, aku sayang kaka. Kenapa bilang kaya gitu, kaka ngga sayang aku ya?"

"Ngga gitu, saya juga sayang kamu."

Kalimat yang keluar begitu saja. Karena sesungguhnya Wooseok juga tak tau jika perasaannya lebih besar dari apa yang dia ketahui selama ini.

Wooseok terkekeh geli ketika Hyungjun memberikan kecupan kecil di pipinya. Refleks yang lebih tua membingkai wajah itu. Mengambil alih mengecupi pipi chubby si kecil. Memberikan lumatan serta hisapan di bibir.

Satu hal yang tidak terlewat. Sebuah bitemark sialan yang seniornya berikan di bawah rahang Hyungjun. Wooseok menggigit bekasnya serta menjilat rahang si kecil.

"Udah. Kamu bersih."

Hyungjun mengerjap beberapa kali. "Aku kan emang bersih, udah mandi."

Lagi-lagi Wooseok terkekeh geli. "Bersih dari bekas orang jahat."





















To be continued...

Ps. Thank you so much for your amazing support! I love y'all

EINSERZ | CatLemWhere stories live. Discover now