14 Vierzehn

534 110 24
                                    

Mobil berhenti di parkiran luas rumah sakit. Hujan sudah berganti menjadi gerimis yang tak akan membuat rambut basah saat seseorang menerobosnya.

Wooseok melepas seatbelt dan merogoh saku celana; mengeluarkan smartphone dan menyerahkannya pada bocah di sebelahnya.

"Kamu main game di ponsel ya? Udah kaka download kok beberapa. Kaka keluar sebentar, mau bicara sama kaka Hao. Kamu tunggu disini, oke?"

"Oke!" Hyungjun mengangguk semangat, "Eum... Kenapa kaka yang nyamperin kaka Hao? Kenapa ngga dia aja yang kesini?"

"Kaka Hao lagi sakit perut soalnya."

"Ooh. Jangan lama ya?"

"Sebentar kok, kalo lama pasti kaka ajak kamu."

Wooseok tersenyum gemas dan beranjak keluar saat pintu mobil terbuka.

Si kecil menahan tangannya dari dalam, mencondongkan tubuhnya lebih dekat dan memberi gestur pada Wooseok untuk mendekat.

"Mau minta cium dulu boleh?"

Wooseok mengangkat bahu tak masalah. Merunduk dan memasukkan setengah tubuhnya kembali kedalam mobil. Kepalanya miring ke kanan saat bibir dinginnya bertemu dengan bibir manis kesayangannya.

Hyungjun yang lebih dulu bergerak dengan mengapit bibir bawah Wooseok diantara belah bibirnya. Hanya itu. Tidak bisa yang lain. Wooseok mengambil alih untuk melumat bibir atas Hyungjun dan memberikan beberapa jilatan di bibir bawahnya.

Si kecil tersenyum merona dan membenarkan posisi duduknya. "Terimakasih."

"Terimakasih kembali, sayang."

Hyungjun melambaikan kedua tangan semangat. "Dadah..."

Wooseok mengangguk tulus. Menutup pintu mobil dan melangkah menjauh untuk mencari Jyunhao.

Di lobi, ruang tunggu dekat pintu masuk rumah sakit.

Jyunhao berjengit dan memberi gestur pada Wooseok untuk menghampirinya. Dia mengenakan piyama putih khas pasien rumah sakitㅡ membuat Wooseok mengeryit curiga jika si koki dapat infeksi karena kebodohannya sendiri.

"Gimana keadaannya?"

"Wooseok~ aku dapat lima jahitan masa?"

Dugaan si cowok bermarga Kim itu meleset. Hao hanya melebih-lebihkan luka tusuk di perut yang tak seberapa. Jika saja Wooseok tidak buru-buru mencabut pisaunya, barangkali infeksinya bakal lebih parah.

"Hyungjun dimana?"

"Ada di mobil. Dia aman kok."

"Syukurlah."

"Jadi sekarang mau ngasih tau yang sebenarnya? Tentang semuanya?"

Sang koki menghela nafas jengah. Sorot matanya jadi terlihat penuh beban. "Semuanya... Darimana?"

"Dari awal. Apa, siapa, dimana, mengapa, kapan, bagaimana. Segalanya." Wooseok menjawab cepat.

Hao berkedip. Bingung. Berfikir untuk memilih kalimatnya. Dari awal berarti dia harus memutar otak mengingat kisah buruk yang pernah orangtuanya ceritakan duluㅡtepatnya saat mereka menjadi koki rumah keluarga Song sebelum Hao lulus sekolah dan meneruskan pekerjaan itu.

"Mungkin... Karena kamu ngga tau apa-apa, disini kita sebut si Papa sebagai Tuan Song. Ibunya Hyungjun sebagai Nyonya Song. Kakaknya Hyungjun, Song Yuvin, sebagai anak pertama, dan Song Hyungjun sebagai anak kedua."

Wooseok mengangguk, mencoba mengerti.

"Awal masalah dari hari perceraian lima belas tahun lalu. Tuan Song keluar gedung persidangan setelah resmi bercerai karena masalah rumah tangga yang ngga bisa di selesaikan."

EINSERZ | CatLemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang