9 Neun

691 113 16
                                    

Wooseok melempar kunci motor pada cowok berambut blonde yang sering dipanggil Minhee. Cowok yang baru saja mengalahkannya di garis finish dengan taruhan berupa kendaraan yang dipakai untuk balap liar.

Entahlah. Pertama kalinya Wooseok kalah di landas pacu. Peduli sampah dengan kehilangan si biru YZF-R1, Wooseok lebih merasa heran karena dirinya seperti kosong, tanpa emosi. Beberapa orang heboh keheranan dan menyayangkan si junior tak tau diri yang ternyata bisa kalah dari seorang pendatang baru di sirkuit mereka.

"Ternyata lo ngga kaya yang di omongin orang." Minhee tersenyum meremehkan. Dia memang tidak bisa dianggap amatiran, tapi asalnya bukan dari sirkuit ini. Dia berasal dari arena underground yang sering balapan di jalanan sepi lewat tengah malam. Cenderung lebih liar dari pembalap yang punya sirkuitnya sendiriㅡ meskipun sama-sama ilegal.

Wooseok hanya mengedikkan bahu tak peduli dan berjalan pergi dari kerumunan orang yang melempar tatapan heran padanya. Tentu saja dengan berjalan kaki tengah malam.

Segalanya terasa salah. Sesuatu berjalan tidak sebagaimana mestinya. Hari kedua Wooseok tanpa Hyungjun tak jauh beda dari hari pertamanya. Dia dapat teguran dari beberapa senior seperti Han Seungwoo dan Cho Seungyoun di kampus. Juga tatapan kebencian dari Kim Yohan. Semuanya karena masalah Lee Hangyul.

Mereka mengadili sikap Wooseok sesuka hati saat Hangyul dapat jahitan mengerikan dari ujung bibir sampai ujung mata seolah membelah pipi. Anak itu sampai harus menggunakan masker seumur hidupnya.

Peduli sampah tentang teguran senior, mereka hanya menyarankan untuk kedepannya jangan menyakiti wajah dan usahakan sakiti bagian tertutup seperti perut atau punggung. Itu lebih manusiawi daripada menggoreskan beling di pipi.

Karena sesungguhnya seorang Kim Wooseok tidak punya teman yang manusiawi.

Hari ketiga pasca kalah di arenanya sendiri setelah lama tidak muncul dan harus merelakan motor sport satu-satunya, Wooseok semakin menantang. Kali ini dia datang dengan kendaraan baru, gabungan yang nyata dari Luxury Sports Car dan SUV.

Ya, sebuah Lamborghini dengan warna biru elektrik yang membuat siapapun tergoda untuk menyentuh kapnya.

Percayalah jika gaji dari menjadi guru fisika dasar untuk anak menggemaskan bernama Song Hyungjun lebih besar dari gaji guru manapun di negara ini.

Katakan saja Wooseok gila, dia menawarkan taruhan yang tidak masuk akal. "Yang menang yang punya kendali."

Satu frasa dengan makna tersadis yang pernah terdengar. Sebuah perbudakan tidak langsung yang menjadikan diri sendiri sebuah barang taruhan demi memuaskan hasrat atau ego busuk yang tidak masuk akal. Hanya orang yang tidak menganggap penting pilihan tentang hidup dan mati yang akan memakai cara segelap ini. Kendali diri bukan sesuatu yang bisa dimiliki orang lain. Itu seperti cara terkeji seseorang untuk membelenggu dan mengambil alih semua tentang orang lain.

Dan Wooseok menikmatinya. Saat dirinya sendiri tidak tahu mau memegang kendali atau terkendali. Rivalnya masih sama. Cowok berambut blonde dengan nama Kang Minhee yang entah kenapa masih ada di arena itu. Cowok yang sempat memiliki pemikiran meremehkan padanya. Cowok yang punya keberuntungan tidak adil yang bisa mengalahkan Wooseok di saat pertama. Ya, apapun alasannya, Minhee hanya beruntung bisa mengalahkannya. Tidak lebih.

Wooseok menginjak pedal gas dan membanting stir ke kanan, nyaris menimbulkan kecelakaan di tikungan tajam. Minhee menggeram. Dia harus menurunkan kecepatan atau mobil Wooseok akan menghimpit mobilnya ke pembatas jalan.

Cara licik yang tak pernah diragukan keberhasilannya.

Orang-orang bersorak heboh saat Lamborghini biru elektrik melewati garis finish pertama. Menyerukan beberapa kata tentang 'junior kurang ajar yang sudah kembali menjadi junior kurang ajar' tentu saja dengan Cho Seungyoun dan Han Seungwoo yang menjadi provokatornya. Si senior yang tak kalah kurang ajar.

EINSERZ | CatLemWhere stories live. Discover now